Beberapa waktu lalu saya menulis "BERDEBAT SECARA BIJAK". Tulisan kali ini berusaha melengkapi tulisan tersebut. Dalam diskusi, dialog, apalagi debat mengetahui dan memahami posisi masing-masing, baik diri sendiri maupun (terlebih) pasangan diskusi/dialog adalah hal yang sangat penting. Akan lebih baik jika mengetahui dan memahami posisi tersebut dilakukan sebelum berdiskusi/berdialog sehingga masing-masing pihak jelas dengan posisinya. Mengetahui dan memahami posisi masing-masing tersebut tidak terbatas pada kemampuan menyebut atau menamakan posisi seseorang, misalnya: saya seorang yang berpikir terbuka sedangkan dia berpikir tertutup atau saya seorang moralis sedangkan dia imoral. Meskipun hal tersebut sudah cukup baik, namun tidak begitu membantu pihak-pihak yang berdiskusi/berdialog. Oleh karena itu, menamakan atau menyebut posisi seseorang tidaklah cukup melainkan dibutuhkan lebih dari itu. Ini artinya pihak-pihak yang berdiskusi/berdialog harus mampu, bukan saja menjelaskan posisinya, tetapi juga menjelaskan posisi pasangan diskusi/dialognya. Dengan demikian, apakah yang seharusnya dilakukan oleh mereka yang hendak atau sedang berdiskusi atau berdialog, bahkan berdebat?
Lakukanlah taksonomi! Apakah "taksonomi" itu? Taksonomi adalah upaya mengklasifikasikan suatu hal. Awalnya, taksonomi dilakukan pada tumbuhan dan hewan. Taksonomi adalah aktivitas saintifik dalam mengklasifikasi semua hal. Dengan demikian, taksonomi merupakan sebuah cara atau alat yang sangat penting dilakukan demi memperoleh informasi yang cermat serta memperluas pengetahuan bagi mereka yang melakukannya.
Beberapa kekuatan taksonomi:
1. Membantu orang dalam menganalisis data-data yang relevan.
2. Membantu orang selalu terhubung dengan dunia nyata.
3. Membantu orang memperhatikan pola-pola yang saling berkaitan.
4. Membantu orang berpikir secara runut sehingga dapat membangun model-model sehingga memperdalam sekaligus memperluas wawasan/pengetahuan seseorang mengenai hal tertentu.
Beberapa kelemahan taksonomi:
1. Seringkali terjebak dalam reduksionisme. Artinya, terlena pada hal-hal yang sangat kecil dari suatu hal yang diklasifikasi.
2. Dapat menggiring orang menjauhi kenyataan yang terjadi akibat terlena pada hal-hal yang sangat kecil.
3. Bisa mengalihkan orang dari hubungan-hubungan kompleks yang terjalin di antara berbagai subjek.
Apa yang harus dilakukan terhadap taksonomi?
1. Taksonomi harus tetap dilakukan, tetapi bersifat sangat cair atau fleksibel. Artinya, orang harus selalu awas terhadap berbagai bukti baru yang muncul. Dan gunakanlah berbagai bukti baru tersebut untuk memperkaya klasifikasi yang sedang dilakukan.
2. Gunakanlah beberapa taksonomi dalam menganalisis suatu hal, jangan hanya satu.
3. Ujilah selalu taksonomi-taksonomi yang dilakukan menggunakan berbagai data terkini.
4. Jangan biarkan taksonomi-taksonomi tersebut menjadi satu-satunya cara dalam memandang sebuah subjek atau suatu kenyataan, tetapi gunakanlah akal sehat yang ditopang oleh pikiran yang kritis.
Setelah memperhatikan penjelasan mengenai taksonomi di atas, mungkin orang akan berkata, "Hanya mau berdiskusi/berdialog saja kok rumit banget, harus gunakan taksonomi-taksonomi segala!" Jika dilihat sepintas sepertinya rumit. Namun, tidak demikian ketika orang mencoba mempraktikkan hal tersebut setiap kali berdiskusi/berdialog/berdebat dengan orang lain. Taksonomi sangat penting bahkan untuk hal-hal yang sangat kecil atau bahkan remeh menurut pandangan banyak orang. Ketika berdiskusi/berdialog masing-masing pihak harus bersama-sama menjelaskan dan menentukan berbagai istilah bahkan kata yang digunakan sampai masing-masing pihak sepakat sehingga diskusi dapat dimulai atau dilanjutkan.
Taksonomi harus dilakukan agar masing-masing pihak yang berdiskusi/berdialog memiliki informasi yang jelas (tidak samar-samar) mengenai, bukan saja penggunaan berbagai istilah atau kata tertentu, tetapi juga sudut pandang masing-masing pihak. Taksonomi dilakukan supaya masing-masing pihak yang berdiskusi/berdialog bisa selalu mengecek/menguji/menilai kejelasan hubungan antara berbagai data yang ditemukan dan kenyataan yang terjadi. Tentu, taksonomi dilakukan demi memperoleh kejelasan mengenai posisi masing-masing pihak yang berdiskusi/berdialog sehingga diskusi/dialog yang dilakukan tidak mengarah atau berakhir pada adu mulut/perang kata-kata yang tiada manfaatnya. Karena sekali lagi, tujuan terutama diskusi atau dialog, bahkan debat sesungguhnya bukanlah untuk mencari siapa yang menang, apalagi siapa yang tepat atau benar melainkan menemukan kebenaran.
Lakukanlah taksonomi! Apakah "taksonomi" itu? Taksonomi adalah upaya mengklasifikasikan suatu hal. Awalnya, taksonomi dilakukan pada tumbuhan dan hewan. Taksonomi adalah aktivitas saintifik dalam mengklasifikasi semua hal. Dengan demikian, taksonomi merupakan sebuah cara atau alat yang sangat penting dilakukan demi memperoleh informasi yang cermat serta memperluas pengetahuan bagi mereka yang melakukannya.
Beberapa kekuatan taksonomi:
1. Membantu orang dalam menganalisis data-data yang relevan.
2. Membantu orang selalu terhubung dengan dunia nyata.
3. Membantu orang memperhatikan pola-pola yang saling berkaitan.
4. Membantu orang berpikir secara runut sehingga dapat membangun model-model sehingga memperdalam sekaligus memperluas wawasan/pengetahuan seseorang mengenai hal tertentu.
Beberapa kelemahan taksonomi:
1. Seringkali terjebak dalam reduksionisme. Artinya, terlena pada hal-hal yang sangat kecil dari suatu hal yang diklasifikasi.
2. Dapat menggiring orang menjauhi kenyataan yang terjadi akibat terlena pada hal-hal yang sangat kecil.
3. Bisa mengalihkan orang dari hubungan-hubungan kompleks yang terjalin di antara berbagai subjek.
Apa yang harus dilakukan terhadap taksonomi?
1. Taksonomi harus tetap dilakukan, tetapi bersifat sangat cair atau fleksibel. Artinya, orang harus selalu awas terhadap berbagai bukti baru yang muncul. Dan gunakanlah berbagai bukti baru tersebut untuk memperkaya klasifikasi yang sedang dilakukan.
2. Gunakanlah beberapa taksonomi dalam menganalisis suatu hal, jangan hanya satu.
3. Ujilah selalu taksonomi-taksonomi yang dilakukan menggunakan berbagai data terkini.
4. Jangan biarkan taksonomi-taksonomi tersebut menjadi satu-satunya cara dalam memandang sebuah subjek atau suatu kenyataan, tetapi gunakanlah akal sehat yang ditopang oleh pikiran yang kritis.
Setelah memperhatikan penjelasan mengenai taksonomi di atas, mungkin orang akan berkata, "Hanya mau berdiskusi/berdialog saja kok rumit banget, harus gunakan taksonomi-taksonomi segala!" Jika dilihat sepintas sepertinya rumit. Namun, tidak demikian ketika orang mencoba mempraktikkan hal tersebut setiap kali berdiskusi/berdialog/berdebat dengan orang lain. Taksonomi sangat penting bahkan untuk hal-hal yang sangat kecil atau bahkan remeh menurut pandangan banyak orang. Ketika berdiskusi/berdialog masing-masing pihak harus bersama-sama menjelaskan dan menentukan berbagai istilah bahkan kata yang digunakan sampai masing-masing pihak sepakat sehingga diskusi dapat dimulai atau dilanjutkan.
Taksonomi harus dilakukan agar masing-masing pihak yang berdiskusi/berdialog memiliki informasi yang jelas (tidak samar-samar) mengenai, bukan saja penggunaan berbagai istilah atau kata tertentu, tetapi juga sudut pandang masing-masing pihak. Taksonomi dilakukan supaya masing-masing pihak yang berdiskusi/berdialog bisa selalu mengecek/menguji/menilai kejelasan hubungan antara berbagai data yang ditemukan dan kenyataan yang terjadi. Tentu, taksonomi dilakukan demi memperoleh kejelasan mengenai posisi masing-masing pihak yang berdiskusi/berdialog sehingga diskusi/dialog yang dilakukan tidak mengarah atau berakhir pada adu mulut/perang kata-kata yang tiada manfaatnya. Karena sekali lagi, tujuan terutama diskusi atau dialog, bahkan debat sesungguhnya bukanlah untuk mencari siapa yang menang, apalagi siapa yang tepat atau benar melainkan menemukan kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.