Minggu, 07 Maret 2010

Memahami Dunia

Apakah ada cara atau hal yang efektif, efisien, dan terbaik dalam upaya memahami dan menjelaskan dunia serta semua hal yang terjadi, baik di dalam maupun di luar bumi? Sampai saat ini ada dua cara atau hal yang paling baik dalam upaya memahami dan menjelaskan segala hal yang terjadi di dunia ini, yakni ilmu pengetahuan dan akal sehat manusia yang digunakan secara kritis. Mengapa ilmu pengetahuan dan akal sehat manusia dikatakan sebagai cara-cara yang paling baik dalam memahami dan menjelaskan semua hal yang terjadi di dunia? Karena ketika kedua hal tersebut digunakan secara cermat dan kritis akan menekan semua prasangka dalam diri pikiran manusia. Ilmu pengetahuan dan akal sehat manusia yang digunakan secara kritis dapat menjadi pengawal bagi emosi sekaligus penuntun bagi kemampuan berpikir jernih manusia. Ilmu pengetahuan dan akal sehat manusia yang digunakan secara kritis akan membawa manusia pada berbagai kebenaran yang ada dalam dunia ini. Kebenaran yang dicari manusia bergantung pada bagaimana seseorang menggunakan ilmu pengetahuan dan akal sehatnya secara kritis.

Bagaimana dengan seni, puisi, musik, dan sastra yang dilakukan oleh manusia? Bukankah hal-hal tersebut termasuk sebagai cara yang bisa dan biasa digunakan manusia untuk menjelaskan dan memahami segala hal yang terjadi di dunia? Seni, puisi, musik, dan sastra merupakan cara-cara indah yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Seni, puisi, musik, dan sastra adalah cara manusia menjelaskan dunia ini, namun tidak termasuk ke dalam cara untuk memahami dunia ini. Seni, puisi, musik, dan sastra merupakan hal-hal yang bermakna dan indah bagi mereka yang mampu menjelaskan dan memahaminya. Seni, puisi, musik, dan sastra adalah ekspresi manusia dalam upayanya menjelaskan dunia ini. Seni, puisi, musik, dan sastra adalah cara manusia menafsirkan dan menjelaskan dunia yang sifatnya relatif. Artinya, setiap orang bisa memiliki penafsiran dan penjelasan yang berbeda terhadap puisi ataupun musik yang sama. Atau bahkan, ada orang yang sama sekali tidak bisa memahami puisi tertentu. Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan seni, puisi, musik, dan sastra bukanlah mengenai "kebenaran" tertentu melainkan "makna" bagi mereka yang memahami dan mencintainya.

Bagaimana dengan kepercayaan (baca: agama) yang dianut oleh lebih dari separuh penghuni bumi? Bagaimana dengan "wahyu" yang seringkali dikemukakan oleh kaum beragama sebagai salah satu cara dalam menjelaskan dan memahami sebuah agama? Apakah "wahyu" merupakan salah satu unsur dalam ilmu pengetahuan? Apakah "wahyu" dapat bertahan setelah diuji oleh akal sehat manusia?

Oleh karena agama dan "wahyu" ada dalam dunia, maka sudah sepatutnya coba dijelaskan dan dipahami berdasarkan ilmu pengetahuan dan akal sehat manusia. Apakah "wahyu" merupakan salah satu cara tepat yang bisa digunakan untuk memahami agama? Apakah "wahyu" bisa digunakan sebagai cara untuk memahami dunia ini? Apakah "wahyu" itu? "Wahyu" seringkali dikaitkan dengan pesan atau inspirasi yang diterima orang-orang tertentu yang kemudian diturunkan sebagai tradisi yang (kemudian) dipercaya oleh mereka yang menjadi pengikutnya. Orang-orang yang mengklaim dan diklaim menerima "wahyu" dianggap sebagai otoritas tertinggi dalam sebuah kelompok. "Wahyu" selalu dianggap dan digunakan untuk menjelaskan dan memahami kepercayaan tertentu. Bahkan "wahyu" juga diklaim mampu menjelaskan berbagai hal yang terjadi di dunia ini, termasuk dunia itu sendiri.

Jika "wahyu" selalu dianggap mampu menjelaskan dan memahami kepercayaan, mengapa ada begitu banyak kepercayaan di dunia ini. Mengapa ada begitu banyak "wahyu" yang dibela dan dipertahankan oleh masing-masing kelompok yang berbeda? Jika "wahyu" merepresentasikan suatu kepercayaan, mengapa ada begitu banyak kepercayaan yang berbeda bahkan bertentangan sampai menimbulkan pertikaian, kekerasan, dan ketidakadilan serta memakan korban anggota kepercayaan lainnya? Jika "wahyu" berasal dari otoritas yang sama, mengapa bisa mengakibatkan perpecahan di dalam kelompok yang sama? Jelas, "wahyu" bukanlah cara yang benar dalam upaya memahami suatu kepercayaan karena ternyata "wahyu" telah melahirkan multitafsir di antara manusia. "Wahyu" bukannya membawa manusia pada persatuan melainkan perpecahan bahkan pertikaian, kekerasan, dan ketidakadilan. Ternyata "wahyu" merupakan hal yang bersifat sangat subjektif karena di dunia ini ada begitu banyak "wahyu" berbeda bahkan bertolak belakang.

Apakah "wahyu" merupakan cara yang bisa digunakan untuk memahami segala hal yang terjadi di dunia bahkan dunia itu sendiri? Bagaimanakah pola pemikiran dan pola kerja "wahyu" tersebut? Seperti telah disebut di atas "wahyu" diklaim diperoleh oleh orang-orang tertentu yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya karena sama sekali tidak didukung oleh bukti-bukti yang relevan. Namun, "wahyu" tersebut dipercayai oleh mereka yang menjadi pengikut otoritas yang mengklaim dan diklaim telah menerima "wahyu" tersebut tanpa diuji terlebih dahulu. Bahkan "wahyu" tidak boleh diuji kebenarannya karena pola pemikiran "wahyu" adalah mempercayainya tanpa mempertanyakannya sama sekali, apalagi meragukannya. Oleh karena itu, "wahyu" tidak bisa bertahan oleh pengujian akal sehat manusia karena pola pemikiran akal sehat manusia yang kritis adalah selalu mempertanyakan semua hal. Dengan demikian, "wahyu" adalah sesuatu yang sifatnya sangat relatif sehingga tidak bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam memahami dunia ini. "Wahyu" juga bukanlah salah satu unsur dalam ilmu pengetahuan karena pola pemikiran dan pola kerjanya tidak didasari pada pola pemikiran dan pola kerja ilmu pengetahuan yang selalu bersedia menguji dan mempertanyakan semua hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.