Minggu, 07 Maret 2010

Mengapa Manusia Mati?

Seorang anak kecil bertanya kepada mamanya: "Mama, mengapa oma meninggal?". Setelah cukup lama terdiam mamanya pun menjawab: "Karena tuhan mau bertemu oma, sayang..." Si anak pun bertanya kembali kepada mamanya: "Mengapa tuhan mau bertemu oma, mama?" Mama si anak tersebut tidak mampu menjawab dan segera mengalihkan perhatian anaknya terhadap hal lainnya.

Untuk menjawab pertanyaan serupa banyak orang yang mengatakan bahwa kematian dialami manusia karena sudah merupakan kodrat manusia, tanpa menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan "kodrat manusia" itu. Saya juga banyak mendengar orang mengatakan bahwa ketika seseorang mati bahwa itu sudah waktunya. Waktunya siapa? Waktunya tuhan? Alam? Atau?

Kembali pada pertanyaan anak kecil tadi, kematian yang dialami manusia sepertinya mengindikasikan bahwa tuhanlah yang menjadi penyebab kematian manusia (perhatikan jawaban mama anak tersebut, "tuhan mau bertemu oma". Apakah memang tuhan yang mengakibatkan kematian manusia? Mengapa manusia mengalami kematian? Mengapa manusia tidak hidup selamanya alias tidak mengalami kematian?

Jika banyak orang beragama dan mereka yang percaya kepada tuhan yang seringkali disebut sebagai "maha pengasih", mengapa tuhan menjadi penyebab kematian manusia? Jika tuhan yang selalu disebut sebagai "maha penyayang", mengapa ia "memanggil" seorang anak kecil yang lucu atau seorang tua yang bijaksana yang dicintai oleh seluruh keluarga bahkan masyarakat? Apakah kematian diakibatkan kesalahan yang dilakukan manusia? Karena kerapkali saya mendengar orang beragama mengatakan bahwa kematian diakibatkan oleh kesalahan yang dilakukan manusia. Artinya, manusia mati akibat melakukan pelanggaran sehingga tuhan menghukumnya dengan kematian. Pernyataan-pernyataan serupa sering didengar ketika suatu daerah mengalami bencana alam yang mengakibatkan jatuhnya korban manusia.

Jika semua orang beragama dan bertuhan selalu mengikrarkan bahwa manusia bahkan segenap makhluk hidup adalah ciptaan tuhan, apakah dengan demikan tuhan adalah seorang figur yang pemarah dan rela membunuh ciptaannya? Jika bukan, apa atau siapa penyebab kematian manusia? Dan mengapa manusia (harus) mati?

Sampai saat ini saya belum bisa menjawab pertanyaan: "mengapa manusia mati?" Bagi saya pertanyaan tersebut masih merupakan misteri yang belum dapat dipecahkan. Namun satu hal yang saya percayai bahwa tidak ada tuhan, allah, dewa, maupun kekuatan apapun yang berada di luar manusia yang mampu mengendalikan dan mengintervensi dalam kehidupan manusia. Saya tidak lagi berpikir bahwa kehidupan manusia, khususnya saya dipengaruhi, dikendalikan, dan diatur oleh sebuah kekuatan yang melampaui manusia. Saya adalah makhluk hidup (baca: manusia) yang mengatur hidup saya dalam relasi saya dengan manusia lainnya (sosial). Saya adalah manusia yang terikat dalam konteks sejarah dan sosial di mana saya hidup saat ini.

Kematian tidak lagi menjadi kepedulian apalagi ketakutan saya. Saya berusaha menjalani kehidupan saya di sini dan saat ini dengan sebaik mungkin tanpa sama sekali memikirkan adanya kehidupan setelah kematian. Saya hanya hidup satu kali dan kehidupan itu yang sedang saya jalani saat ini. Jadi, setiap kali saya ditanya: "Mengapa manusia mati?" Saya menjawab: "Saya tidak tahu dan tidak peduli karena yang terpenting bagi saya adalah menjani hidup di sini dan sekarang". Dan jika kepada saya ditanyakan: "Apa penyebab kematian manusia?" Maka jawaban saya adalah: "Karena jantung manusia telah berhenti bekerja sehingga tidak lagi menyalurkan darah dan oksigen ke seluruh jaringan syaraf dan otot termasuk otak manusia, sehingga manusia pun mati". Kemudian jika orang bertanya kepada saya: "Siapa yang mengakibatkan manusia mati?" Saya pun akan menjawab: "Saya tidak tahu, yang jelas bagi saya, tidak ada tuhan/allah/dewa/kekuatan apapun yang berada di luar manusia yang mampu mengakibatkan kematian manusia". Namun jika dalam konteks perang, maka bagi saya, manusialah yang menjadi penyebab kematian sesamanya. Jika dalam konteks bencana (tsunami, gempa bumi, gunung meletus, banjir akibat curah hujan yang sangat tinggi), maka bagi saya, alamlah yang mengakibatkan matinya manusia.

2 komentar:

  1. Dengan kemajuan teknologi masa depan saya masih meyakini orang yg mati dalam kondisi2 khusus masih bisa dihidupkan lagi. Entah umur saya masih mencukupi untuk bisa menyaksikan hal tersebut. Sebenarnya penemuan "teknologi kloning" sudah cukup untuk merontokkan beberapa keyakinan agama. Apalagi saat "Teknologi yg bisa menghidupkan orang mati ditemukan". Bisa jadi para Agamawan akan menjadi gelandangan karena tidak punya pekerjaan.

    BalasHapus
  2. "Dengan kemajuan teknologi masa depan saya masih meyakini orang yg mati dalam kondisi2 khusus masih bisa dihidupkan lagi". Apa yang dimaksud dengan "mati dalam kondisi-kondisi khusus"? Bisa berikan contoh? Apakah yang dimaksud dengan mati dalam kondisi-kondisi yang "tidak" khusus?

    Apakah hubungan antara kalimat "Sebenarnya penemuan "teknologi kloning" sudah cukup untuk merontokkan beberapa keyakinan agama" dengan kalimat pertama? Mungkin bisa dijelaskan oleh Abas.

    Salam.

    BalasHapus

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.