Senin, 22 Maret 2010

Beragama = Bermoral?

Banyak orang seringkali mengatakan bahwa orang yang beragama memiliki moralitas yang baik. Artinya, orang beragama berperilaku baik, terpuji, dan bertanggung jawab. Apakah benar demikian? Apakah seseorang yang beragama atau bertuhan serta-merta bermoral? Mungkin ya, mungkin juga tidak.

Namun, tidak ditemukan kaitan yang begitu jelas antara agama dan moral orang-orang yang beragama. Kasus terkini membuktikan, di mana seorang klerus senior Irlandia melakukan pelecehan seksual terhadap dua remaja. Para ekstrimis Muslim melakukan tindakan serangan bom bunuh diri yang dilandaskan pada ajaran agama. Dan beberapa saat setelah gempa melanda Haiti, seorang penginjil senior Amerika Serikat, Pat Robertson, mengatakan bahwa bencana itu terjadi karena warga Haiti telah berdosa kepada allah sehingga allah pun menghukum mereka. Pernyataan yang serupa juga beberapa kali saya dengar setelah bencana Tsunami melanda Aceh beberapa tahun silam; "tuhan menghukum Aceh karena mereka selama ini bandel terhadap pemerintah Indonesia" atau "bencana itu diizinkan tuhan supaya masyarakat Aceh bertobat".

Dari hanya beberapa contoh sederhana di atas, apakah dengan demikian, orang beragama serta-merta bisa dikatakan memiliki moral yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang tidak beragama atau sekalipun dibandingkan orang-orang yang tidak mempercayai tuhan? Jika seringkali dikatakan bahwa agama membuat manusia lebih baik dalam bersikap, seperti: pemaaf, terpuji, bijaksana, bertanggungjawab, dan lebih baik daripada manusia lainnya, lalu bagaimana dengan kenyataan adanya keragaman agama serta orang-orang yang memeluknya? Bagaimana mengukur moralitas seseorang yang beragama dibandingkan orang lain yang memeluk agama yang berbeda? Apa tolok ukur moralitas agama seseorang? Jika semua orang beragama mengklaim bahwa agamanyalah yang paling benar, paling baik, dan paling memberikan atau mengajarkan nilai-nilai moral yang lebih tinggi daripada agama-agama lainnya, maka agama manakah yang paling baik? Orang yang beragama apakah yang paling bermoral?

Jika dikatakan bahwa orang beragama memiliki moralitas yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang tidak beragama atau tidak bertuhan, maka mengapa orang-orang beragama bisa tega berlaku keras, tidak adil, bahkan membunuh sesamanya, bahkan makhluk hidup lainnya? Jika dikatakan bahwa agama selalu dan hanya mengajarkan nilai-nilai kebaikan, mengapa para pemimpin agama tertentu melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji dan tidak bertanggungjawab? Tidak heran jika sikap beragama yang ekstrim membuat orang-orang yang menganutnya menjadi pemarah, tidak memaafkan, dan tidak segan-segan berlaku sangat keras terhadap manusia lainnya, khususnya mereka yang beragama lain. Jika demikian, apakah agama berarti moral? Apakah beragama sama artinya dengan bermoral, bersikap baik, terpuji, dan bertanggungjawab? Yang pasti, sikap beragama yang ekstrim selalu membawa dampak yang buruk terhadap dunia.

4 komentar:

  1. Holaaaa... kali ini aku tidak setuju dengan pendapat, Bung Arrow.. *hmpffff...*

    Hehehe, gk dink. Cuma ada beberapa hal kecil aja yang mau di-rebate.

    Sebelumnya,yang namanya agama kan pada dasarnya dibuat manusia. Hanya dengan mengagung-agungkan uang dan harta kekayaan semata, itu bisa jadi sebuah agama yg baru loo. kayak ideologi. Beeeuh, gara-gara ideologi, manusia bisa bunuh-bunuhan. Singkat kata, agama adalah hal yang berbau duniawi.
    Masalah apa agama itu baik/buruk, sebenarnya gk bisa di-judge semudah itu. Soalnya agama itu kayak produk HUKUM. Salah intepretasi dikit aja, udah deh. HABIS semua!

    Sikap beragama yang ekstrim sebenarnya gk ada salahnya lo, Bung. Kebayang gk kalo ada orang yang SAKING ESKRIM-nya beragama, dia jadi sangat menghargai orang lain? Bahkan, ketika ada orang yang menyakitinya, dia bukannya membalas tapi malah mendoakannya dan memaafkannya karena ajaran agamany mengajarkannya seperti itu. FAKTANYA kan BELUM ADA sampai detik ini, orang yang SEBEGO itu mau melakukannya. yang ada malah dia bakal ngelaporin tu pelaku ke poltabes terdekat. Betuuul?

    Aku enggak setuju ketika ada yg bilang: PADA DASARNYA SEMUA AGAMA itu baik. Kalo aku lebih setuju dengan kalimat: PADA DASARNYA SEMUA AGAMA itu sarat dengan kepentingan politik.
    Nah, kalo Bung tanya : "atas dasar apa aku bisa ngomong kayak gitu?"
    Aku cuma bisa jawab secara singkat >>> Sejarah udah banyak menceritakan hal-hal tersebut, bagaimana agama-agama yang diakui DUNIA penuh dengan muatan politis, kalo ada waktu di google aja Bung. Kalo mau yang lebih pedas lagi biasanya tulisan orang-orang luar, Bung. Religion, politics, etc. Ntr bakalan keluar kok.

    Kalo masalah skeptis-skeptisan, Aku jauh lebih skeptis lo Bung. sampe pernah ada kalimat keluar dr mulutku: kalo gara-gara agama, kita bermusuhan maka aku rela gk punya agama. Masalahnya, di negara kita yang tercinta ini MANA BOLEH kita enggak beragama. Liat aja tuh KTP, harus nyantumin agama kan? Hehehe...

    Udah ah, bosen ngomongin agama terus. Soalnya kerjaan kita jadi cuma mengkritisi tanpa memberikan solusi yang cukup berarti.
    Cheers.

    BalasHapus
  2. Agama = ideologi.

    Agama tidak "kayak produk hukum". Agama ya, agama. Hukum sesungguhnya tidak berstandar ganda. Di situlah salah satu kelemahan agama, karena berstandar ganda.

    Sama sekali tidak tepat jika agama disejajarkan dengan hukum karena jadi bias. Agama sangat cenderung mengatur tata krama secara vertikal sedangkan hukum jelas, horizontal.

    Di paragraf kedua dari akhir tertulis: "Kalo masalah skeptis-skeptisan, Aku jauh lebih skeptis lo Bung. sampe pernah ada kalimat keluar dr mulutku: kalo gara-gara agama, kita bermusuhan maka aku rela gk punya agama". Waduh, tulisan (-tulisan) dalam blog ini bukan jadi ajang tolok ukur siapa yang lebih skeptis or argumen mana yang lebih hebat. (Kalo ada waktu mungkin bisa baca definisi "skeptis"-ku. Promosi tuuuh :-) )

    Sama sekali tidak melihat hubungan antara skeptisisme-mu dengan ucapan berikutnya ("kalo gara2 agama...). Jadi, sama sekali ga relevan.

    Paragraf terakhir tertulis: "Soalnya kerjaan kita jadi cuma mengkritisi tanpa memberikan solusi yang cukup berarti". Waduh, gua melakukan sesuatu tuh dan menawarkan solusi looooh. Kalo ada waktu juga mungkin bisa baca "seri" tulisan mengenai berpikir kritis dan cermat. Kalo bosen omongin agama, ya ga usah tanggapin dong... :-)

    Cheers.

    BalasHapus
  3. Sebenarnya kalau kita mau jujur, ada kebaikan dalam agama (dg segala kontroversinya). Kebaikan tidak sama dengan "kebenaran". Sebagai contoh Ajaran Budha mengajarkan umatnya menyayangi binatang makanya mereka cenderung Vegetarian (salah satu kebaikan dalam agama budha). Sedangkan umat islam akan membunuh binatang secara besar2an pada hari raya qurban. Semakin banyak hewan yg dikorbankan maka semakin besar pahala yg didapat (salah satu kebaikan dalam islam). Manakah tindakan yg benar? jawabannya akan menjadi relatif. Oleh karena itu, menurut saya kebenaran yg mendekati sempurna adalah kebenaran sains. Kebenaran yg datang dari manusia, sekaligus diuji & dibuktikan oleh manusia itu sendiri. Lantas moralitas itu termasuk yg mana ya? Kebaikan atau Kebenaran.

    BalasHapus
  4. Terimakasih Abas atas komentarnya. Saya tanggapi, lebih tepatnya, bertanya balik yaaah.

    Anda menulis: "Sebenarnya kalau kita mau jujur, ada kebaikan dalam agama (dg segala kontroversinya".

    Apakah dengan demikian, jika seseorang makan daging, seperti saya, dianggap sebagai orang yang tidak baik?

    Ditulis juga: "Sedangkan umat islam akan membunuh binatang secara besar2an pada hari raya qurban. Semakin banyak hewan yg dikorbankan maka semakin besar pahala yg didapat (salah satu kebaikan dalam islam)". Apa/dimanakah hubungan antara pahala dan kebaikan dalam Islam?

    Selain itu: "Oleh karena itu, menurut saya kebenaran yg mendekati sempurna adalah kebenaran sains". Apa itu "sempurna"? Apakah tolok ukurnya?

    Cheers.

    BalasHapus

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.