Sabtu, 20 Maret 2010

Kerumunan Orang & Kematian

Baru-baru ini Edbert Hsu dan beberapa rekannya dari Johns Hopkins Medical Institutions melakukan penelitian terhadap sejumlah kasus kerumunan orang yang berakhir dengan tragedi kematian. Hsu dan rekan-rekannya meneliti berbagai kasus terkait selama 30 tahun terakhir dan memperoleh hasil bahwa setidaknya ada 7000 orang mati dan 14.000 luka-luka. Hsu dan rekan-rekan meneliti berbagai laporan/berita/informasi mengenai kerumunan orang yang terjadi dalam acara-acara, seperti: olahraga, konser musik, politik (kampanye atau parade), dan keagamaan. Dan hasilnya cukup mengagetkan karena kerumunan orang yang terjadi pada saat acara keagamaan lebih berbahaya dibandingkan peristiwa-peristiwa lainnya karena ternyata peristiwa tersebut sangat sering mengakibatkan kematian orang-orang yang hadir dalam acara-acara keagamaan tersebut.

Hsu dan rekan-rekan meneliti berbagai berita/informasi dalam kurun waktu 30 tahun terakhir mengenai kerumunan orang yang bukan hanya terjadi di dalam ruangan atau tempat tertutup (stadion) melainkan juga yang terjadi di tempat terbuka (lapangan). Diperoleh hasil juga bahwa kerumunan orang dalam acara-acara keagamaan yang terjadi di tempat terbuka jauh lebih berbahaya dibandingkan kerumunan orang yang terjadi di tempat tertutup.

Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa tingkat kematian akibat kerumunan orang yang terjadi di wilayah Asia dan Timur Tengah sangatlah tinggi dibandingkan di wilayah-wilayah lainnya di dunia ini. Selain itu, kematian akibat kerumunan orang banyak terjadi di negara-negara yang pendapatan negaranya rendah (tentu Asia dan beberapa negara di Timur Tengah mewakili hal tersebut). Kerumunan orang dalam acara-acara agama jauh lebih sering berlangsung di negara-negara yang didominasi oleh unsur-unsur agama, seperti negara-negara di Timur Tengah dan Asia. Hal yang serupa sangat sulit ditemukan di negara-negara di benua Eropa dan di benua Amerika.

Hal lain yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa jumlah orang yang terlibat dalam kerumunan dalam acara-acara keagamaan jauh lebih banyak dibandingkan kerumunan orang dalam acara-acara olahraga. Selain jumlah orang yang begitu besar, ditemukan juga bahwa sistem keamanan yang digunakan untuk mengawasi kerumunan orang dalam acara-acara keagamaan sangatlah minim sehingga hal ini membuat kerumunan orang dalam acara-acara keagamaan lebih berbahaya (beresiko) dibandingkan acara-acara lainnya.

Contoh terkini yang sangat gamblang menggambarkan betapa berbahayanya jika manusia berkumpul/berkerumun dalam suatu acara keagamaan adalah peristiwa yang terjadi di Irak (Baghdad) pada tahun 2005, di mana nyaris 1000 orang Islam dari golongan Shia terbunuh ketika melakukan upacara keagamaannya. Hal ini terjadi akibat kepanikan setelah mendengar rumor bahwa akan adanya bom bunuh diri. Peristiwa yang serupa terjadi di tahun yang sama di India (Maharashtra), di mana lebih dari 250 orang (dari 400.000 orang) terbunuh dan lebih dari 200 orang luka-luka ketika merayakan upacara yang menyembah dewi Kalubbai. Ini terjadi akibat sejumlah orang yang kecewa karena tidak bisa masuk ke dalam kuil untuk merayakan perayaan tersebut sehingga mereka pun melakukan kerusuhan.

Namun, tingkat kematian tertinggi yang diakibatkan oleh kerumunan orang terjadi dalam perayaan Haji yang diadakan setiap tahunnya di Mekah dan Madina. Berdasarkan catatan, setiap tahunnya perayaan Haji bisa dihadiri oleh 2 juta orang. Selama 30 tahun terakhir, sekitar 3000 orang menemui ajalnya ketika menghadiri perayaan Haji. (Tentu masih lekat dalam ingatan ketika salah satu tragedi terbesar dalam sejarah keagamaan yang terjadi pada tahun 2006.)

Hal penting yang perlu diperhatikan orang adalah bahwa kerumunan orang dalam acara-acara keagamaan merupakan sesuatu yang sangat berbahaya bagi keselamatan orang-orang yang mengikutinya. Berbagai informasi mengatakan bahwa keamaan yang seharusnya diperlukan untuk melindungi orang-orang yang sedang melakukan perayaan keagamaannya malah sangat minim. Seharusnya pengamanan ditingkatkan demi keselamatan manusia, bukannya malah tidak diperhatikan.

Hal yang semakin memprihatinkan saya adalah ketika mendengar orang berkata: "Bagus malah meninggal di Mekah/Madina saat merayakan Haji karena pasti langsung masuk surga". Sebuah pernyataan fatalistik yang sangat tidak bijaksana karena menganggap seakan-akan kematian, keselamatan, dan perayaan keagamaan adalah hal-hal yang saling berkaitan. Padahal kematian yang terjadi saat perayaan-perayaan keagamaan dalam konteks tulisan ini murni akibat kelalaian manusia yang tidak serius memperhatikan keamanan demi keselamatan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.