Tampilkan postingan dengan label Pertanyaan Sokratik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pertanyaan Sokratik. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Agustus 2011

Pertanyaan Sokratik (Bagian Keempat - Penutup)


Tulisan yang lalu membahas berbagai unsur yang harus digunakan seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, ataupun berita tertentu demi memperoleh pemahaman dan memberikan penilaian yang akurat dan jernih. Tulisan kali ini akan menutup seri “Pertanyaan Sokratik” dengan membahas beberapa hal penting lain yang perlu diperhatikan sebagai kelengkapan demi tercipta dan terbangunnya dialog Sokratik yang baik.

Salah satu hal yang perlu disadari dan dipersiapkan ketika seorang akan menciptakan dan membangun dialog Sokratik yang baik adalah dengan mengajukan pertanyaan awal sebagai pembuka yang akan didiskusikan lebih lanjut dan jauh. Seperti telah kita pelajari bahwa semua setiap pertanyaan saling berkaitan, dan pertanyaan tertentu berasal dari pertanyaan lainnya. Artinya, pertanyaan awal menentukan pertanyaan berikutnya. Contoh, jika ada pertanyaan, “Apa itu multikulturalisme? Maka harus jelas lebih dulu jawaban untuk pertanyaan, “Apa itu kebudayaan”? dan, untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus dijelaskan dulu pertanyaan, “Apa yang menjadi dasar kebudayaan?” “Apa karakter kebudayaan?” atau, “Apa saja unsur-unsur dalam diri seorang yang menentukan budayanya”?

Demi dibangunnya proses berpikir yang lurus dan jernih, susunlah pertanyaan-pertanyaan relevan yang tertuju pada ide pokok yang hendak didiskusikan lebih lanjut. Proses yang sama bisa diterapkan setiap kali orang akan menganalisis, menilai, dan menjelaskan semua hal, termasuk pernyataan, keyakinan, bahkan berita tertentu. Jika proses berpikir seperti ini dilakukan setiap kali orang berdiskusi dengan subjek tertentu, maka dialog Sokratik pun terjadi. Dengan demikian, dialog Sokratik merupakan penuntun agar orang memahami sesuatu secara mendalam dan menyeluruh.

Pertanyaan-pertanyaan di bawah merupakan penuntun demi terbangunnya dialog Sokratik yang terfokus. Pertanyaan utamanya adalah, “Apa itu sejarah?”

  •  Apa yang ditulis para sejarawan?
  • Apa itu masa lalu?
  • Apakah mungkin memasukkan semua hal yang terjadi di masa lalu ke dalam satu buku sejarah?
  • Bagaimana sejarawan menentukan hal-hal yang penting dan tidak penting?
  • Bagaimana sejarawan menekankan hal tertentu yang hendak didiskusikan lebih dalam dan menyeluruh?
  • Apakah para sejarawan memiliki penilaian-penilaian tertentu dalam mengajukan pandangannya?
  • Bagaimana menentukan atau membedakan antara opini dan fakta?
  • Bagaimana membedakan antara opini dan fakta?
  • Mengapa opini dan fakta harus dibedakan?
  • Bagaimana melakukan penafsiran sejarah?
  • Apa itu penafsiran (sejarah)?
  • Bagaimana membangun sudut pandang sejarah?
  • Apa itu sudut pandang (sejarah)?

Setelah memperhatikan berbagai ciri, bentuk pertanyaan, prinsip, unsur, dan contoh pertanyaan dalam menciptakan dan membangun dialog Sokratik yang baik, maka orang diharapkan menyadari bahwa semua hal, baik pernyataan, keyakinan, dan berita setidaknya memiliki tiga fungsi, yakni:
  • Untuk menyatakan pandangan subjektif
  • Untuk membangun fakta objektif
  • Untuk menyajikan jawaban-jawaban atau pernyatan-pernyataan yang dianggap lebih baik

Demi memperoleh pemahaman dan penilaian yang jernih dan mendalam, maka ketiga hal tersebut harus dianalisis dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan relevan, seperti sudah disajikan dalam tulisan sebelumnya (bagian ketiga). Akhirnya, harus disadari penuh bahwa setiap kali orang berjumpa dengan kenyataan tertentu dan ketika ia memberikan penilaian, orang tersebut berada dalam konteks tertentu. Artinya, ia memiliki pemikirannya dilatarbelakangi hal-hal tertentu, dan latar belakang tertentu, entah pengalaman, pandangan, budaya, keyakinan, atau pengetahuan yang dimilikinya. Dengan memahami hal-hal tersebut diharapkan seseorang menyadari posisinya sebagai makhluk yang (sesungguhnya selalu) berpikir.

Senin, 08 Agustus 2011

Pertanyaan Sokratik (Bagian Ketiga)


Tulisan sebelumnya (bagian kedua) mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan Sokratik yang bisa dianggap sebagai seni serta prinsip-prinsip yang perlu dipertimbangkan ketika orang hendak membangun dialog Sokratik. Kali ini tema tulisan mengangkat unsur-unsur berpikir yang harus diperhatikan jika hendak membangun dialog Sokratik. 

Mereka yang hendak terlibat dalam atau mau membangun dialog Sokratik perlu membangun secara rapi (sistematis) pertanyaan-pertanyaan yang dilandaskan pada kelurusan berpikir dan akal sehat yang terus dilatih. Di bawah ini adalah unsur-unsur yang akan mengarahkan dan memfokuskan pikiran ketika dialog Sokratik akan dibangun.

  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal mengarah pada sesuatu yang hendak dicapai. Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam dan menyeluruh memahami tujuan hal tertentu. Oleh karena itu, perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan, seperti: apa yang hendak diperoleh melalui pernyataan tersebut? Apa tujuan utama dalam keyakinan atau berita tersebut?
  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal dilandaskan pada informasi tertentu. Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam sekaligus menyeluruh memahami dasar informasi yang digunakan untuk mendukung hal tertentu. Oleh karena itu, pertanyaan yang bisa dikemukakan, seperti: informasi apa yang digunakan untuk mendukung hal tersebut? Bagaimana kita bisa tahu jika informasi itu tepat atau relevan?
  • Menyadari dan mengenali bahwa untuk memahami dan menilai sesuatu secara menyeluruh sekaligus mendalam perlu membuat definisi, membangun opini, dan menarik kesimpulan. Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam memahami definisi, opini, bahkan asumsi yang membentuk hal tertentu. Oleh karena itu, beberapa contoh pertanyaan yagn bisa diajukan adalah: bagaimana kesimpulan itu dibuat/diambil? Seberapa jauh kesimpulan itu bisa dipertanggungjawabkan, baik secara logis maupun etis? Apakah ada kemungkinan jika diajukan kesimpulan yang berbeda atau lain?
  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal melibatkan konsep-konsep tertentu.  Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam sekaligus menyeluruh memahami konsep-konsep yang mendefinisikan dan membentuk hal tertentu. Oleh karena itu, contoh-contoh pertanyaan yang bisa diangkat, seperti: apakah ide pokok yang hendak disampaikan? Bisakah ide tersebut cukup jelas?
  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal saling terkait alias satu hal bergantung pada hal lainnya. Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam sekaligus menyeluruh memahami keterkaitan tersebut. Oleh karena itu, pertanyaan yang bisa diajukan adalah: apakah hubungan antara hal ini dengan dengan itu? Bagaimanakah menjelaskan hubungan di antara keduanya?
  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal mengarah pada tujuan tertentu yang berkaitan dengan suatu hasil atau dampak. Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam sekaligus menyeluruh membayangkan hasil atau dampak yang akan terjadi. Oleh karena itu, contoh pertanyaan yang relevan adalah: apa yang hendak disampaikan?
  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal terjadi dan/atau dibentuk dalam sudut pandang tertentu. Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam sekaligus menyeluruh sudut pandang yang membentuk hal tertentu. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan yang cocok adalah: apakah sudut pandang hal tersebut? Adakah sudut pandang lain yang bisa dipertimbangkan?
  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal bisa dipertanyakan. Artinya, tidak ada hal yang tabu atau kebal dari pertanyaan. Oleh karena itu, jika sesuatu hal belum jelas atau jernih, perlu dipertanyakan kembali. Dua contoh pertanyaannya adalah: saya belum mengerti, apakah ada informasi lain yang bisa dipercaya untuk memperjelas hal itu? Apakah hal tersebut cukup masuk akal?

Minggu, 07 Agustus 2011

Pertanyaan Sokratik (Bagian Kedua)


Tulisan bagian pertama membahas apa itu pertanyaan dan jawaban serta ciri-ciri pertanyaan Sokratik. Tulisan kali ini membahas pertanyaan Sokratik sebagai suatu seni dan prinsip-prinsip pertanyaan Sokratik.

Mengolah pertanyaan Sokratik sehingga menjadi sebuah seni merupakan hal yang sangat penting dan bernilai karena di dalamnya melibatkan aktivitas yang dilakukan secara intens dan tiada henti, bagaikan seorang pelukis atau pematung yang terus mengasah keterampilannya sehingga ia semakin fasih dan karyanya dipertimbangkan sebagai master piece. Orang yang ingin memiliki kemampuan berpikir kritis juga harus terus melatih pikirannya sehingga ia mampu berpikir dengan jernih, tajam, dan lurus. Dalam konteks inilah seorang yang berpikir kritis berarti selalu menggunakan pikirannya dengan teratur, dalam, dan menilai semua hal secara hati-hati dengan menggunakan akal sehatnya. 

Ada kaitan yang khas antara berpikir kritis dan pertanyaan Sokratik karena keduanya memiliki tujuan yang sama. Dengan berpikir kritis seorang memiliki pandangan yang menyeluruh dan rinci mengenai pikirannya dalam melakukan penilaian dan untuk memperoleh kebenaran, sementara pertanyaan-pertanyaan Sokratik memberikan bingkai terhadap hal-hal tersebut dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan relevan sehingga kegiatan penilaian dan upaya memperoleh kebenaran itu menjadi terarah. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa melalui berpikir kritis seorang memperoleh gambaran luas dan tujuan yang hendak dicapai, sedangkan melalui pertanyaan Sokratik upaya orang tersebut menjadi lebih fokus.

Tujuan berpikir kritis adalah membangun suatu proses berpikir disiplin yang mampu mengumpulkan, memisahkan/membedakan, menyusun, mengawasi, dan menilai, baik pikiran sendiri maupun pandangan, keyakinan, dan pikiran orang lain, dalam kerangka berpikir yang lurus, jernih, dan mampu dipertanggungjawabkan. Sementara itu, pertanyaan Sokratik memberikan model atau kerangka atau bingkai terhadap semua hal yang telah disebutkan di atas.

Ada sekian prinsip yang perlu dipertimbangkan untuk menuntun mereka yang hendak terlibat dalam dialog Sokratik:

  • Menanggapi setiap (sedapat mungkin) pertanyaan dengan pertanyaan lanjutan yang relevan, yang bisa merangsang si penanya mengembangkan pikirannya lebih dalam dan menyeluruh
  • Berusaha memahami dasar-dasar penting yang berasal dari suatu pernyataan, keyakinan, peristiwa, atau kenyataan, dan mengikuti seraya mengawasi dampak-dampak yang bisa muncul dari hal-hal tersebut dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan relevan
  • Perlakukan semua pernyataan sebagai poin atau ide yang menghubungkan pada proses berpikir selanjutnya
  • Perlakukan semua proses berpikir sebagai suatu perkembangan
  • Menyadari bahwa pemikiran yang kemudian selalu dipengaruhi pemikiran sebelumnya. Artinya, setiap pemikiran saling berkaitan dan saling mempengaruhi
  • Sadar penuh bahwa pertanyaan berasal dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya dan semua proses berpikir berawal dari proses yang serupa. Ketika muncul sebuah pertanyaan terbukalah pada pertanyaan yang melatarbelakanginya

Pertanyaan Sokratik (Bagian Pertama)


Seperti telah kita pelajari dari seri tulisan “Sejarah Singkat Pemikiran Kritis” bahwa Sokrates-lah orang pertama yang secara sadar menekankan pentingnya berpikir kritis. Metode berpikir kritis yang dikembangkannya adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dikenal dengan “pertanyaan Sokratik.” Tema tulisan kali membahas ciri, fungsi, dan tujuan pertanyaan Sokratik – seperti telah dibangun dan dikembangkan oleh Sokrates – dalam proses berpikir dan belajar, yang akan disajikan dalam beberapa tulisan (serial). 

Masih cukup banyak orang beranggapan jika proses berpikir dan belajar disebabkan, didorong, dan dipengaruhi oleh jawaban-jawaban yang akurat tanpa menyadari bahwa sesungguhnya berbagai pertanyaan yang mendahului jawaban-jawaban itulah yang jauh lebih penting. Artinya, proses berpikir dan belajar dibangun dengan berdasar pada pertanyaan-pertanyaan yang mengemuka. Lebih dari itu, berbagai pertanyaan yang muncul mendorong seseorang, juga ilmu pengetahuan, semakin berkembang. Andaikan tidak pernah ada pertanyaan-pertanyaan – misalnya, Biologi atau Fisika – maka kedua bidang tersebut tidak akan pernah ada dan berkembang. Namun kenyataannya adalah bahwa setiap bidang ilmu pengetahuan muncul karena disebabkan dan didorong oleh adanya sederet pertanyaan yang membutuhkan jawaban-jawaban yang akurat. Lebih jauh bahkan dapat dikatakan bahwa kelangsungan setiap bidang ilmu pengetahuan ditentukan oleh seberapa jauh pertanyaan-pertanyaan baru muncul dan ditanggapi secara serius dalam proses berpikir dan belajar manusia. Dengan demikian, manusia perlu terus bertanya dan mempertanyakan ulang banyak hal supaya proses berpikir dan belajar itu senantiasa berlangsung.

Apakah itu pertanyaan? Pertanyaan berarti menunjukkan adanya keingintahuan dan/atau masalah yang membutuhkan jawaban dan penjelasan. Apakah itu jawaban? Seringkali jawaban menunjukkan tanda berhenti. Namun jika sebuah jawaban mendorong pada pertanyaan selanjutnya berarti jawaban tersebut mampu merangsang terjadinya proses berpikir dan belajar lebih lanjut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seseorang yang (selalu) bertanya adalah orang yang (terus) berpikir dan belajar. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa kualitas pertanyaan seseorang menunjukkan seberapa jauh ia berpikir dan belajar. Oleh karena itu, ketika sebuah jawaban berhenti pada jawaban itu sendiri alias tidak mendorong pertanyaan lebih lanjut, berarti pertanyaan yang mendahului jawaban tadi tidak tergolong ke dalam jenis pertanyaan Sokratik.

Berpikir akan menjadi kegiatan yang sia-sia jika tidak membawa manusia kepada pertanyaan-pertanyaan baru dan pengetahuan yang luas sekaligus mendalam. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan baru harus terus dirangsang untuk muncul demi proses berpikir dan belajar yang berkesinambungan. Dengan demikian, ketika kegiatan berpikir membawa kita pada sesuatu yang lebih baru dan mendalam berarti kita belajar sesuatu yang bernilai. 

Pertanyaan-pertanyaan mendalam mendorong pikiran kita menganalisis dan mempelajari berbagai secara lebih mendalam alias kita tidak puas hanya dengan melihat dan menganalisis sesuatu hal hanya dari penampakan luarnya. Pertanyaan-pertanyaan mendalam merangsang kita selalu terlibat dalam persoalan-persoalan yang sulit dipahami. Dengan mempertanyakan segala hal secara mendalam artinya kita terus berpikir dan belajar.

Di bawah ini beberapa contoh bentuk pertanyaan yang bisa dilakukan dalam proses dan belajar berikut fungsinya:
·         Pertanyaan tujuan = menjelaskan tujuan
·        Pertanyaan informasi = menjelaskan sumber-sumber informasi dan sejauh mana sumber-sumber tersebut bisa digunakan (kualitas sumber)
·         Pertanyaan penafsiran = menyusun dan menganalisis sumber-sumber yang diperoleh demi penilaian yang akurat
·         Pertanyaan asumsi = menganalisis hal-hal yang seringkali dianggap sepele
·         Pertanyaan implikasi = mengikuti dan mengawasi arah berpikir
·        Pertanyaan sudut pandang = menganalisis sudut pandang pribadi dan sudut pandang lain yang relevan
·         Pertanyaan relevansi = memisahkan antara yang relevan dari yang tidak relevan
·         Pertanyaan ketepatan = mengevaluasi dan menguji demi ketepatan dan kebenaran
·         Pertanyaan kejelasan = menganalisis secara rinci setiap hal demi kejernihan
·         Pertanyaan konsistensi = memeriksa dan mengawasi berbagai pertentangan dalam proses berpikir
·         Pertanyaan logika = menyusun seluruh proses berpikir ke dalam satu kesatuan yang utuh agar menjadi sistem yang masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan