Senin, 08 Agustus 2011

Pertanyaan Sokratik (Bagian Ketiga)


Tulisan sebelumnya (bagian kedua) mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan Sokratik yang bisa dianggap sebagai seni serta prinsip-prinsip yang perlu dipertimbangkan ketika orang hendak membangun dialog Sokratik. Kali ini tema tulisan mengangkat unsur-unsur berpikir yang harus diperhatikan jika hendak membangun dialog Sokratik. 

Mereka yang hendak terlibat dalam atau mau membangun dialog Sokratik perlu membangun secara rapi (sistematis) pertanyaan-pertanyaan yang dilandaskan pada kelurusan berpikir dan akal sehat yang terus dilatih. Di bawah ini adalah unsur-unsur yang akan mengarahkan dan memfokuskan pikiran ketika dialog Sokratik akan dibangun.

  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal mengarah pada sesuatu yang hendak dicapai. Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam dan menyeluruh memahami tujuan hal tertentu. Oleh karena itu, perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan, seperti: apa yang hendak diperoleh melalui pernyataan tersebut? Apa tujuan utama dalam keyakinan atau berita tersebut?
  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal dilandaskan pada informasi tertentu. Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam sekaligus menyeluruh memahami dasar informasi yang digunakan untuk mendukung hal tertentu. Oleh karena itu, pertanyaan yang bisa dikemukakan, seperti: informasi apa yang digunakan untuk mendukung hal tersebut? Bagaimana kita bisa tahu jika informasi itu tepat atau relevan?
  • Menyadari dan mengenali bahwa untuk memahami dan menilai sesuatu secara menyeluruh sekaligus mendalam perlu membuat definisi, membangun opini, dan menarik kesimpulan. Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam memahami definisi, opini, bahkan asumsi yang membentuk hal tertentu. Oleh karena itu, beberapa contoh pertanyaan yagn bisa diajukan adalah: bagaimana kesimpulan itu dibuat/diambil? Seberapa jauh kesimpulan itu bisa dipertanggungjawabkan, baik secara logis maupun etis? Apakah ada kemungkinan jika diajukan kesimpulan yang berbeda atau lain?
  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal melibatkan konsep-konsep tertentu.  Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam sekaligus menyeluruh memahami konsep-konsep yang mendefinisikan dan membentuk hal tertentu. Oleh karena itu, contoh-contoh pertanyaan yang bisa diangkat, seperti: apakah ide pokok yang hendak disampaikan? Bisakah ide tersebut cukup jelas?
  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal saling terkait alias satu hal bergantung pada hal lainnya. Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam sekaligus menyeluruh memahami keterkaitan tersebut. Oleh karena itu, pertanyaan yang bisa diajukan adalah: apakah hubungan antara hal ini dengan dengan itu? Bagaimanakah menjelaskan hubungan di antara keduanya?
  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal mengarah pada tujuan tertentu yang berkaitan dengan suatu hasil atau dampak. Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam sekaligus menyeluruh membayangkan hasil atau dampak yang akan terjadi. Oleh karena itu, contoh pertanyaan yang relevan adalah: apa yang hendak disampaikan?
  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal terjadi dan/atau dibentuk dalam sudut pandang tertentu. Dengan demikian, seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, atau berita tertentu perlu terlebih dulu secara mendalam sekaligus menyeluruh sudut pandang yang membentuk hal tertentu. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan yang cocok adalah: apakah sudut pandang hal tersebut? Adakah sudut pandang lain yang bisa dipertimbangkan?
  • Menyadari dan mengenali bahwa semua hal bisa dipertanyakan. Artinya, tidak ada hal yang tabu atau kebal dari pertanyaan. Oleh karena itu, jika sesuatu hal belum jelas atau jernih, perlu dipertanyakan kembali. Dua contoh pertanyaannya adalah: saya belum mengerti, apakah ada informasi lain yang bisa dipercaya untuk memperjelas hal itu? Apakah hal tersebut cukup masuk akal?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.