Minggu, 14 Agustus 2011

Seni Berpikir Kritis (Bagian Kedua)


Tulisan bagian pertama membahas mengenai manfaat berpikir sesuai/tepat demi memberikan penilaian dan mengambil kesimpulan yang tepat dalam situasi tertentu. Namun sayangnya, banyak orang tidak menyadari pikirannya sendiri bahkan tidak jarang orang menganggap berpikir bukanlah hal yang penting karena pikirannya berproses dengan sendirinya alias otomatis. Tulisan bagian kedua ini mengangkat seberapa penting orang mempelajari pikirannya sendiri demi menanggapi berbagai pertanyaan yang diangkat di akhir tulisan bagian pertama.

Harus diakui hanya segelintir orang menganggap berpikir mengenai pikirannya adalah sesuatu yang penting. Sebagian besar orang “berpikir” bahwa pikirannya tidaklah perlu dipikirkan karena tidak ada manfaatnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa tidak sedikit orang menganggap berpikir mengenai pikirannya sendiri adalah hal yang aneh. Ini mengakibatkan berpikir hanya dilakukan sebagian kecil orang karena berpikir tidak dijadikan bagian dari budaya manusia. Namun jika diperhatikan dan disadari, (kegiatan) berpikir memainkan peran yang banyak dalam kehidupan manusia; pernyataan, keyakinan, dan “perasaan” dipengaruhi dan dihasilkan dari proses berpikir manusia. Ini adalah keniscayaan. Dengan demikian, orang harus sadar penuh bahwa berpikir merupakan bagian hidup manusia yang sangat penting, karena dengan berpikir manusia menentukan keberadaannya. 

Setelah menyadari pentingnya berpikir, berikutnya adalah bagaimana berpikir yang sesuai itu? Bagaimana berpikir secara efektif? Ketika berbicara mengenai “sesuai” dan “efektif” berarti berkaitan dengan kualitas. Artinya, berpikir menjadi semakin penting karena kualitas ditentukan oleh, salah satunya, latihan demi keterampilan. Oleh karena itu, dibutuhkan ketekunan dan waktu untuk seseorang mencapai tahap berpikir yang baik. Kemampuan berpikir sesuai tidak bisa diperoleh hanya dalam satu atau beberapa hari, bahkan bulan karena dibutuhkan kemauan untuk mengembangkan kemampuan dan kerja keras tiada henti.

Berpikir haruslah diperlakukan sebagai kegiatan seni yang terus berlangsung sehingga setiap kali kesulitan, masalah, tantangan, dan ketidaknyamanan muncul, orang tidak berhenti apalagi mundur dalam berpikir, melainkan terus melatih keterampilan berpikirnya. Layaknya seorang atlit atau seniman yang terus berlatih dan meningkatkan keterampilannya demi hasil yang maksimal bahkan sempurna, maka hal yang serupa berlaku bagi orang yang mau berpikir efektif. Tidak ada yang lain kecuali kesungguhan, latihan, dan kerja keras tiada henti demi tercapainya proses berpikir yang sesuai dan efektif.

Setidaknya ada empat kunci utama yang menjadi ciri berpikir efektif, yakni: 

  • Berusaha berpikir secara jernih dan lurus
  • Berusaha fokus pada ide-ide atau poin-poin utama
  • Berusaha mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendalam yang relevan
  • Berusaha berpikir terbuka

Jika seorang menerapkan empat hal tersebut maka ia sudah berada dalam jalur yang sesuai/tepat dalam proses berpikir efektif bahkan kritis. Harus disadari penuh bahwa keempat hal di atas tidak berfungsi sebagai tongkat ajaib atau mantra yang ketika diterapkan serta-merta mengubah seorang menjadi pemikir kritis. Harus terus diingat, kesungguhan, latihan dan kerja keras tiada henti adalah daya utama bagi mereka yang ingin dapat berpikir efektif bahkan kritis sedangkan keempat kunci utama di atas adalah rambu-rambu yang tugasnya mengarahkan dan menuntun untuk sampai pada tahap berpikir efektif dan kritis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.