Tulisan yang lalu membahas berbagai unsur yang harus digunakan seorang yang hendak membangun dialog Sokratik, entah dengan pernyataan, keyakinan, ataupun berita tertentu demi memperoleh pemahaman dan memberikan penilaian yang akurat dan jernih. Tulisan kali ini akan menutup seri “Pertanyaan Sokratik” dengan membahas beberapa hal penting lain yang perlu diperhatikan sebagai kelengkapan demi tercipta dan terbangunnya dialog Sokratik yang baik.
Salah satu hal yang perlu disadari dan dipersiapkan ketika seorang akan menciptakan dan membangun dialog Sokratik yang baik adalah dengan mengajukan pertanyaan awal sebagai pembuka yang akan didiskusikan lebih lanjut dan jauh. Seperti telah kita pelajari bahwa semua setiap pertanyaan saling berkaitan, dan pertanyaan tertentu berasal dari pertanyaan lainnya. Artinya, pertanyaan awal menentukan pertanyaan berikutnya. Contoh, jika ada pertanyaan, “Apa itu multikulturalisme? Maka harus jelas lebih dulu jawaban untuk pertanyaan, “Apa itu kebudayaan”? dan, untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus dijelaskan dulu pertanyaan, “Apa yang menjadi dasar kebudayaan?” “Apa karakter kebudayaan?” atau, “Apa saja unsur-unsur dalam diri seorang yang menentukan budayanya”?
Demi dibangunnya proses berpikir yang lurus dan jernih, susunlah pertanyaan-pertanyaan relevan yang tertuju pada ide pokok yang hendak didiskusikan lebih lanjut. Proses yang sama bisa diterapkan setiap kali orang akan menganalisis, menilai, dan menjelaskan semua hal, termasuk pernyataan, keyakinan, bahkan berita tertentu. Jika proses berpikir seperti ini dilakukan setiap kali orang berdiskusi dengan subjek tertentu, maka dialog Sokratik pun terjadi. Dengan demikian, dialog Sokratik merupakan penuntun agar orang memahami sesuatu secara mendalam dan menyeluruh.
Pertanyaan-pertanyaan di bawah merupakan penuntun demi terbangunnya dialog Sokratik yang terfokus. Pertanyaan utamanya adalah, “Apa itu sejarah?”
- Apa yang ditulis para sejarawan?
- Apa itu masa lalu?
- Apakah mungkin memasukkan semua hal yang terjadi di masa lalu ke dalam satu buku sejarah?
- Bagaimana sejarawan menentukan hal-hal yang penting dan tidak penting?
- Bagaimana sejarawan menekankan hal tertentu yang hendak didiskusikan lebih dalam dan menyeluruh?
- Apakah para sejarawan memiliki penilaian-penilaian tertentu dalam mengajukan pandangannya?
- Bagaimana menentukan atau membedakan antara opini dan fakta?
- Bagaimana membedakan antara opini dan fakta?
- Mengapa opini dan fakta harus dibedakan?
- Bagaimana melakukan penafsiran sejarah?
- Apa itu penafsiran (sejarah)?
- Bagaimana membangun sudut pandang sejarah?
- Apa itu sudut pandang (sejarah)?
Setelah memperhatikan berbagai ciri, bentuk pertanyaan, prinsip, unsur, dan contoh pertanyaan dalam menciptakan dan membangun dialog Sokratik yang baik, maka orang diharapkan menyadari bahwa semua hal, baik pernyataan, keyakinan, dan berita setidaknya memiliki tiga fungsi, yakni:
- Untuk menyatakan pandangan subjektif
- Untuk membangun fakta objektif
- Untuk menyajikan jawaban-jawaban atau pernyatan-pernyataan yang dianggap lebih baik
Demi memperoleh pemahaman dan penilaian yang jernih dan mendalam, maka ketiga hal tersebut harus dianalisis dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan relevan, seperti sudah disajikan dalam tulisan sebelumnya (bagian ketiga). Akhirnya, harus disadari penuh bahwa setiap kali orang berjumpa dengan kenyataan tertentu dan ketika ia memberikan penilaian, orang tersebut berada dalam konteks tertentu. Artinya, ia memiliki pemikirannya dilatarbelakangi hal-hal tertentu, dan latar belakang tertentu, entah pengalaman, pandangan, budaya, keyakinan, atau pengetahuan yang dimilikinya. Dengan memahami hal-hal tersebut diharapkan seseorang menyadari posisinya sebagai makhluk yang (sesungguhnya selalu) berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.