Jika hendak menemukan definisi agama, maka orang tinggal membuka kamus. Namun, kata "agama" seringkali digunakan oleh sebagian besar orang dalam berbagai kesempatan dan beragam cara sehingga makna atau pengertiannya menjadi tidak jelas. Bagi saya, kata "agama" secara sangat sederhana dapat dijelaskan sebagai sistem kepercayaan dan aktivitas yang dilandasi dan diarahkan pada sesuatu yang dianggap kudus dan memiliki kekuatan yang dipercaya dapat mempengaruhi kehidupan manusia bahkan alam semesta.
Namun, "agama" adalah sebuah kata atau istilah yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk dijelaskan. Yang jelas, "agama" merupakan salah satu fenomena dalam kehidupan sebagian besar manusia yang rumit untuk dijelaskan. Oleh karena itu, para sosiolog sebisa mungkin menghindari penggunaan definisi ketika berbicara mengenai agama dan hanya menjelaskan agama dengan mengajukan beberapa karakter yang sifatnya tidak menjadi keharusan. Artinya, karakter-karakter tersebut tidak harus selalu ada dalam setiap agama.
Beberapa karakter agama adalah:
1. Berhubungan dengan hal (-hal) yang supranatural.
2. Berhubungan dengan kondisi manusia yang membutuhkan keselamatan dan pembebasan.
3. Berhubungan dengan berbagai ritual.
4. Adanya kelompok/komunitas tertentu.
Namun, jika kita melihat pada beberapa kelompok agama, seperti Jainisme dan Buddhisme, maka karakter no. 1 tidak berlaku karena beberapa golongan Jainisme dan Buddhisme (Buddha Theravada) tidak berhubungan atau mempercayai adanya hal supranatural. Sedangkan beberapa golongan Taoisme dan Scientologi tidak memiliki karakter no. 3. Bahkan beberapa golongan Kristen Kharismatik di Amerika Serikat tidak menyebut kekristenan yang mereka peluk sebagai agama melainkan suatu "hubungan"; hubungan antara manusia dengan tuhan/allah dan sesama.
Bagi saya agama harus memiliki unsur-unsur berikut ini:
1. Komunitas.
= Adanya persekutuan, hubungan, dan komunikasi di antara para anggota komunitas.
2. Nilai-nilai yang diusung.
= Berbagai ajaran mengenai "kebaikan" dan "kejahatan" yang dilandasi pada tradisi (cerita-cerita moral), buku-buku tertentu (kitab suci), dan pemimpin yang harus ditaati atau dijauhi.
3. Memberikan ketenangan.
= Mampu menjelaskan berbagai hal yang terjadi dalam hidup manusia, seperti: penderitaan, kejahatan, kebaikan, bencana, kematian, kehidupan setelah kematian, dan penyakit.
4. Orang-orang (yang dianggap) Suci.
= Figur-figur tertentu yang dianggap (baca: dipercaya) memiliki otoritas tinggi, seperti: nabi, pengajar, ahli tafsir/agama, santo, santa, dan para wali (dalam tradisi Islam Jawa).
5. Alam baka.
= Mempercayai adanya kehidupan setelah kematian, seperti: surga-neraka, reinkarnasi, nirwana, dan dunia-roh.
Namun, "agama" adalah sebuah kata atau istilah yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk dijelaskan. Yang jelas, "agama" merupakan salah satu fenomena dalam kehidupan sebagian besar manusia yang rumit untuk dijelaskan. Oleh karena itu, para sosiolog sebisa mungkin menghindari penggunaan definisi ketika berbicara mengenai agama dan hanya menjelaskan agama dengan mengajukan beberapa karakter yang sifatnya tidak menjadi keharusan. Artinya, karakter-karakter tersebut tidak harus selalu ada dalam setiap agama.
Beberapa karakter agama adalah:
1. Berhubungan dengan hal (-hal) yang supranatural.
2. Berhubungan dengan kondisi manusia yang membutuhkan keselamatan dan pembebasan.
3. Berhubungan dengan berbagai ritual.
4. Adanya kelompok/komunitas tertentu.
Namun, jika kita melihat pada beberapa kelompok agama, seperti Jainisme dan Buddhisme, maka karakter no. 1 tidak berlaku karena beberapa golongan Jainisme dan Buddhisme (Buddha Theravada) tidak berhubungan atau mempercayai adanya hal supranatural. Sedangkan beberapa golongan Taoisme dan Scientologi tidak memiliki karakter no. 3. Bahkan beberapa golongan Kristen Kharismatik di Amerika Serikat tidak menyebut kekristenan yang mereka peluk sebagai agama melainkan suatu "hubungan"; hubungan antara manusia dengan tuhan/allah dan sesama.
Bagi saya agama harus memiliki unsur-unsur berikut ini:
1. Komunitas.
= Adanya persekutuan, hubungan, dan komunikasi di antara para anggota komunitas.
2. Nilai-nilai yang diusung.
= Berbagai ajaran mengenai "kebaikan" dan "kejahatan" yang dilandasi pada tradisi (cerita-cerita moral), buku-buku tertentu (kitab suci), dan pemimpin yang harus ditaati atau dijauhi.
3. Memberikan ketenangan.
= Mampu menjelaskan berbagai hal yang terjadi dalam hidup manusia, seperti: penderitaan, kejahatan, kebaikan, bencana, kematian, kehidupan setelah kematian, dan penyakit.
4. Orang-orang (yang dianggap) Suci.
= Figur-figur tertentu yang dianggap (baca: dipercaya) memiliki otoritas tinggi, seperti: nabi, pengajar, ahli tafsir/agama, santo, santa, dan para wali (dalam tradisi Islam Jawa).
5. Alam baka.
= Mempercayai adanya kehidupan setelah kematian, seperti: surga-neraka, reinkarnasi, nirwana, dan dunia-roh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.