Jumat, 19 Maret 2010

Jiwa & Otak

Sebagian besar orang, khususnya yang beragama, mempercayai adanya jiwa yang merupakan salah satu unsur yang dimiliki manusia, selain tubuh tentunya. Mereka yakin bahwa jiwa tersebut tidak akan mengalami kematian walaupun tubuh telah mati karena jiwa tidak seperti tubuh yang terdiri dari daging, darah, syaraf, dan otot, yang suatu saat pasti akan mati. Mereka yang mempercayai adanya jiwa hanya bisa mengatakan bahwa jiwa adalah substansi (diri) manusia yang tidak akan mengalami kematian. Dan jiwa itulah yang setelah kematian akan, entah pergi ke surga atau neraka (dalam pandangan agama-agama Abrahamik) atau mengalami reinkarnasi (dalam Hinduisme) maupun memasuki Nirvana (dalam Buddhisme). Apakah benar manusia memiliki jiwa? Jika ya, di mana dan dari mana jiwa itu berasal?

Ilmu psikologi otak (neuropsikologi) adalah salah satu bidang ilmu yang bisa sedikit-banyak keterangan/informasi mengenai jiwa. Menurut hasil berbagai penelitian yang terus berkembang dalam neuropsikologi mengatakan bahwa berbagai hal yang terkait dengan manusia, seperti: kesadaran diri, identitas, karakter, dan "kehendak bebas" sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik yang terjadi, baik di dalam otak maupun tubuh manusia. Artinya, aktivitas otak dan kerja tubuh seseorang mempengaruhi berbagai hal yang telah disebut tadi.

Berbagai hasil penelitian mengatakan bahwa hal-hal seperti, obat-obatan, penyakit, kecelakaan, dan kurangnya tidur bisa mempengaruhi "jiwa" seperti yang dipercaya oleh sebagian besar orang. Hal-hal tersebut bisa membuat "perubahan" yang diproses dalam otak kemudian disalurkan kepada jaringan-jaringan syaraf tubuh, entah terjadi sangat cepat maupun lambat.

Contoh: Di luar negeri berulangkali telah dilakukan eksperimen terhadap banyak orang berbeda dengan memberikan obat-obatan tertentu dan/atau aliran listrik yang sangat rendah ke dalam otak demi merangsang bagian-bagian tertentu dari otak, entah dalam keadaan sadar maupun pingsan (dibius). Hal ini dilakukan untuk melihat reaksi apakah yang diberikan oleh orang-orang tersebut. Setelah penelitian dilakukan, orang-orang tersebut dimintai keterangannya secara terpisah. Dan hasilnya pun sangat menarik; beberapa orang mengatakan telah bertemu orang-orang terdekatnya yang sudah meninggal (beberapa orang menganggap telah melihat malaikat), ada yang mengaku seperti berjalan di lorong gelap namun di ujungnya ada cahaya yang sangat terang (yang oleh orang-orang beragama seringkali dianalogikan sebagai "jalan menuju surga", ada yang mengatakan merasakan kebahagiaan yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, dan ada juga yang merasakan kasih sayang yang begitu mendalam (banyak orang menganggap hal tersebut sebagai pengalaman berjumpa dengan yang ilahi).

Apakah arti semuanya itu? Apakah artinya ada unsur-unsur lain dalam diri manusia yang sesungguhnya berada di dalam diri seseorang, namun suatu saat (ketika kematian) keluar sehingga tidak mengalami kematian? Apakah itu yang dinamakan dengan jiwa? Berbagai hasil penelitian di atas telah mengatakan dengan begitu gamblang bahwa sesungguhnya tidak ada satu hal pun yang berada dan berasal dari diri manusia yang tidak berpusat dari otaknya. Semua hal seperti yang telah disebut di awal tadi: kesadaran diri, identitas, karakter, dan "kehendak bebas" tidak lain hanyalah berasal atau dipicu dari aktivitas otak manusia dan kerja jaringan-jaringan otot tubuh manusia.

Dengan demikian, berdasar pada hasil-hasil penelitian sampai saat ini maka dapat dikatakan bahwa manusia tidak memiliki jiwa yang ada dan berasal dari dirinya. Ternyata, "jiwa" tidak lebih dari suatu upaya sebagian besar orang untuk menjelaskan atau menggambarkan bahwa ada unsur dalam dan dari dirinya yang tidak akan mati melainkan terus melanjutkan hidup, entah dalam bentuk yang lain/berbeda dari sebelumnya maupun dalam dunia yang lain. "Jiwa" tidak lain daripada hasil aktivitas otak manusia bersama-sama kerja tubuh yang melahirkan berbagai perubahan biologis dalam tubuh manusia. "Jiwa" adalah proses biologi yang dibentuk oleh hukum fisik sebab dan akibat yang dipicu oleh aktivitas otak dan kerja tubuh manusia.

Apakah ini berarti "masalah" mengenai jiwa tersebut telah rampung dengan berdasar pada semua penelitian tersebut? Tentu tidak. Namun setidaknya, ilmu pengetahuan modern terus berkembang dan selalu berusaha menjelaskan berbagai misteri kehidupan dengan berdasar pada berbagai data, penelitian, dan akal sehat manusia. Itulah hakikat ilmu pengetahuan, melakukan check and recheck tiada henti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.