Merupakan hal yang baik jika orang memperlakukan agama bukan sebagai artefak dengan mendiamkannya sekaligus memeluk dan mempercayainya hanya dengan membeo pada otoritas tertentu, apalagi menghina atau menjelek-jelekan agama. Namun sebaliknya, berusaha mempelajari agama secara kritis. Oleh karena itu, merupakan sikap yang sangat bijak jika orang mau mempelajari agama, entah yang dianutnya maupun yang dianut orang lain secara kritis. Menurut saya ada beberapa pendekatan kritis yang sangat berguna guna untuk mempelajari agama. Setidaknya mereka yang mau berpikir kritis memilih salah satu dari sekian pendekatan yang ada jika hendak berusaha memahami dan menjelaskan agamanya dan/atau agama yang dianut orang lain. Berikut adalah beberapa pendekatan kritis menurut pandangan saya (urutan tidak berarti bahwa yang disebut lebih awal lebih kritis atau lebih baik daripada yang disebut setelahnya) :
a. Pendekatan melalui Sastra.
Umumnya agama memiliki kitab sucinya masing-masing yang dianggap sebagai salah satu otoritas tertinggi oleh para penganutnya. Kitab suci tersebut dipercaya sebagai tolok ukur moral yang mutlak dipercaya dan diteladani oleh orang-orang yang memeluk agamanya. Beberapa pertanyaan yang menjadi perhatian dalam pendekatan sastra adalah: Siapa yang menulis kitab suci atau kitab-kitab tertentu? Kapan, di mana, dan untuk siapa tulisan atau kitab tersebut ditulis? Apakah jenis tulisan tersebut? (Mempertanyakan jenre atau jenis sastra sebuah kitab atau tulisan; apakah, nabi-nabi, apokaliptik, kebijaksanaan, atau perumpamaan.) Apakah makna awal sebuah tulisan atau kitab itu? Bagaimana sebuah tulisan atau kitab mengalami penyebaran dan penafsiran dari masa ke masa?
b. Pendekatan melalui Sejarah.
Dalam pendekatan ini yang (harus) dilakukan orang adalah "menggali" berbagai data yang kemudian daripadanya dilakukan rekonstruksi untuk "menemukan" apa yang "sesungguhnya terjadi pada masa-masa tertentu". Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah mengumpulkan sebanyak mungkin data yang bisa ditemukan pada masa kin untuk memperoleh penjelasan dan kejelasan mengenai peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Oleh karena itu, pertanyaan- pertanyaan seperti: Siapa, kapan, di mana, dan mengapa sebuah teks ditulis? dan apakah konteks sosial, budaya, ekonomi, politik, dan alam? merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh orang-orang yang menggunakan pendekatan ini ketika berusaha mempelajari agama tertentu.
c. Pendekatan melalui Antropologi.
Hal paling utama yang menjadi perhatian dalam pendekatan ini adalah upaya memahami dan menjelaskan perilaku manusia dalam konteks hidupnya yang partikular atau masyarakat yang lebih luas. Bagaimana interaksi antar individu dalam sebuah kelompok masyarakat tertentu merupakan pertanyaan utama yang harus dijawab dan dijelaskan oleh setiap orang yang memakai pendekatan ini dalam upayanya mempelajari agama. Dengan demikian, hal yang hendak dijelaskan ketika orang menggunakan pendekatan ini adalah, apa sajakah fungsi/peran agama di kehidupan seorang individu dalam interaksinya dengan individu lainnya.
d. Pendekatan melalui Sosiologi.
Dalam pendekatan ini orang akan berusaha memahami dan menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan manusia dalam konteks yang lebih luas, seperti: kebudayaan, kehidupan keluarga, peran-peran jender, nilai-nilai moral/etika tertentu, ragam pengetahuan, dan intitusi-intitusi yang ada.
e. Pendekatan melalui Fenomenologi.
Tema yang menjadi perhatian dalam pendekatan ini adalah mencoba melihat dan menganalisis agama dalam pandangan para penganut/pemeluknya. Artinya, pendekatan ini berusaha memahami berbagai pengalaman dan apa arti pengalaman-pengalaman tersebut bagi orang-orang yang mengalaminya, dalam kaitannya dengan agama mereka.
f. Pendekatan melalui Psikologi.
Pendekatan ini mencoba membantu orang untuk melihat kedalaman sisi psikologis seseorang ketika mereka terlibat dalam segala hal yang berkaitan dengan agama yang dianutnya. Apakah agama yang dianut seseorang membuat orang tersebut lebih bahagia atau keras atau tenang atau sejahtera atau tertutup?
g. Pendekatan melalui Neurosains.
Dalam pendekatan yang dibantu oleh teknologi canggih ini orang meneliti otak manusia, bukan saja otak orang-orang yang beragama tetapi juga mereka yang tidak beragama atau tidak mempercayai adanya tuhan. Hal ini dilakukan untuk menemukan dan melihat berbagai reaksi fisik yang dapat dilihat secara kasat mata. Beberapa pertanyaan seperti: Bagian otak mana sajakah yang memberikan reaksi ketika kepada orang tertentu diberikan rangsangan atau pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan agama atau tuhan? dan apakah pengalaman-pengalaman keagamaan tertentu bisa dipicu oleh rangsangan yang diberikan kepada bagian otak tertentu? merupakan beberapa contoh pertanyaan yang selalu berusaha ditemukan jawaban dan penjelasannya melalui pendekatan ini.
a. Pendekatan melalui Sastra.
Umumnya agama memiliki kitab sucinya masing-masing yang dianggap sebagai salah satu otoritas tertinggi oleh para penganutnya. Kitab suci tersebut dipercaya sebagai tolok ukur moral yang mutlak dipercaya dan diteladani oleh orang-orang yang memeluk agamanya. Beberapa pertanyaan yang menjadi perhatian dalam pendekatan sastra adalah: Siapa yang menulis kitab suci atau kitab-kitab tertentu? Kapan, di mana, dan untuk siapa tulisan atau kitab tersebut ditulis? Apakah jenis tulisan tersebut? (Mempertanyakan jenre atau jenis sastra sebuah kitab atau tulisan; apakah, nabi-nabi, apokaliptik, kebijaksanaan, atau perumpamaan.) Apakah makna awal sebuah tulisan atau kitab itu? Bagaimana sebuah tulisan atau kitab mengalami penyebaran dan penafsiran dari masa ke masa?
b. Pendekatan melalui Sejarah.
Dalam pendekatan ini yang (harus) dilakukan orang adalah "menggali" berbagai data yang kemudian daripadanya dilakukan rekonstruksi untuk "menemukan" apa yang "sesungguhnya terjadi pada masa-masa tertentu". Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah mengumpulkan sebanyak mungkin data yang bisa ditemukan pada masa kin untuk memperoleh penjelasan dan kejelasan mengenai peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Oleh karena itu, pertanyaan- pertanyaan seperti: Siapa, kapan, di mana, dan mengapa sebuah teks ditulis? dan apakah konteks sosial, budaya, ekonomi, politik, dan alam? merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh orang-orang yang menggunakan pendekatan ini ketika berusaha mempelajari agama tertentu.
c. Pendekatan melalui Antropologi.
Hal paling utama yang menjadi perhatian dalam pendekatan ini adalah upaya memahami dan menjelaskan perilaku manusia dalam konteks hidupnya yang partikular atau masyarakat yang lebih luas. Bagaimana interaksi antar individu dalam sebuah kelompok masyarakat tertentu merupakan pertanyaan utama yang harus dijawab dan dijelaskan oleh setiap orang yang memakai pendekatan ini dalam upayanya mempelajari agama. Dengan demikian, hal yang hendak dijelaskan ketika orang menggunakan pendekatan ini adalah, apa sajakah fungsi/peran agama di kehidupan seorang individu dalam interaksinya dengan individu lainnya.
d. Pendekatan melalui Sosiologi.
Dalam pendekatan ini orang akan berusaha memahami dan menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan manusia dalam konteks yang lebih luas, seperti: kebudayaan, kehidupan keluarga, peran-peran jender, nilai-nilai moral/etika tertentu, ragam pengetahuan, dan intitusi-intitusi yang ada.
e. Pendekatan melalui Fenomenologi.
Tema yang menjadi perhatian dalam pendekatan ini adalah mencoba melihat dan menganalisis agama dalam pandangan para penganut/pemeluknya. Artinya, pendekatan ini berusaha memahami berbagai pengalaman dan apa arti pengalaman-pengalaman tersebut bagi orang-orang yang mengalaminya, dalam kaitannya dengan agama mereka.
f. Pendekatan melalui Psikologi.
Pendekatan ini mencoba membantu orang untuk melihat kedalaman sisi psikologis seseorang ketika mereka terlibat dalam segala hal yang berkaitan dengan agama yang dianutnya. Apakah agama yang dianut seseorang membuat orang tersebut lebih bahagia atau keras atau tenang atau sejahtera atau tertutup?
g. Pendekatan melalui Neurosains.
Dalam pendekatan yang dibantu oleh teknologi canggih ini orang meneliti otak manusia, bukan saja otak orang-orang yang beragama tetapi juga mereka yang tidak beragama atau tidak mempercayai adanya tuhan. Hal ini dilakukan untuk menemukan dan melihat berbagai reaksi fisik yang dapat dilihat secara kasat mata. Beberapa pertanyaan seperti: Bagian otak mana sajakah yang memberikan reaksi ketika kepada orang tertentu diberikan rangsangan atau pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan agama atau tuhan? dan apakah pengalaman-pengalaman keagamaan tertentu bisa dipicu oleh rangsangan yang diberikan kepada bagian otak tertentu? merupakan beberapa contoh pertanyaan yang selalu berusaha ditemukan jawaban dan penjelasannya melalui pendekatan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.