Orang-orang yang mempercayai adanya kehidupan setelah kematian menganggap bahwa jiwa merekalah yang akan terus hidup di alam baka. Beberapa pertanyaan yang muncul dari kalimat tersebut adalah:
1. Apakah itu jiwa?
2. Apakah bentuk jiwa tersebut?
3. Berasal dari apakah jiwa itu?
4. Apakah unsur jiwa itu?
5. Terdiri dari apakah jiwa itu?
6. Di manakah jiwa itu berada?
Banyak orang mengatakan bahwa jiwa adalah salah satu unsur diri manusia yang tidak berbentuk fisik atau tidak memiliki daging dan darah layaknya tubuh manusia. Jiwa adalah lawan dari raga manusia. Oleh karena jiwa bukanlah raga, maka jiwa itu tidak dapat mati alias tidak akan mati. Pendek kata, jiwa bukanlah sesuatu yang berbentuk materiil atau bersifat ragawi melainkan sesuatu yang non-materiil atau non-ragawi.
Banyak orang menyatakan bahwa jiwa berasal dari kesadaran berpikir manusia. Namun, berbagai penelitian yang dilakukan terhadap otak manusia mengatakan hal yang sebaliknya. Artinya, kesadaran berpikir manusia hanyalah merupakan hasil proses kerja jaringan-jaringan syaraf otak manusia. Kata yang biasa digunakan untuk menyebut atau menamakan hasil proses kerja syaraf otak manusia tersebut adalah "pikiran" (bahasa Inggrisnya mind). ("Pikiran" atau Mind adalah kata benda, sedangkan kata kerjanya adalah "berpikir" atau thought.) Dengan demikian, kesadaran manusia tidaklah "melahirkan" jiwa, tetapi kesadaran manusia tersebut merupakan hasil kerja fisik otak manusia.
Jadi sesungguhnya, "jiwa" adalah sesuatu yang tidak nyata. Tidak ada benda atau sesuatu pun yang dapat disebut atau dinamakan dengan "jiwa". "Jiwa" hanyalah sebuah konsep atau ide atau kata yang tidak menunjuk dan merujuk pada sebuah benda yang konkret. Kata "jiwa" hanya terdapat dalam "kamus" mereka yang mempercayai keberadaan "jiwa" tersebut, meskipun tidak hal tersebut tidak didukung oleh berbagai bukti relevan dan argumen yang kuat. Oleh karena itu, pandangan mengenai "jiwa" haruslah ditolak karena sama sekali tidak didasarkan pada bukti-bukti yang nyata dan relevan. Keberadaan "jiwa" hanyalah mitos. Tidak ada satu pun makhluk hidup yang memiliki jiwa, termasuk manusia, apalagi benda.
Jiwa bukanlah salah satu unsur yang ada dalam tubuh manusia dan bersifat kekal sehingga tidak akan mengalami kematian. Jiwa bukanlah unsur non materiil yang dimiliki manusia, namun di saat otak berhenti beraktivitas dan semua syaraf tubuh berhenti bekerja hanya jiwalah yang terus hidup setelah melewati masa kematian. Jiwa juga bukanlah pikiran dan kesadaran manusia karena kedua hal itu tidak lain hanyalah hasil kerja syaraf-syaraf otak manusia. Oleh karena itu, pandangan yang mengatakan bahwa makhluk hidup, khususnya manusia memiliki jiwa merupakan pandangan yang salah karena sama sekali tidak didukung oleh berbagai bukti dan data relevan serta argumen yang cermat. Dengan demikian, manusia adalah makhluk hidup yang memiliki pikiran, hasrat, dan emosi, tetapi tidak memiliki jiwa.
1. Apakah itu jiwa?
2. Apakah bentuk jiwa tersebut?
3. Berasal dari apakah jiwa itu?
4. Apakah unsur jiwa itu?
5. Terdiri dari apakah jiwa itu?
6. Di manakah jiwa itu berada?
Banyak orang mengatakan bahwa jiwa adalah salah satu unsur diri manusia yang tidak berbentuk fisik atau tidak memiliki daging dan darah layaknya tubuh manusia. Jiwa adalah lawan dari raga manusia. Oleh karena jiwa bukanlah raga, maka jiwa itu tidak dapat mati alias tidak akan mati. Pendek kata, jiwa bukanlah sesuatu yang berbentuk materiil atau bersifat ragawi melainkan sesuatu yang non-materiil atau non-ragawi.
Banyak orang menyatakan bahwa jiwa berasal dari kesadaran berpikir manusia. Namun, berbagai penelitian yang dilakukan terhadap otak manusia mengatakan hal yang sebaliknya. Artinya, kesadaran berpikir manusia hanyalah merupakan hasil proses kerja jaringan-jaringan syaraf otak manusia. Kata yang biasa digunakan untuk menyebut atau menamakan hasil proses kerja syaraf otak manusia tersebut adalah "pikiran" (bahasa Inggrisnya mind). ("Pikiran" atau Mind adalah kata benda, sedangkan kata kerjanya adalah "berpikir" atau thought.) Dengan demikian, kesadaran manusia tidaklah "melahirkan" jiwa, tetapi kesadaran manusia tersebut merupakan hasil kerja fisik otak manusia.
Jadi sesungguhnya, "jiwa" adalah sesuatu yang tidak nyata. Tidak ada benda atau sesuatu pun yang dapat disebut atau dinamakan dengan "jiwa". "Jiwa" hanyalah sebuah konsep atau ide atau kata yang tidak menunjuk dan merujuk pada sebuah benda yang konkret. Kata "jiwa" hanya terdapat dalam "kamus" mereka yang mempercayai keberadaan "jiwa" tersebut, meskipun tidak hal tersebut tidak didukung oleh berbagai bukti relevan dan argumen yang kuat. Oleh karena itu, pandangan mengenai "jiwa" haruslah ditolak karena sama sekali tidak didasarkan pada bukti-bukti yang nyata dan relevan. Keberadaan "jiwa" hanyalah mitos. Tidak ada satu pun makhluk hidup yang memiliki jiwa, termasuk manusia, apalagi benda.
Jiwa bukanlah salah satu unsur yang ada dalam tubuh manusia dan bersifat kekal sehingga tidak akan mengalami kematian. Jiwa bukanlah unsur non materiil yang dimiliki manusia, namun di saat otak berhenti beraktivitas dan semua syaraf tubuh berhenti bekerja hanya jiwalah yang terus hidup setelah melewati masa kematian. Jiwa juga bukanlah pikiran dan kesadaran manusia karena kedua hal itu tidak lain hanyalah hasil kerja syaraf-syaraf otak manusia. Oleh karena itu, pandangan yang mengatakan bahwa makhluk hidup, khususnya manusia memiliki jiwa merupakan pandangan yang salah karena sama sekali tidak didukung oleh berbagai bukti dan data relevan serta argumen yang cermat. Dengan demikian, manusia adalah makhluk hidup yang memiliki pikiran, hasrat, dan emosi, tetapi tidak memiliki jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.