Sabtu, 06 Maret 2010

Kehidupan tanpa "Sesuatu" di Luar Sana

Seringkali saya mendengar orang berkata: "kehidupan tidak akan bermakna tanpa adanya tuhan/allah/dewa" atau "hidup seseorang tidak akan mengalami kesempurnaan tanpa adanya tuhan/allah/dewa" atau "orang tidak akan mengalami kebahagiaan yang sepenuhnya tanpa adanya tuhan/allah/dewa", dan masih banyak pernyataan yang sejajar. Artinya, seseorang harus mempercayai adanya tuhan/allah/dewa terlebih dahulu supaya mengalami kebahagiaan yang sepenuhnya. Hidup seseorang tidak akan bermakna jika dilandasi pada kepercayaan terhadap "sesuatu" di luar sana. Tuhan/allah/dewa/"sesuatu" yang tidak dapat dilihat secara kasat mata oleh manusia menjadi dasar untuk memperoleh dan mengalami kebermaknaan, kebahagiaan, atau kesempurnaan dalam menjalani hidup di dunia ini. Apakah pernyataan-pernyataan seperti itu benar? Apakah pernyataan-pernyataan seperti itu didukung oleh berbagai bukti yang relevan dan/atau argumen yang kuat?

Sejauh yang saya ketahui ada begitu banyak orang yang mengalami kebahagiaan tanpa mempercayai adanya "sesuatu" di luar sana. Ada begitu banyak orang yang mengaku menjalani hidup yang bermakna tanpa sama sekali didasari pada kepercayaan terhadap "sesuatu" di dalam dirinya yang oleh banyak orang dinamakan atau disebut tuhan/allah/dewa. Ada banyak orang yang menyatakan diri sebagai manusia yang bahagia tanpa sama sekali membawa-bawa atau mengaitkan dirinya dengan "sesuatu", baik yang berada di luar sana maupun di dalam dirinya.

Dengan demikian, secara sangat sederhana dapat dikatakan bahwa berbagai pernyataan yang menghubungkan kebahagiaan, kebermaknaan, dan kesempurnaan hidup manusia dengan "sesuatu" yang berada di luar sana tidaklah benar. Mengapa? Karena tidak didukung oleh bukti-bukti yang relevan. Buktinya, ada begitu banyak orang yang mengatakan bahwa mereka bahagia menjalani hidup mereka tanpa mendasarkannya pada kepercayaan terhadap "sesuatu" di luar sana. Berbagai pernyataan yang menghubungkan kebermaknaan dan kebahagiaan manusia dengan "sesuatu" di luar sana tidak didukung oleh argumen yang kuat melainkan hanya didukung oleh emosi orang-orang yang mengatakannya. Seperti telah diketahui, emosi sama sekali bukanlah argumen yang bisa digunakan untuk menemukan kebenaran. Oleh karena itu, berbagai pernyataan yang mencoba menghubungkan antara kebahagiaan manusia dengan "sesuatu" di luar sana haruslah ditolak karena sama sekali tidak benar. Tidak benar karena sama sekali tidak didukung oleh bukti yang relevan dan argumen yang kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.