Jumat, 21 Mei 2010

Tuyul di dalam Botol


Kompas.com edisi Jumat, 21 Mei 2010 memuat berita yang diberi tajuk “Lagi, Tuyul Gegerkan Warga Bekasi”, yakni mengenai tuyul yang diklaim berhasil ditangkap oleh beberapa orang kemudian dimasukkan ke dalam sebuah botol bekas sirup.
JAKARTA, KOMPAS.comWarga Kampung Pedurenan RT 08 RW 05, Kelurahan Durenjaya, Bekasi Timur, kemarin dihebohkan dengan kabar penangkapan tuyul. Sebelumnya, Selasa (18/5/2010), warga Kelapa Gading, Jakarta Utara, juga dihebohkan dengan "ditangkapnya" tuyul dalam botol.
Makhluk gaib yang dituding gemar menggasak duit itu tertangkap Kamis (20/5/2010) sekitar pukul 02.00. Penangkapan tuyul itu bermula dari kecurigaan empat warga Gang Swadaya, Kampung Pedurenan, yang tengah bermain karambol. Mereka, yakni Dimin (50), Zainul Abidin (45), Turodi (57), dan Murjianto (25), terusik dengan kehadiran sosok makhlus halus itu. "Lewat tengah malam, di antara kami ada yang merasakan hawa lain. Tiba-tiba Murjianto melihat sosok seperti anak kecil berlarian masuk ke dalam gang. Tidak semua dari kami yang berkumpul malam itu bisa melihatnya," ungkap Dimin, ketua RT setempat. Dibantu rekan-rekannya, kata Dimin, Murjianto akhirnya menggiring makhluk itu ke pojokan sebuah rumah dan memasukkannya ke dalam botol bekas wadah sirup. Kejadian itu kontan memancing perhatian warga setempat. Cerita dari mulut ke mulut pun membuat warga berdatangan.
Tak hanya warga Kampung Pedurenan, sejumlah warga tetangga kampung juga menyempatkan diri mendatangi rumah Murjianto untuk melihat langsung makhluk halus itu. Mereka berebut mengabadikannya menggunakan beragam kamera, mulai dari kamera ponsel, kamera saku, hingga kamera video.
Sejumlah warga mengaku kehilangan uang beberapa hari sebelum penangkapan itu. Ny Anis (41), warga setempat, mengaku kehilangan uang Rp 500.000 yang tersimpan dalam celengan plastik. Celengan itu dia taruh dalam lemari pakaian dan kuncinya selalu dibawa. Tiap kali menabung, Anis mencatatnya sehingga tahu persis berapa jumlah uangnya. "Celengannya enggak pecah, tetapi waktu tiga hari lalu saya bongkar duitnya sudah enggak ada," ungkap ibu dua anak itu.
Demi kenyamanan warga, akhirnya botol kaca berisi makhluk halus itu dibawa petugas ke kantor Kelurahan Durenjaya, sekitar 500 meter dari rumah Murjianto. "Sudah ratusan orang datang ke sini dari pagi, kasihan yang punya rumah," kata Dimin. (chi)
===========
Segera setelah membaca berita di atas muncul lima tanggapan:
Pertama, diberitakan bahwa hanya seorang – bernama Murjianto – yang merasakan “hawa lain” yang kemudian ditafsirkan bahwa hal itu karena ada tuyul di sekitar tempat tersebut. Sejauh ini setiap kali orang mengatakan bahwa ia “merasakan hawa lain/aneh”, maka ciri-ciri fisiknya adalah bahwa bulu kuduk orang tersebut naik tanpa sama sekali menjelaskan lebih rinci apa yang dimaksudnya dengan “hawa lain/aneh” itu. Sejauh yang berkaitan dengan “hawa lain/aneh” itu ada yang mengatakan bahwa tiba-tiba terasa dingin. Ya, bisa saja udara dingin berhembus karena hal itu terjadi pada malam hari dengan didukung oleh hembusan angin malam yang rata-rata memang sejuk. Ada yang mengatakan tiba-tiba mencium bau bunga tertentu. Ya, hal itu sangat mungkin terjadi karena tidak disadari orang bahwa di sekitar tempat tersebut ada tanaman atau bunga-bunga tertentu yang ketika malam mengeluarkan bau khas yang tajam. (Ketika nongkrong sampai subuh bersama teman-teman pernah mencium bau khas seperti kopi/daun pandan. Beberapa teman merinding dan langsung mengatakan bahwa ada “jadi-jadian” (?) yang lewat, padahal tidak lama kemudian melintas musang di dahan pohon.) Dengan demikian, jelas, “hawa lain/aneh” yang dimaksud tersebut sama sekali tidak membuktikan bahwa ada makhluk lain (dhi. tuyul) di sekitar tempat tersebut. Oleh karena itu, yang terjadi adalah bahwa orang tersebut terlalu mempercayai “sense”-nya. Jangan lupa, manusia memiliki lima sense dan dari kelima sense tersebut tidak ada satupun yang berfungsi untuk “melacak” keberadaan “makhluk halus” atau makhluk apapun itu.

Kedua, diberitakan bahwa hanya seseorang bernama Murjianto yang merasakan “hawa lain” tersebut sedangkan teman-temannya yang saat itu juga berada di tempat tersebut tidak merasakannya. Ini sangat janggal. Mengapa hanya Murjianto yang merasakannya dan mengapa teman-temannya tidak merasakan hal yang sama? Apakah ada “kemampuan” tertentu yang dimiliki orang-orang tertentu sehingga ia mampu “merasakan” hal-hal yang tidak bisa dirasakan orang lain? Tidak ada. Namun yang menarik adalah teman-temannya terpengaruh oleh “perasaan” Murjianto sehingga mereka pun percaya terhadap apa yang dirasakan olehnya. Dengan demikian, mereka mengalami halusinasi karena mereka semua mempercayai sesuatu yang sesungguhnya tidak nyata dengan berdasar pada “perasaan” atau kepercayaan atau pengalaman satu orang. Jelas, hal ini bisa terjadi karena mereka adalah teman-teman Murjianto sehingga mereka cenderung mudah mempercayai pernyataan seorang temannya. Ini biasa terjadi dalam masyarakat, di mana sebuah kelompok cenderung mudah mempercayai dan menerima pernyataan bahkan pengalaman anggota kelompoknya sendiri karena di antara mereka sudah ada semacam “ikatan batin” dan “perjanjian tidak tertulis” bahwa anggota kelompok saling mempercayai dan mendukung. Tentu, dalam situasi seperti ini kritisisme dan skeptisisme menjadi sesuatu yang nyaris tidak mungkin sehingga menjadi sangat mandul.

Ketiga, dikatakan bahwa tuyul adalah “makhluk halus”. Apakah yang dimaksud dengan “makhluk halus” itu? Apakah itu berarti bahwa tuyul merupakan makhluk yang tidak memiliki fisik/raga/jasmani, ataukah? Jika tuyul adalah makhluk yang tidak memiliki fisik/raga/jasmani, namun mengapa ia bisa “ditangkap” bahkan dimasukkan ke dalam sebuah botol bekas sirup? Apaka dengan demikian berarti tuyul adalah makhluk yang bisa disentuh oleh fisik manusia? Jika tuyul adalah makhluk yang memiliki fisik/raga/jasmani, dari manakah ia berasal? Di manakah ia tinggal? Apakah yang menjadi makanannya? Namun sepertinya tuyul adalah makhluk yang memiliki raga karena ia dianggap sebagai penyebab hilangnya uang, seperti yang diklaim oleh banyak orang yang mempercayai hal tersebut. Ini artinya bahwa tuyul bisa menyentuh dan disentuh secara fisik. Namun demikian, sampai saat ini pertanyaan-pertanyaan tersebut belum dijawab secara rinci dan jelas.

Keempat, diberitakan bahwa warga banyak mengabadikan (foto dan video) botol yang menjadi tempat di mana tuyul tersebut disimpan. Dikabarkan juga bahwa di dalam botol tersebut terdapat gumpalan hitam mengambang yang berbentuk anak kecil yang sedang duduk. Sejauh yang dapat dikatakan bahwa “penglihatan” tersebut merupakan pareidolia. Orang-orang yang datang melihat dan mengabadikan botol tersebut sudah membawa asumsi di benaknya bahwa tuyul adalah makhluk yang berbentuk anak kecil gundul (berita kali ini tidak mengatakan jika gumpalan hitam yang berbentuk anak kecil tersebut gundul atau tidak). Asumsi tersebut semakin diperkuat dan dipertegas ketika orang melihat bentuk atau kontur permukaan atau pola yang terlihat di botol tersebut. Kontur permukaan atau pola tersebut bisa saja berasal dari cahaya yang memantul dari benda-benda lain sehingga membentuk seperti gumpalan hitam. Juga sangat mungkin jika bentuk gumpalan hitam yang berbentuk anak kecil sedang duduk tersebut memang merupakan kontur permukaan botol tersebut. Harus selalu diingat bahwa setiap orang memiliki asumsi yang diperoleh dari berbagai pengetahuan dasar yang pernah diterima sebelumnya. Dengan demikian, jelas, tuyul di dalam botol bekas sirup tersebut hanya bisa “dilihat” dan “dikatakan” oleh mereka yang sebelumnya sudah memiliki gambaran dasar seperti apakah tuyul itu. Tentu, mereka yang belum atau tidak memiliki gambaran dasar mengenai bentuk tuyul tidak bisa “melihat” dan “mengatakan” bahwa ada tuyul di dalam botol bekas sirup tersebut.

Kelima, diberitakan bahwa keberadaan dan penangkapan tuyul tersebut semakin diperkuat oleh pengakuan sejumlah warga yang mengklaim telah kehilangan uangnya. Tradisi yang berkembang di masyarakat adalah bahwa jika uang hilang tanpa penyebab yang jelas, maka itu artinya uang tersebut telah dicuri oleh tuyul. Bagaimana upaya memecahkan “misteri” ini? Salah satunya adalah dengan menggunakan pisau Ockham. Secara sederhana cara berpikir dan bekerja pisau Ockham adalah: jangan membawa sesuatu yang baru ke dalam kasus yang sedang dibahas. Artinya, ketika menggunakan pisau Ockham seseorang hanya memperhatikan hal-hal sederhana yang berasal dari sekitarnya. Mengenai sejumlah warga yang mengaku telah kehilangan uangnya, maka tidak perlu mencari sesuatu yang berasal dari luar peristiwa tersebut. Tidak perlu membawa hal-hal yang baru yang tidak ada kaitannya dengan “kasus” hilangnya uang-uang tersebut melainkan mencari tahu dari hal-hal sederhana yang bisa dipertimbangkan menjadi penyebab hilangnya uang tersebut, misalnya: uang itu dianggap hilang padahal terselip di suatu tempat, atau orang lupa jika uang yang dimaksud sebenarnya sudah digunakan, atau orang lupa meletakkan uangnya (atau juga terselip) sehingga ia menganggap bahwa uangnya telah hilang, atau karena uang itu memang hilang akibat dicuri oleh, entah anggota keluarga sendiri atau orang lain.

Setelah memperhatikan kelima poin di atas, apakah “makhluk halus” yang dinamakan tuyul itu masih ada, bahkan ada di dalam botol bekas sirup? Ya, masih ada, namun bukan di dalam botol bekas sirup melainkan dalam benak kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.