BBC News edisi Selasa, 4 Mei 2010 memuat berita yang berjudul “
“Two women are planning to set up laughter clubs in Zimbabwe, one of the world's most challenging economies.” Shilpa Shah and Celina Stockill believe they will help people cope with the strains of Zimbabwean life. They recently held workshops at the Harare International Festival of the Arts, with a range of exercises to encourage good hearty laughter.
At their workshops, Ms Shah and Ms Stockhill encourage people to hold hands, make funny faces at each other and lie on the floor and kick their legs in the air. They also ask them to pull their empty pockets out to laugh at each other's lack of cash, and to point and laugh at themselves. "We need to laugh more, especially in our situation in Zimbabwe - being poor, you've got to learn to laugh," said one man at a recent workshop.
Last year a unity government halted the collapse of Zimbabwe's economy - which left the Zimbabwean dollar almost worthless - by allowing the use of foreign currency. But it has meant that those without access to hard currency are often in a desperate situation.
'No sense of humour'. The mood in the workshop quickly moved from quiet anticipation to an explosion of mirth and merriment. "You don't have to have a reason to laugh; you don't have to be happy to laugh," said Ms Shah. "And you don't have to have a sense of humour to laugh."
Ms Stockhill says laughter has many health benefits, and she passionately believes that people should aim for 10 minutes of hearty laughter a day. "There are three benefits - emotional, physical and mental. We release stress by laughing, we activate our lymphatic system and it's a very strong cardio work-out." "It helps your digestive system and your reproductive system - it's a big 'on' button, whereas stress is a big 'off' button. "We need to use our diaphragm to laugh, to laugh from our stomach. I look at myself in the mirror and laugh for 10 to 15 minutes."
Outgoing, genuine and wanting to make the country a better place, the two laughter trainers plan to start a network of clubs around Zimbabwe. "We've been conditioned to laugh only at certain things and the classes are a way of laughing for no reason in a safe space," said Ms Stockhill. (Penekanan ditambahkan)
============
Menurut laporan di atas tawa mampu mengubah seseorang bahkan dunia. Namun, tulisan di atas tidak menjelaskan perubahan seperti apa yang bisa terjadi karena tawa. Tidak dijelaskan perubahan apa yang dapat dialami seseorang dan dunia karena tawa. Terlepas dari tidak adanya penjelasan mengenai perubahan yang bisa dialami seseorang dan dunia karena tawa, saya tidak dapat melihat hubungan antara tawa dan keadaan dunia yang bisa berubah. Artinya, saya tidak melihat jika tawa seseorang mampu mengubah keadaan orang tersebut dan dunia.
Lebih lanjut dalam berita itu diungkapkan bahwa tawa bisa membawa damai dalam dunia karena tawa lahir kebahagiaan. Artinya, tawa merupakan hasil kebahagiaan yang dialami seseorang. Namun demikian, tidak selalu tiap tawa lahir dari kebahagiaan yang dialami seseorang. Dengan demikian, tawa tidak selalu merupakan ungkapan bahagia seseorang. Bahkan dikatakan tawa bisa saja terjadi bukan karena alasan tertentu, seperti rasa lucu yang dimiliki seseorang. Artinya, setiap orang bisa tertawa walaupun tidak sedang mengalami bahagia dan tidak memiliki rasa lucu tertentu.
Berita di atas itu sendiri membuat saya lucu dan nyaris tertawa (senyum) karena saya membayangkan jika hal tersebut sungguh-sungguh hendak dilakukan oleh setiap orang yang mengalami kesulitan hidup (dipecat dari tempat kerja, duka karena orang yang dikasihi meninggal, bisnis yang dikelola bangkrut, atau gagal tes/ujian). Jika pun berhasil, saya membayangkan ekspresi orang-orang di sekitar orang yang tertawa tersebut. Sangat mungkin mereka akan terheran-heran dan bisa menganggap orang itu stress atau gila karena kesulitan atau beban atau “cobaan” hidup yang dialaminya.
Tulisan tersebut juga bisa membahayakan jika dengan mudah diterima oleh orang-orang yang sangat percaya jika tawa bisa mengubah keadaan diri dan dunia tanpa adanya kerja keras dan ketekunan. Apakah kesulitan atau beban atau “cobaan” hidup dapat terselesaikan hanya dengan tawa? Sampai saat ini belum ada catatan yang mengatakan bahwa tawa bisa secara langsung menyelesaikan atau menghindarkan orang dari kesulitan hidup. Ketakutannya adalah bahwa, selain tawa bisa membuat orang dianggap aneh atau gila, juga bisa membuai orang sehingga menjadi pragmatis dalam menghadapi kesulitan/beban/”cobaan” dalam kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.