Orang seringkali dengan keliru mengatakan bahwa orang yang "berpikir terbuka" berarti orang tersebut harus memperlakukan semua peristiwa, pernyataan, kesaksian, dan klaim secara seimbang. Artinya, seseorang yang berpikir terbuka harus bersedia meneliti, menguji, dan memikirkan bahwa semua hal mungkin terjadi. Ini adalah pemahaman keliru karena seseorang yang "berpikir terbuka" tidak berarti bahwa orang tersebut memiliki kewajiban untuk meneliti, menguji, dan memikirkan setiap peristiwa, pernyataan, kesaksian, dan klaim yang sejak awal langsung terlihat janggal dan bias.
Seorang yang berpikir terbuka menyadari penuh bahwa ia perlu meneliti, menguji, mempertimbangkan, dan memikirkan berbagai klaim dan/atau ide baru yang didukung oleh berbagai bukti relevan dan jelas. Seorang yang berpikir terbuka segera akan meneliti bukti-bukti baru yang dikemukakan dengan jernih dan kuat. Berpikir terbuka tidak berarti bahwa "pintu" penelitian dan diskusi dibiarkan terbuka, tetapi lebih pada keharusan untuk tidak "mengunci pintu" tersebut agar bukti-bukti terkini yang didukung oleh berbagai data fisik serta argumen masuk akal bisa memperoleh kesempatan untuk dikaji.
Sementara itu, seorang yang "berpikir tertutup" sama sekali tidak berarti bahwa orang tersebut telah berlaku tidak adil karena memperlakukan setiap peristiwa, pernyataan, kesaksian, dan klaim secara tidak adil. Namun, seorang yang berpikir tertutup artinya ia tidak mau (lagi) menguji, mempertimbangkan, dan memikirkan argumen atau pandangan yang terdahulu ketika bermunculan berbagai data dan bukti yang lebih baru. Ini berarti bahwa seorang yang berpikir tertutup sudah menutup dan mengunci "pintu" penelitian dan diskusi meskipun ada berbagai bukti baru yang hadir ke permukaan.
Dengan demikian, seorang yang berpikir terbuka tidak membatasi diri pada bukti-bukti lama yang usang dan sama sekali tidak mengunci pikirannya pada argumen-argumen terdahulu jika bermunculan berbagai bukti dan argumen terkini. Sebaliknya, dengan dilandasi oleh pikiran kritis dan akal sehat yang dimilikinya, ia tidak akan ragu meneliti, menguji, mempertimbangkan, dan mempikirkan hal-hal tersebut. Seorang yang berpikir terbuka selalu bergairah setiap kali bukti-bukti yang lebih baru muncul ke permukaan karena ia akan meneliti dan mengujinya. Seorang yang berpikir terbuka hanya menutup "pintu (-pintu)" tersebut karena ia selalu ingin mencari "pintu-pintu" lainnya agar lebih banyak "pintu" dapat dibuka. Namun sesungguhnya ia tidak pernah mengunci "pintu (-pintu)" itu agar ketika suatu saat ia kembali "pintu-pintu" dapat dibuka kembali.
Seorang yang berpikir terbuka menyadari penuh bahwa ia perlu meneliti, menguji, mempertimbangkan, dan memikirkan berbagai klaim dan/atau ide baru yang didukung oleh berbagai bukti relevan dan jelas. Seorang yang berpikir terbuka segera akan meneliti bukti-bukti baru yang dikemukakan dengan jernih dan kuat. Berpikir terbuka tidak berarti bahwa "pintu" penelitian dan diskusi dibiarkan terbuka, tetapi lebih pada keharusan untuk tidak "mengunci pintu" tersebut agar bukti-bukti terkini yang didukung oleh berbagai data fisik serta argumen masuk akal bisa memperoleh kesempatan untuk dikaji.
Sementara itu, seorang yang "berpikir tertutup" sama sekali tidak berarti bahwa orang tersebut telah berlaku tidak adil karena memperlakukan setiap peristiwa, pernyataan, kesaksian, dan klaim secara tidak adil. Namun, seorang yang berpikir tertutup artinya ia tidak mau (lagi) menguji, mempertimbangkan, dan memikirkan argumen atau pandangan yang terdahulu ketika bermunculan berbagai data dan bukti yang lebih baru. Ini berarti bahwa seorang yang berpikir tertutup sudah menutup dan mengunci "pintu" penelitian dan diskusi meskipun ada berbagai bukti baru yang hadir ke permukaan.
Dengan demikian, seorang yang berpikir terbuka tidak membatasi diri pada bukti-bukti lama yang usang dan sama sekali tidak mengunci pikirannya pada argumen-argumen terdahulu jika bermunculan berbagai bukti dan argumen terkini. Sebaliknya, dengan dilandasi oleh pikiran kritis dan akal sehat yang dimilikinya, ia tidak akan ragu meneliti, menguji, mempertimbangkan, dan mempikirkan hal-hal tersebut. Seorang yang berpikir terbuka selalu bergairah setiap kali bukti-bukti yang lebih baru muncul ke permukaan karena ia akan meneliti dan mengujinya. Seorang yang berpikir terbuka hanya menutup "pintu (-pintu)" tersebut karena ia selalu ingin mencari "pintu-pintu" lainnya agar lebih banyak "pintu" dapat dibuka. Namun sesungguhnya ia tidak pernah mengunci "pintu (-pintu)" itu agar ketika suatu saat ia kembali "pintu-pintu" dapat dibuka kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.