Minggu, 23 Mei 2010

Kesurupan di Atas Sepeda Motor


Liputan 6.com memuat berita singkat mengenai seorang perempuan yang dipercaya kesurupan ketika mengendarai motor sehingga ia membahayakan, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Berita edisi Sabtu, 22 Mei 2010 tersebut diberi judul “Tengah Berkendaraan, Perempuan Kesurupan.”
Liputan6.com, Bulukumba: Kesurupan saat mengedarai sepeda motor. Itulah peristiwa nahas yang dialami seorang perempuan di Bulukumba, Sulawesi Selatan, Jumat (21/5). Akibatnya, perempuan bernama Karmila itu menabrak pengendara sepeda motor lain. Karmila juga menabrak sepeda motor yang sedang diparkir dan nyaris menabrak mobil melaju ugal-ugalan.Tidak ada korban dalam peristiwa ini. Tapi, adu mulut sempat terjadi antara sejumlah pengendara dan petugas lalu lintas. Sebelum pingsan, Karmila sempat mengamuk dan berteriak-teriak. Warga di lokasi kejadian pun panik dan membiarkannya hingga terkulai lemas di lantai. Kemudian, warga membopongnya ke teras rumah untuk dipijat. (OMI/SHA)
==========
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, lema “kesurupan” termasuk kata kerja yang artinya: kemasukan (setan, roh) sehingga bertindak yang aneh-aneh. Dengan mengacu pada definisi tersebut berarti perempuan tersebut dimasuki setan atau roh ketika ia mengendarai sepeda motor. Ini adalah berita yang sangat menarik karena sejauh sepengetahuan saya belum pernah ada berita mengenai orang yang dimasuki setan atau roh ketika sedang mengendarai sesuatu, entah motor, mobil, kapal laut maupun pesawat terbang. Sangat mengerikan ketika membayangkan jika peristiwa yang serupa (kesurupan) dialami oleh pilot yang sedang menerbangkan pesawat terbangnya.
Ada beberapa pertanyaan yang perlu dikemukakan terkait berita di atas. Pertama, apakah memang bisa yang namanya roh atau setan atau “makhluk halus” masuk ke dalam raga/tubuh/jasmani manusia kemudian mengendalikan atau “mengganggu” aktivitas raga manusia? Sejauh ini tidak ada penjelasan saintifik yang bisa menemukan dan menganalisis fenomena tersebut selain penggunaan istilah “supernatural.” Apa itu “supernatural”? Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, “supernatural” berarti: ajaib (tidak dapat diterangkan dengan akal sehat), gaib, adikodrati. Ya, ketika orang melihat sepintas fenomena kesurupan sepertinya ajaib karena tidak bisa diterangkan dengan akal sehat. Ini bisa terjadi karena pengetahuan orang yang melihat fenomena tersebut terbatas. Artinya, ia tidak atau belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai fenomena kesurupan. Sesungguhnya fenomena kesurupan bisa dijelaskan melalui penelitian otak dan psikologi yang terus mengalami perkembangan dengan didukung oleh penelitian sosial dan antropologi (mungkin Moralizm bisa menjelaskan fenomena kesurupan dari sisi medis).
Pertanyaan kedua yang bisa dikemukakan terhadap fenomena kesurupan seperti diberitakan di atas adalah: apakah mungkin perempuan tersebut mengalami kantuk atau sangat lelah sehingga ia kehilangan konsentrasinya yang mengakibatkan kecelakaan? Artinya, selalu ada kemungkinan jika sebenarnya ia ngantuk ketika mengendarai sepeda motornya sehingga ia membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Kemungkinan seperti ini sama sekali tidak boleh disingkirkan ketika orang hendak mencari tahu dan menjelaskan suatu peristiwa.
Kembali pada definisi “supernatural” menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, maka seharusnyalan suatu hal yang belum bisa diterangkan oleh akal sehat tidak bisa disebut sebagai hal yang ajaib. Oleh karena itu, sesuatu yang belum bisa diterangkan dengan akal sehat sama sekali tidak berarti bahwa hal tersebut gaib atau adikodrati. “Fenomena” ini memang merasuki sebagian besar manusia, di mana mereka dengan cepat dan mudahnya mengatakan sesuatu itu sebagai hal gaib dan adikodrati hanya karena hal tersebut belum mampu dijelaskan menggunakan akal sehatnya. Akal sehat manusia sangat dipengaruhi oleh (ilmu) pengetahuan yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu, jika seseorang belum mampu menjelaskan suatu hal maka sesungguhnya hal itu terjadi karena pengetahuan orang tersebut yang terbatas.
Keterbatasan (ilmu) pengetahuan manusia hendaknya tidak menjadikan manusia berhenti berpikir dengan menggunakan akal sehatnya. Keterbatasan pengetahuan manusia hendaknya tidak membuat manusia dengan begitu cepat dan mudah menamai atau menyebut hal-hal yang, entah didengar, dibaca, disaksikan, bahkan dialaminya sebagai hal-hal yang gaib dan adikodrati. Tidak ada yang gaib dan adikodrati dalam alam ini, tetapi yang ada hanyalah keterbatasan pengetahuan manusia untuk menjelaskan hal-hal yang oleh banyak orang dianggap sebagai hal-hal yang gaib dan adikodrati tersebut. Ketika hal yang disebut gaib dan adikodrati itu sudah bisa dijelaskan oleh akal sehat manusia, maka sesungguhnya hal itu tidak lagi merupakan sesuatu yang gaib dan adikodrati.

3 komentar:

  1. Dear Bung Arrow,
    Menarik memang melihat fenomena kesurupan. Tentu saja, kesurupan bukanlah dikarenakan roh halus ataupun berkaitan dengan dunia supernatural. Fenomena itu tentu dapat dijelaskan dalam medis dan dalam dunia kedokteran. Kesurupan dalam istilah medisnya disebut dengan Dissociative Trance Disorder (DTD), yang ditandai oleh perubahan identitas pribadi.
    Mengutip dari laporan Eastern Journal of Medicine, kesurupan lebih banyak terjadi di Negara dunia ketiga dan Negara – Negara bagian timur. Contohnya, di India sering ditemukan orang – orang kesurupan atau yang sering disebut dengan possession Syndrome atau possesion hysterical.
    Studi epidemiologi possesion yaitu sebuah studi atau ilmu yang mempelajari faktor yang mempengaruhi kesehatan dan sakitnya suatu populasi, penyebab kesurupan adalah tekanan sosial dan mental yang tersimpan dan terpendam dalam pikiran manusia. Kesurupan merupakan refleksi kegagalan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, dan itu adalah merupakan gejala kejiwaan. Reaksi yang muncul adalah reaksi desosiasi yaitu reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang menyadari realitas di sekitarnya itu.
    Dalam keadaan kesurupan,korban melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas. Yang muncul kepribadian yang lain. Jika pernah mendengar dan melihat sesuatu, kemudian masuk dalam alam bawah sadarnya, saat kepribadian dia rapuh, muncul kepribadian lain itu. Saat itu merupakan kesempatan untuk mengekspresikan hal-hal yang terpendam melalui jeritan, teriakan, gerakan menari seperti keadaan hipnotis diri. Setelah itu, fisik mereka dirasa lelah tetapi, mental mereka mendapat kepuasan hebat.
    Kemampuan yang perlu ditingkatkan pada para korban kesurupan adalah mengajar dan melatih korban mengelola stres dan konflik dengan cara yang baik dan benar. Artinya, bila di kemudian hari mengalami stres atau konflik, atau diberi tanggung jawab yang berat, cara penyelesaiannya tidak lagi dengan kesurupan, tetapi dengan cara yang lebih konstruktif. Selain itu, perlu pula meningkatkan toleransi terhadap stres.
    Jadi jelas sudah, bahwa fenomena kesurupan dapat dijelaskan secara rasional dengan menggunakan akal sehat.Kesurupan adalah sebuah penyakit atau lebih tepatnya gejala kejiwaan dan bukan disebabkan oleh dedemit, tuyul, ataupun kolor ijo. Jadi penjelasan lema kesurupan dalam kamus besar Bahasa Indonesia sudah saatnya diganti.
    Come on people . . . use your common sense!
    Salam berfikir Jernih,

    Moralizm

    BalasHapus
  2. Aha! Sama sekali tidak salah ketika saya membuka "peluang" agar rekan Moralizm bisa membantu semakin membuka wawasan saya dan para pembaca blog ini mengenai fenomena kesurupan.

    Untuk memperjelas dan mempertajam penjelasan mengenai fenomena kesurupan mungkin Moralizm bisa menjelaskan beberapa kata/istilah kurang saya pahami, seperti:

    1. Apa yang dimaksud dengan "identitas (ke)pribadi(an)" itu? Apakah yang dimaksud sama dengan "karakter" atau "sifat" seseorang dalam pengertian yang sempit, misalnya: pemarah, pendiam, introvert, ekstrovert, or antisosial?

    2. Apa itu "mental"? Apakah itu merupakan hasil berpikir otak manusia yang kemudian disimpan di dalam pikiran. Jika ya, apakah dengan demikian, ada "mental" yang tidak disimpan di dalam otak manusia? Apakah itu?

    3. Apa itu (ke)jiwa(an)? Apakah "jiwa" yang dimaksud itu sama dengan "jiwa" dalam pemahaman orang-orang beragama or para spiritualis yang mempercayai adanya tubuh-jiwa-roh? (Plato) Apakah "jiwa" itu bersifat kekal alias abadi karena tidak akan mengalami kematian walaupun raga mati? Dan "jiwa" itu akan melanjutkan perziarahan entah ke mana.

    Berlanjut...

    BalasHapus
  3. Lanjutan:

    4. Apa itu "alam bawah sadar"? Apakah itu sejajar dengan peristiwa ketika orang mengalami mabuk, entah karena alkohol, heroin, or ekstasi? Jadi, semacam mengalami ekstase (dalam pemahaman orang yang bertuhan/beragama).

    5. Ketika seseorang "kesurupan" tubuhnya melakukan berbagai aktivitas yang tidak disadarinya. Tenaga/kesadaran/hasrat apakah yang mengendalikan tubuh orang tersebut ketika kesurupan, apakah itu yang dinamakan dengan "alam bawah sadar"?

    WOOW!! Pertanyaanku sangat banyak! Tapi saya sama sekali ga kuasa menahan diri karena hasrat ingin tahu dan belajar yang begitu menguasai, baik "alam bawah sadar" maupun "alam atas sadar" saya :-) Saya sadar penuh bahwa saya tidak sedang bertanya pada orang yang salah.

    Semoga rekan Moralizm bisa memenuhi "hasrat" saya itu. Dan untuk itu saya menghaturkan banyak terima kasih. Semoga penjelasanmu dibaca bukan saja olehku tapi juga banyak orang yang membaca blog ini. Sekali lagi, terima kasih atas penjelasan yang sudah diberikan dan yang masih akan diberikan. Saya sangat menghargainya!

    Salam akal sehat!

    BalasHapus

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.