Liputan6.com,
Selain makanan dan buah, perayaan ekaristi di Kampung Sawah memiliki kekhasan tersendiri. Umat yang hadir menggunakan pakaian khas daerah bahkan musik pengiring juga masih dipertahankan seperti aslinya, yakni musik gambang kromong. Tradisi ini sudah dipertahankan warga seratus tahun lebih.
Selain umat Katolik, perayaan Kenaikkan Yesus Kristus ke surga juga dilakukan umat Protestan. Kenaikkan yang juga berarti adanya kehidupan lain setelah kematian di bumi. (IAN) – (Penekanan ditambahkan).
===========
Bagi saya, yang menarik dari berita di atas adalah kalimat terakhir yang bisa dianggap sebagai kesimpulan dari berita tersebut, di mana dinyatakan bahwa peristiwa kenaikan Isa Almasih (Yesus Kristus) menjadi “bukti” adanya kehidupan setelah kematian di bumi. Setidaknya ada dua pertanyaan yang bisa diajukan terhadap pernyataan kalimat terakhir tersebut.
Kata “kenaikan” berarti menunjukkan adanya suatu gerak dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi. Jika demikian maka, Isa Almasih setelah kematian dan kebangkitannya dipercaya juga mengalami kenaikan. Artinya, ia tidak lagi di bumi melainkan “terbang” ke atas. Dengan mengacu pada kata “kenaikan” yang menjadi kepercayaan orang-orang Kristen, maka muncul pertanyaan yang pertama, yakni: naik ke manakah Isa Almasih? Ke langit? Awan? Surga?
Kalimat terakhir di berita tersebut juga menyimpulkan jika peristiwa kenaikan Isa Almasih menjadi “bukti” adanya kehidupan lain setelah kematian di bumi. Ini artinya peristiwa kematian dan kebangkitan Isa Almasih dilanjutkan oleh adanya kehidupan lain selain di bumi. Segera pertanyaan kedua pun mengemuka: di manakah kehidupan lain itu berlangsung? Di langit? Awan? Surga?
“Kesimpulan” berita di atas sangatlah sederhana karena sama sekali tidak memperhatikan jenis sastra tulisan-tulisan Injil terkait peristiwa kenaikan Isa Almasih. Perlu diketahui bahwa bukan hanya Isa Almasih yang mengalami peristiwa kenaikan, tetapi sebelum dan setelahnya ada banyak tokoh/figur keagamaan yang dikisahkan mengalami peristiwa “kenaikan”, seperti Henokh dan Elisha. Peristiwa kenaikan Isa Almasih sama sekali tidak bisa dijadikan dasar untuk membuktikan mengenai adanya kehidupan lain setelah kematian di bumi karena sama sekali tidak didukung oleh penjelasan mengenai seperti apa, bagaimana, dan di manakah kehidupan “lain” itu berada.
Peristiwa “kenaikan” Isa Almasih tidak seharusnya dibaca dan dipahami secara harfiah, tetapi dipahami sebagai eristiwa simbolis. Artinya, peristiwa “kenaikan” Isa Almasih hendak menunjukkan bahwa figur Isa Almasih “diangkat” sehingga memperoleh “kedudukan” yang lebih tinggi dari makhluk lainnya. Dan bukan hanya Isa Almasih yang mengalami “kenaikan kedudukan” dalam dunia agama-agama klasik. Hal ini merupakan pemikiran agama-agama Mediterania klasik yang sudah ada jauh sebelum masa Isa Almasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.