TEMPO Interaktif, Saudi – Sebagian orang menganggap mimpi hanyalah bunganya tidur. Namun bagi sebagian lain, mimpi bisa dimaknai lain dalam kehidupan sebenarnya. Nah... Yousuf Al Harthi, seorang ahli tafsir mimpi terkenal di Saudi, berencana untuk memulai program lembaga yang menawarkan ilmu dalam menjelaskan mimpi.
Koran Al Hayat melaporkan, Al Harthi telah memiliki siswa sebagai berikut ajaran-ajarannya melalui jalur online dan Facebook. Menurutnya, menafsirkan mimpi seperti konseling. Dia menambahkan bahwa ini adalah salah satu aspek dari Syariah dan dapat diajarkan.
Interpretasi mimpi adalah populer di antara banyak muslim dan disebutkan dalam Quran, khususnya di Surat Yusuf. Pada Abad ketujuh, Muhammad Bin Sirin menulis secara manual untuk menguraikan mimpi. Lebih dari 700 tahun kemudian, masih menjadi best seller di dunia Arab.
Sementara mimpi Al Harthy untuk mendirikan saluran satelit telah hancur setelah pemilik modal menarik diri dari proyek. Sekarang, Al Harthy, berencana untuk menawarkan program pendidikan dengan gelar master bahkan Ph.D. dalam menjelaskan mimpi dan melihat masa depan. "Interpretasi mimpi adalah menjalankan cara konseling dengan seseorang," kata Al Harthy, yang sudah menjalankan website instruksional mengartikan makna mimpi.
Kementerian Urusan Islam Saudi mengatakan bahwa penafsiran mimpi bukanlah ilmu mendidik tetapi sesuatu yang lahir dari inspirasi, kutip koran Al-Hayat. Al Harthy sendiri membahas mimpi di radio dan televisi Saudi (GULFNEWS | NUR HARYANTO).
=============
Tidak jarang orang percaya bahwa mimpi memiliki makna tertentu atau memiliki kaitan langsung dengan kenyataan hidup yang dialaminya. Ketika mimpi tersebut menjadi kenyataan dalam hidupnya, maka orang tersebut percaya bahwa mimpinya berpengaruh dalam hidupnya. Tidak jarang juga orang percaya bahwa mimpi merupakan pertanda mengenai peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Dan saat mimpi tersebut menjadi nyata dalam hidupnya di masa mendatang, maka orang itu mengklaim bahwa mimpi adalah suatu hal yang benar dalam hidupnya. Artinya, mimpi bukan hanya merupakan bunga tidur melainkan ataupun ilusi, tetapi sesuatu yang riil karena terjadi dalam dunia nyata.
Pertanyaannya sekarang adalah: bagaimana jika mimpi tersebut tidak menjadi kenyataan dalam hidup seseorang? Kenyataannya memanglah demikian karena sesungguhnya mimpi tidak menjadi kenyataan dalam hidup seseorang. Jika demikian yang terjadi, maka seseorang yang mempercayai mimpi segera merasionalisasi dengan mengatakan bahwa ia keliru memahami atau memaknai mimpi tersebut. Atau – ini yang paling sering terjadi – orang tersebut tidak mengakui mimpinya tersebut dengan mengatakan bahwa ia tidak pernah bermimpi seperti itu.
Penelitian terhadap otak manusia memang belumlah final (berakhir), namun sudah cukup banyak misteri aktivitas otak manusia sudah terungkap. Sejauh penelitian otak yang sudah dilakukan orang hingga saat ini mengatakan bahwa tidak ada kaitan antara aktivitas otak manusia dengan masa depan manusia. Tidak ada bukti satu pun yang mengatakan bahwa otak manusia dapat mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, jika sesuatu terjadi di masa depan dan sebelumnya pernah dipikirkan oleh otak manusia, maka hal itu bisa dianggap sebagai suatu kebetulan belaka. Dengan demikian, tidak ada hubungan antara otak manusia dengan peristiwa yang akan terjadi di masa datang.
Hal menarik yang terjadi di Saudi dalam kaitannya dengan mimpi adalah ketika orang mendirikan sekolah untuk memahami arti mimpi yang dialami orang. Namun, hal yang lebih menarik seperti dinyatakan dalam paragraf terakhir adalah bahwa mimpi bukanlah ilmu mendidik tetapi sesuatu yang lahir dari inspirasi. Jika tujuan didirikannya sekolah mimpi bukan untuk mendidik para muridnya, maka apakah sesungguhnya tujuan didirikannya sekolah mimpi tersebut? Saya segera terbayang ketika para murid sekolah tersebut mengatakan bahwa makna mimpi tersebut bukanlah sesuatu yang diterima melalui pendidikan melainkan berdasar pada inspirasi. Jika demikian, tolok ukur apakah yang digunakan dalam sekolah tersebut untuk mengukur makna sebuah mimpi. Bukankah setiap sekolah yang didirikan menerapkan tolok ukur tertentu untuk mengukur kemampuan para muridnya? Ohya . . . saya lupa ternyata tolok ukur sekolah tersebut adalah inspirasi. Inspirasi dari mana nih?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.