Pandangan umum yang (masih) berkembang di masyarakat bahwa "angka menentukan kebenaran suatu hal" merupakan hal yang salah. Artinya, popularitas suatu hal tidak bisa diukur dan ditentukan oleh banyaknya orang yang mempercayai hal tersebut sebagai sesuatu yang benar. Demikian halnya ketika "ukuran" tersebut diterapkan di dalam kehidupan beragama. Orang-orang beragama seringkali meyakini bahwa popularitas kepercayaan atau ajaran atau dogma yang diyakininya menjadi penentu bahwa agama yang dipeluknya sebagai kebenaran. Oleh karena itu, ketika ada orang atau kelompok lain yang menyatakan kepercayaan atau ajaran yang berbeda dari ajaran yang diyakini dan dipeluknya, maka kelompok yang memiliki pengikut lebih banyak jumlahnya tidak ragu untuk menuduh bahwa kelompok yang lebih sedikit pengikutnya sebagai orang-orang sesat/kafir/bida'ah.
Tuduhan seperti itu seringkali tidak berakhir pada sekadar cap atau bahkan pemberlakukan hukum-hukum yang tidak adil serta menekan kelompok minoritas. Tidak jarang kelompok mayoritas yang di dalamnya beranggotakan juga orang-orang militan-fundamentalis melakukan serangan bersenjata terhadap anggota kelompok minoritas. Kenyataan yang sangat memprihatinkan karena tindakan yang menyingkirkan nilai kemanusiaan tersebut masih saja terjadi di dunia yang sangat beragam ini. Banyak orang dengan begitu tega telah bertindak keras dan keji terhadap sesamanya. Ini merupakan keniscayaan yang sangat menyedihkan ketika manusia dengan teganya melenyapkan keberadaan sesamanya karena begitu meyakini bahwa hanya kepercayaan yang dipeluknyalah yang paling benar sehingga kepercayaan orang lain yang berbeda merupakan kesalahan/kesesatan.
Selain ukuran popularitas yang dianut banyak untuk menentukan kebenaran suatu hal, usia hal tertentu juga digunakan sebagain besar orang untuk menilai kebenaran banyak hal. Artinya, jika suatu hal telah berusia sangat tua atau lama maka hal tersebut dipercaya sebagai kebenaran. Banyak orang beranggapan bahwa sesuatu yang datang lebih kemudian (baru muncul) adalah salah. Dengan demikian, sesuatu yang lama dan sudah ada lebih dulu dianggap sebagai kebenaran. Ini pun pandangan yang sangat salah sekaligus menyesatkan.
Terlebih jika hal tersebut diterapkan dalam konteks (ke)-agama-(an) sehingga banyak orang beragama beranggapan bahwa kepercayaan yang dianutnya benar karena hal yang diyakininya tersebut sudah ada lebih lama dan/atau lebih dulu dibandingkan kepercayaan sejenis atau berbeda lainnya yang baru muncul kemudian. Orang beragama meyakini bahwa kepercayaan yang dipeluknya benar karena terbukti telah mampu bertahan sekian lama (sampai sekarang) meskipun ada begitu banyak kepercayaan sejenis atau berbeda lainnya yang lahir setelah kepercayaannya itu. Pandangan salah dan menyesatkan itu semakin diperparah ketika dianut oleh orang-orang yang berpandangan sangat sempit dan dangkal (baca: para militan-fundamentalis agama) yang tidak ragu dan segan-segan menyerang dan membantai orang-orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda.
Saat orang, entah menggunakan ukuran popularitas ataupun usia untuk mengukur kebenaran hal yang dianutnya - terlebih gabungan keduanya - maka pada saat itulah ia terjebak dalam kesesatan berpikir. Hal tersebut semakin diperparah jika ukuran-ukuran itu dipakai oleh para militan-fundamentalis yang mempercayai bahwa mereka memiliki hak penuh untuk berlaku sewenang-wenang terhadap kelompok dan minoritas dan "lebih muda." Banyak fakta telah mengungkapkan dengan gamblang betapa ukuran popularitas dan usia selalu mengakibatkan penderitaan di pihak yang dianggap minoritas dan "lebih muda." Para militan-fundamentalis agama yang mayoritas dan "lebih tua" menganggap kelompok minoritas dan "lebih muda" salah, sesat, dan kafir, dan oleh karenanya, harus dilenyapkan karena "berbeda".
Jika ukuran popularitas dan usia adalah salah dan menyesatkan, terlebih di tangan para militan-fundamentalis agama, ukuran apakah yang seharusnya digunakan untuk mempertimbangkan dan menilai kebenaran suatu hal? Apakah itu "(ke)-benar-(an)"? Banyak orang mengatakan bahwa "kebenaran" itu bersifat relatif dan subjektif. Artinya, tergantung pada kepercayaan masing-masing orang sehingga setiap orang memiliki "definisi" kebenaran yang berbeda dan beragam. Jika demikian, "kebenaran" orang-orang beragama terbukti telah melahirkan sisi militan-fundamentalisme yang sangat keras, keji, dan tidak manusiawi. Yang jelas dan pasti adalah bahwa "kebenaran" orang-orang beragama (khususnya yang militan-fundamentalis) tidak sejalan dengan nilai kemanusiaan yang mengedepankan dan mengutamakan cinta kasih, keadilan, dan kehormatan.
Tuduhan seperti itu seringkali tidak berakhir pada sekadar cap atau bahkan pemberlakukan hukum-hukum yang tidak adil serta menekan kelompok minoritas. Tidak jarang kelompok mayoritas yang di dalamnya beranggotakan juga orang-orang militan-fundamentalis melakukan serangan bersenjata terhadap anggota kelompok minoritas. Kenyataan yang sangat memprihatinkan karena tindakan yang menyingkirkan nilai kemanusiaan tersebut masih saja terjadi di dunia yang sangat beragam ini. Banyak orang dengan begitu tega telah bertindak keras dan keji terhadap sesamanya. Ini merupakan keniscayaan yang sangat menyedihkan ketika manusia dengan teganya melenyapkan keberadaan sesamanya karena begitu meyakini bahwa hanya kepercayaan yang dipeluknyalah yang paling benar sehingga kepercayaan orang lain yang berbeda merupakan kesalahan/kesesatan.
Selain ukuran popularitas yang dianut banyak untuk menentukan kebenaran suatu hal, usia hal tertentu juga digunakan sebagain besar orang untuk menilai kebenaran banyak hal. Artinya, jika suatu hal telah berusia sangat tua atau lama maka hal tersebut dipercaya sebagai kebenaran. Banyak orang beranggapan bahwa sesuatu yang datang lebih kemudian (baru muncul) adalah salah. Dengan demikian, sesuatu yang lama dan sudah ada lebih dulu dianggap sebagai kebenaran. Ini pun pandangan yang sangat salah sekaligus menyesatkan.
Terlebih jika hal tersebut diterapkan dalam konteks (ke)-agama-(an) sehingga banyak orang beragama beranggapan bahwa kepercayaan yang dianutnya benar karena hal yang diyakininya tersebut sudah ada lebih lama dan/atau lebih dulu dibandingkan kepercayaan sejenis atau berbeda lainnya yang baru muncul kemudian. Orang beragama meyakini bahwa kepercayaan yang dipeluknya benar karena terbukti telah mampu bertahan sekian lama (sampai sekarang) meskipun ada begitu banyak kepercayaan sejenis atau berbeda lainnya yang lahir setelah kepercayaannya itu. Pandangan salah dan menyesatkan itu semakin diperparah ketika dianut oleh orang-orang yang berpandangan sangat sempit dan dangkal (baca: para militan-fundamentalis agama) yang tidak ragu dan segan-segan menyerang dan membantai orang-orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda.
Saat orang, entah menggunakan ukuran popularitas ataupun usia untuk mengukur kebenaran hal yang dianutnya - terlebih gabungan keduanya - maka pada saat itulah ia terjebak dalam kesesatan berpikir. Hal tersebut semakin diperparah jika ukuran-ukuran itu dipakai oleh para militan-fundamentalis yang mempercayai bahwa mereka memiliki hak penuh untuk berlaku sewenang-wenang terhadap kelompok dan minoritas dan "lebih muda." Banyak fakta telah mengungkapkan dengan gamblang betapa ukuran popularitas dan usia selalu mengakibatkan penderitaan di pihak yang dianggap minoritas dan "lebih muda." Para militan-fundamentalis agama yang mayoritas dan "lebih tua" menganggap kelompok minoritas dan "lebih muda" salah, sesat, dan kafir, dan oleh karenanya, harus dilenyapkan karena "berbeda".
Jika ukuran popularitas dan usia adalah salah dan menyesatkan, terlebih di tangan para militan-fundamentalis agama, ukuran apakah yang seharusnya digunakan untuk mempertimbangkan dan menilai kebenaran suatu hal? Apakah itu "(ke)-benar-(an)"? Banyak orang mengatakan bahwa "kebenaran" itu bersifat relatif dan subjektif. Artinya, tergantung pada kepercayaan masing-masing orang sehingga setiap orang memiliki "definisi" kebenaran yang berbeda dan beragam. Jika demikian, "kebenaran" orang-orang beragama terbukti telah melahirkan sisi militan-fundamentalisme yang sangat keras, keji, dan tidak manusiawi. Yang jelas dan pasti adalah bahwa "kebenaran" orang-orang beragama (khususnya yang militan-fundamentalis) tidak sejalan dengan nilai kemanusiaan yang mengedepankan dan mengutamakan cinta kasih, keadilan, dan kehormatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.