Senin, 17 Mei 2010

Robot Menggantikan Manusia

Berita sangat menarik dimuat Kompas.com edisi hari ini, Senin 17 Mei 2010 (“Robot Nikahkan Pengantin Jepang”) mengenai pernikahan yang dipimpin oleh robot yang dikendalikan oleh seorang programmer.

TOKYO, KOMPAS.com — Entah apa arti acara pernikahan bagi pasangan pengantin baru Jepang ini. Sebuah robot menikahkan mereka dalam upacara peresmian pernikahan yang diadakan di Tokyo, Minggu (16/5/2010). Ini untuk pertama kalinya di dunia robot memimpin upacara perkawinan manusia. Hampir semua orang berdiri ketika calon pengantin perempuan berjalan menuju altar dengan gaun putihnya. Namun tidak demikian dengan pemimpin upacara pernikahan itu karena robot tersebut sudah "terpaku" di kursinya.

Robot produksi perusahaan Kokoro Co itu diberi nama I-Fairy. Tingginya 1,5 meter. Robot itu duduk dengan mata berkedip dan rambut plastik dikepang. "Silakan singkap selubung pengantin perempuan," kata I-Fairy dengan suara nyaring. Ia lalu melambaikan tangannya ke udara saat kedua pengantin baru berciuman di depan sekitar 50 tamu. Kantor berita AP melaporkan, upacara itu dilangsungkan di sebuah restoran di Hibiya Park di pusat Tokyo. Menurut undang-undang di Jepang, upacara itu sah. I-Fairy selama upacara berlangsung dikendalikan seorang programmer.

"Ini menyenangkan. Saya berpikir orang Jepang memiliki perasaan yang kuat bahwa robot merupakan teman-teman mereka. Kebanyakan orang yang bergerak dalam industri robot memahami hal ini. Namun, orang-orang umumnya ingin robot di dekat mereka untuk melayani tujuan-tujuan tertentu," kata pengantin perempuan, Satoko Inoue (36), yang bekerja di pabrik Kokoro Co. "Akan lebih baik jika robot itu sedikit lebih pintar, tetapi dia sangat baik dalam mengekspresikan dirinya," kata Tomohiro Shibata (42), pengantin pria, yang merupakan profesor robotika di Nara Institute of Science and Technology di Jepang tengah.

Jepang memiliki industri robot paling maju di dunia. Pemerintah negara itu secara aktif mendukung pertumbuhan industri tersebut. Model robot di pabrik-pabrik robot saat ini terbilang standar. Namun, perusahaan-perusahaan Jepang baru-baru ini membuat dorongan untuk menyuntikkan robot ke dalam kehidupan sehari-hari. Menurut juru bicara Kokoro Co, Kayako Kido, I-Fairy dijual seharga sekitar 6,3 juta yen (68.000 dollar AS) dan tiga unit sedang digunakan di Singapura, Amerika Serikat, dan Jepang.

=============

Merupakan hal yang sangat menarik ketika suatu saat kelak banyak fungsi kerja manusia digantikan oleh robot. Salah satu contohnya sudah dimulai di Jepang ketika pernikahan dipimpin oleh robot. Ini merupakan suatu terobosan teknologi yang masuk ke dalam ruang lingkup manusia karena biasanya pernikahan dipimpin oleh manusia (pemuka agama tertentu). Tentu hal ini akan menimbulkan, bukan saja kontroversi tetapi penolakan yang sangat kuat ketika hendak diterapkan dalam komunitas beragama.


Orang beragama akan sangat tersinggung jika peran manusia diganti oleh robot (bukan manusia) karena anggapan bahwa peristiwa pernikahan merupakan momen sakral yang melibatkan dimensi ilahi di dalamnya. Perlu diketahui, awalnya peristiwa pernikahan bukanlah momen yang melibatkan dimensi agama (keagamaan) di dalamnya melainkan hanya dimensi sosial. Ya, pernikahan awalnya hanya mengandung unsur sosial karena manusia lebih dulu ada daripada agama. Dan agama sendiri adalah buatan manusia (bahasa “tingginya”: agama adalah konstruksi sosial masyarakat yang kemudian disepakati bersama). Namun dalam perkembangan sejarahnya dimensi keagamaan dimasukkan manusia ke dalam peristiwa pernikahan. Sejak saat itulah setiap kali pernikahan berlangsung pasti ada unsur keagamaannya, bahkan unsur keagamaan tersebut menjadi lebih kuat dibandingkan dimensi sosial. (Lihat saja pesta-pesta pernikahan yang “wah”.)


Saya sendiri sama sekali tidak berkeberatan jika suatu saat semakin banyak fungsi sosial manusia – termasuk memimpin pernikahan – digantikan atau dilakukan oleh robot. Bagi saya ini merupakan perkembangan teknologi yang seharusnya disyukuri dan dihargai. Sesungguhnya tidak ada yang perlu ditakuti ketika teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang secara pesat karena ini menunjukkan kemajuan berpikir manusia. Jika orang khawatir bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan akan membawa dampak yang membahayakan bahkan mematikan bagi manusia dan dunia, maka sudah merupakan kewajiban manusia itu sendiri yang mengendalikan kedua hal tersebut. Lagi pula, tidak ada hal di dunia ini yang tidak bisa menimbulkan dampak negatif bagi manusia dan dunia. Sekarang tinggal kembali pada manusianya yang hendak menggunakan teknologi dan ilmu pengetahuan itu untuk kebaikan atau kehancuran manusia dan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.