Kamis, 17 Juni 2010

Tunggu Dulu Dong...

Orang-orang Katolik di Argentina dihebohkan oleh ukiran Yesus yang menangis darah. Dikabarkan bahwa ukiran Yesus di salah satu gereja kecil di Argentina menangis darah. Tak pelak lagi fenomena ini segera menyedot perhatian warga Katolik di sekitar tempat itu dan ribuan orang dikabarkan mendatangi gereja tersebut.

Otoritas Katolik setempat diberitakan telah mengambil dan mengirim sampel cairan yang mengalir dari dahi (tempat mahkota duri) ke pipi Yesus tersebut untuk diteliti secara ilmiah, apakah darah tersebut merupakan darah manusia. Meski hasil penelitian kimia belum keluar, namun hal ini tidak menghalangi ratusan bahkan ribuan warga Katolik untuk mempercayai kebenaran fenomena tersebut. Otoritas tertinggi Katolik - Vatikan - telah mengeluarkan pernyataan yang bijak dengan menyatakan bahwa orang beragama (dhi. warga Katolik) harus berhati-hati dengan fenomena serupa. Bahkan Vatikan mengakui bahwa kebanyakan fenomena seperti itu adalah buah imajinasi dari orang-orang yang berkhayal demi memperoleh uang.

Pernyataan Vatikan mengenai "imajinasi" dan "khayalan" sebenarnya kurang tepat karena yang lebih tepat adalah "pareidolia." Beberapa tulisan terdahulu mengangkat tema "pareidolia" tersebut (1, 2, 3). Kasus "pareidolia" sangat sering ditemukan dalam konteks keagamaan, namun demikian sama sekali tidak menutup kemungkinan terjadi pada kasus-kasus di luar konteks keagamaan, seperti telah diangkat dalam beberapa tulisan di blog ini.

Ada hal janggal yang ditemukan melalui pernyataan otoritas Katolik setempat yang mengatakan bahwa sampel cairan - yang mirip darah - itu sedang diteliti untuk melihat apakah cairan tersebut darah manusia atau bukan. Janggal karena cairan tersebut terdapat di sebuah ukiran, dan mengapa harus dibuktikan apakah cairan tersebut merupakan darah manusia atau bukan. Dan karena dikaitkan dengan Yesus (cairan tersebut terdapat di ukiran wajah Yesus), bukankah Yesus sendiri telah mati dan naik ke surga, seperti diimani oleh umat Kristen sedunia? Apakah Yesus yang sudah mati dan naik ke surga bisa mengeluarkan darah (lagi) melalui sebuah ukiran yang terdapat di dunia? Apakah darah Yesus menetes dari surga (jika surga berada di atas bumi atau terdapat di langit/angkasa) hingga jatuh di salah satu ukiran yang terdapat di sebuah gereja kecil di Argentina? Dengan demikian, pernyataan otoritas Katolik setempat tersebut sangat janggal karena cairan tersebut terdapat di sebuah ukiran, kecuali jika memang ada seseorang yang telah dengan sengaja meneteskan darah manusia di ukiran wajah Yesus itu. Jika demikian yang terjadi, maka tentu, cairan tersebut memang berasal dari seorang manusia, dan yang pasti, bukan berasal dari Yesus karena ia sudah tiada.

Bagaimana menjelaskan fenomena seperti yang terjadi di Argentina tersebut? Pisau Ockham adalah cara sederhana sekaligus masuk akal untuk menjelaskan hal seperti itu. Dengan menggunakan Pisau Ockham maka setidaknya orang dapat menjelaskan tiga kemungkinan:

1. Cairan yang mungkin berwarna merah sehingga menyerupai darah yang terdapat di sebuah
ukiran wajah Yesus itu mungkin berasal bahan (kayu) ukiran itu sendiri, atau . . .

2. cairan itu adalah cat yang melapisi ukiran tersebut yang meleleh akibat suhu tertentu, atau . . .

3. ada cairan lain yang menetes dari suatu benda yang terletak di atas ukiran tersebut dan ketikacairan itu tercampur dengan cat yang melapisi ukiran tersebut, maka mengkibatkan warnamerah yang menyerupai darah.

Dengan demikian, fenomena cairan menyerupai darah yang terdapat di ukiran wajah Yesus di Argentina dapat dijelaskan menggunakan Pisau Ockham yang setidaknya bisa menghasilkan tiga kemungkinan yang masuk akal ketimbang satu kemungkinan bahwa cairan tersebut merupakan darah milik Yesus. Ternyata, Pisau Ockham lebih cepat memberikan hasil dibandingkan "penelitian" yang dilakukan oleh pihak yang meneliti cairan di ukiran wajah Yesus. Namun demikian, langkah yang dilakukan otoritas Katolik di Argentina dengan mengirimkan sampel cairan tersebut untuk dianalisis secara ilmiah perlu dihargai. Dan sikap yang seharusnya diambil oleh warga Katolik terhadap fenomena tersebut adalah menunda "kesimpulan iman" mereka dengan menunggu hasil penelitian yang sedang dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.