Fenomena UFO kali ini muncul di langit Pontianak, setidaknya itulah yang sangat diyakini oleh seseorang bernama Jaka. Ia sendiri bukanlah yang merekam fenomena itu secara langsung. Artinya, rekaman itu bukan berasal dari kamera ponsel miliknya dan bukan ia yang merekamnya melainkan, menurut pengakuannya, berasal dari anak tetangganya. Rupanya hal inilah yang membuat orang tersebut begitu yakin jika benda di langit tersebut adalah UFO padahal sejumlah kejanggalan dapat langsung ditemukan hanya dengan membaca berita tersebut.
Mengenai fenomena benda di langit yang oleh banyak orang (sangat) diyakini sebagai UFO, setidaknya ada dua hal yang bisa dikemukakan: Pertama, orang-orang yang begitu meyakininya sangat mungkin mengalami fenomena yang dinamakan pareidolia. (Beberapa tulisan yang lampau telah mengangkat tema pareidolia dalam kaitannya dengan keagamaan walaupun pareidolia sendiri tidak tertutup pada hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan.) Artinya, orang-orang yang (sangat) yakin akan keberadaan UFO sudah terlebih dulu mempercayai bahwa ada sesuatu yang dinamakan UFO walaupun tidak didukung oleh bukti-bukti yang relevan dan kuat. Biasanya beberapa hal yang disebut/dinamakan bukti itu hanyalah cerita dari mulut ke mulut mengenai UFO dengan semata-mata berdasar pada rekaman video atau foto yang sangat mungkin sebenarnya merupakan pantulan cahaya terhadap benda-benda di darat belaka. Hal-hal ini semakin diperkuat dengan begitu banyaknya film yang bertemakan UFO, seperti The X-Files, E.T., dan Aliens.
Hal kedua yang bisa dikemukakan mengenai orang-orang yang begitu mempercayai keberadaan UFO walaupun tidak didukung oleh berbagai bukti relevan dan kuat adalah self-delusion. Artinya, orang-orang tersebut tetap (sangat) mempercayai adanya UFO walaupun bukti-bukti yang disajikan malah berlawanan dengan "kepercayaan" mereka sehingga mereka disebut mengalami self-deluding. Orang-orang seperti itu tidak mau mengubah pandangannya apalagi "kepercayaan"-nya mengenai suatu hal meskipun pandangan dan "kepercayaan"-nya tidak didasarkan pada berbagai bukti relevan dan kuat. Mereka telah menutup "pikiran"-nya terhadap bukti-bukti yang bertolak belakang dengan pandangan dan "kepercayaan"-nya.
Orang-orang yang tidak mau mengubah pandangan dan "kepercayaan"-nya walaupun bukti-bukti berbicara sebaliknya selalu mendasarkan keyakinannya tersebut pada hal-hal, seperti: perasaan, penglihatan, memori bahkan pengalamannya sendiri. Namun banyak orang tidak menyadari bahwa banyak hal-hal tersebut sangat rentan terhadap self-delusion, self-affirmation, self-deception, dan wishful thinking. Oleh karena itu, perasaan, penglihatan, memori, bahkan pengalaman seseorang sama sekali tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk menentukan kebenaran suatu hal.
Kembali pada fenomena UFO di Pontianak, maka hasil rekaman video yang berasal kamera ponsel merupakan bukti yang sangat lemah karena tidak ditunjang oleh bukti-bukti lainnya. Artinya, jika UFO memang benar ada maka dibutuhkan lebih dari rekaman video dan foto. Sekalian lama fenomena UFO muncul dan beredar, masak tidak ada satu bukti fisik pun yang menunjukkan keberadaan berbagai hal yang berkaitan dengan UFO, seperti: benda, potongan pakaian, pesawat, atau jejak makhluk luar angkasa.
Mengenai fenomena benda di langit yang oleh banyak orang (sangat) diyakini sebagai UFO, setidaknya ada dua hal yang bisa dikemukakan: Pertama, orang-orang yang begitu meyakininya sangat mungkin mengalami fenomena yang dinamakan pareidolia. (Beberapa tulisan yang lampau telah mengangkat tema pareidolia dalam kaitannya dengan keagamaan walaupun pareidolia sendiri tidak tertutup pada hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan.) Artinya, orang-orang yang (sangat) yakin akan keberadaan UFO sudah terlebih dulu mempercayai bahwa ada sesuatu yang dinamakan UFO walaupun tidak didukung oleh bukti-bukti yang relevan dan kuat. Biasanya beberapa hal yang disebut/dinamakan bukti itu hanyalah cerita dari mulut ke mulut mengenai UFO dengan semata-mata berdasar pada rekaman video atau foto yang sangat mungkin sebenarnya merupakan pantulan cahaya terhadap benda-benda di darat belaka. Hal-hal ini semakin diperkuat dengan begitu banyaknya film yang bertemakan UFO, seperti The X-Files, E.T., dan Aliens.
Hal kedua yang bisa dikemukakan mengenai orang-orang yang begitu mempercayai keberadaan UFO walaupun tidak didukung oleh berbagai bukti relevan dan kuat adalah self-delusion. Artinya, orang-orang tersebut tetap (sangat) mempercayai adanya UFO walaupun bukti-bukti yang disajikan malah berlawanan dengan "kepercayaan" mereka sehingga mereka disebut mengalami self-deluding. Orang-orang seperti itu tidak mau mengubah pandangannya apalagi "kepercayaan"-nya mengenai suatu hal meskipun pandangan dan "kepercayaan"-nya tidak didasarkan pada berbagai bukti relevan dan kuat. Mereka telah menutup "pikiran"-nya terhadap bukti-bukti yang bertolak belakang dengan pandangan dan "kepercayaan"-nya.
Orang-orang yang tidak mau mengubah pandangan dan "kepercayaan"-nya walaupun bukti-bukti berbicara sebaliknya selalu mendasarkan keyakinannya tersebut pada hal-hal, seperti: perasaan, penglihatan, memori bahkan pengalamannya sendiri. Namun banyak orang tidak menyadari bahwa banyak hal-hal tersebut sangat rentan terhadap self-delusion, self-affirmation, self-deception, dan wishful thinking. Oleh karena itu, perasaan, penglihatan, memori, bahkan pengalaman seseorang sama sekali tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk menentukan kebenaran suatu hal.
Kembali pada fenomena UFO di Pontianak, maka hasil rekaman video yang berasal kamera ponsel merupakan bukti yang sangat lemah karena tidak ditunjang oleh bukti-bukti lainnya. Artinya, jika UFO memang benar ada maka dibutuhkan lebih dari rekaman video dan foto. Sekalian lama fenomena UFO muncul dan beredar, masak tidak ada satu bukti fisik pun yang menunjukkan keberadaan berbagai hal yang berkaitan dengan UFO, seperti: benda, potongan pakaian, pesawat, atau jejak makhluk luar angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.