Mengapa masih ada saja orang yang mencampurkan olahraga dan urusan politik sebuah negara? Apakah para atlet itu juga merupakan para politikus di negaranya? Apakah ketika sedang dalam suatu pertandingan olahraga mereka menyelipkan unsur-unsur politik ketika mereka bermandikan peluh? Namun, sepertinya inilah yang dianggap oleh Menteri luar negeri Iran yang senang ketika Prancis, Italia, dan Inggris tersingkir dari perhelatan Piala Dunia 2010 karena ketiga negara tersebut turut memberikan suara untuk menjatuhkan sanksi terhadap Iran terkait tudingan program nuklir yang dikembangkan negara tersebut.
Pernyataan Menteri luar negeri Iran tersebut cukup aneh karena mencampurkan sepak bola dan urusan politik. Padahal keputusan politik yang diambil oleh negara-negara yang telah tersingkir dari Piala Dunia 2010 tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan tim nasional sepak bola mereka. Artinya, para atlet sepak bola tersebut bukanlah para politikus yang turut menentukan kebijakan luar negeri negara mereka masing-masing. Mungkin saja setelah pensiun dari sepak bola ada di antara para atlet itu yang akan menjadi politikus, namun saat ini, sejauh pengetahuan, tidak ada di antara mereka yang juga berprofesi sebagai politikus.
Jelas, pernyataan Menteri luar negeri Iran itu tidaklah didasarkan pada kaitan yang jelas dan nyata antara sepak bola dan politik melainkan pada emosi semata. Ketika emosi menguasai seseorang, maka akal sehat orang yang bersangkutan pun menjadi tumpul atau tidak berfungsi dengan baik. Waspadailah emosi anda jika tidak ingin pernyataan anda dianggap ga nyambung oleh orang yang memperhatikannya. Terlebih, emosi merupakan salah satu hambatan dalam upaya mengembangkan pemikiran yang kritis.
Pernyataan Menteri luar negeri Iran tersebut cukup aneh karena mencampurkan sepak bola dan urusan politik. Padahal keputusan politik yang diambil oleh negara-negara yang telah tersingkir dari Piala Dunia 2010 tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan tim nasional sepak bola mereka. Artinya, para atlet sepak bola tersebut bukanlah para politikus yang turut menentukan kebijakan luar negeri negara mereka masing-masing. Mungkin saja setelah pensiun dari sepak bola ada di antara para atlet itu yang akan menjadi politikus, namun saat ini, sejauh pengetahuan, tidak ada di antara mereka yang juga berprofesi sebagai politikus.
Jelas, pernyataan Menteri luar negeri Iran itu tidaklah didasarkan pada kaitan yang jelas dan nyata antara sepak bola dan politik melainkan pada emosi semata. Ketika emosi menguasai seseorang, maka akal sehat orang yang bersangkutan pun menjadi tumpul atau tidak berfungsi dengan baik. Waspadailah emosi anda jika tidak ingin pernyataan anda dianggap ga nyambung oleh orang yang memperhatikannya. Terlebih, emosi merupakan salah satu hambatan dalam upaya mengembangkan pemikiran yang kritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.