Kamis, 24 Juni 2010

Kutukan Ilahi

Kehebohan akibat video adegan mesum yang muncul beberapa minggu lalu masih saja bergulir hangat. Banyak pihak memberikan tanggapan mereka terhadap kasus tersebut. Seperti tidak mau ketinggalan untuk memberikan komentarnya terhadap kasus hangat tersebut, MUI Maluku pun turut dalam kancah tersebut. Berikut adalah kutipan pernyataan petinggi MUI terkait dengan kasus tersebut: "...menurut Idrus Toekan tidak mengutuk perbuatan video tersebut karena itu kewenangan Tuhan Yang Maha Esa sehingga mendorong proses hukum ditegakkan" (penekanan ditambahkan). Sepintas, pernyataan tersebut cukup bijak karena menolak untuk "menghakimi" para pelaku adegan mesum tersebut. Namun, pernyataan tersebut juga memiliki kejanggalan.

Si pembuat pernyataan - Idrus Toekan - sepertinya yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa-lah yang akan mengutuk pelaku adegan mesum tersebut. Bagaimana caranya, kita sebagai manusia, bisa mengetahui bahwa Yang ilahi akan mengutuk pelaku tindakan mesum itu? Tindakan "kutuk" apakah yang akan dilakukan oleh Tuhan Yang Maha Esa terhadap orang-orang yang akan dikutuknya itu? Apakah ini berarti bahwa Tuhan (kekuatan yang lebih besar dari dan melampaui manusia) dapat dan akan mengintervensi hidup manusia dengan melakukan sesuatu kepada makhluk ciptaannya (dhi. para pelaku adegan mesum) itu? Sepertinya inilah yang diyakini oleh Idrus Toekan, bahwa Tuhan yang disembahnya akan mengutuk orang-orang yang patut dikutuk (para pelaku adegan mesum).

Jika Tuhan - seperti yang diimani Idrus - mengutuk para pelaku adegan mesum tersebut, bukankah ini menjadikan Tuhan bukan sebagai sosok pemaaf dan penuh kasih karena ia malah menghukum mereka? Jika orang-orang beragama senantiasa menganggungkan sosok Tuhan yang pengampun dan penuh rakhmat, bukankah ia (Tuhan) akan mengampuni para pelakuk adegan mesum itu? Jika tidak, berarti sosok Tuhan yang penuh ampunan dan kasih, yang selama ini digambarkan orang-orang beragama merupakan sesuatu yang mengada-ada. Sosok Tuhan seperti gambaran orang-orang beragama itu hanyalah harapan karena sesungguhnya mereka sendiri menyadari bahwa Tuhan itu adalah figur yang pemarah, pendendam, dan keras. Dengan demikian, sosok Tuhan yang penuh ampunan dan rakhmat dalam gambaran orang-orang beragama hanyalah fantasi karena merupakan kebalikan dari yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.