Fenomena penampakan Bigfoot - makhluk raksasa berbulu yang katanya memiliki wajah seperti manusia - yang terjadi di Amerika Serikat mirip dengan penampakan tuyul, pocong, hantu, atau kuntilanak yang terjadi di Indonesia. Baru-baru ini diberitakan bahwa seorang warga Cleveland, North Carolina, Amerika Serikat mengklaim telah melihat Bigfoot di halaman belakang rumahnya. Laki-laki tersebut mengaku telah melihat Bigfoot pada tengah malam sekitar 19 Juni. Apakah ada seekor makhluk yang disebut Bigfoot dengan ciri-ciri seperti yang selama ini dikatakan orang? Setidaknya ada beberapa kejanggalan yang bisa dilihat/ditemukan melalui berita ataupun pengakuan orang yang melihat Bigfoot tersebut:
Pertama, Laki-laki tersebut sepertinya tidak yakin mengenai waktu ketika ia mengalami "penglihatan" itu karena ia mengatakan telah melihat Bigfoot "sekitar 19 Juni yang lalu." Apakah ada perbedaan hari yang cukup lama sehingga ia tidak mampu mengingat kapan tepatnya ia melihat Bigfoot seperti yang diklaimnya? (Viva News memuat berita tersebut pada hari Senin, 21 Juni 2010 sedangkan bisa dipastikan berita yang sama telah muncul di negeri asalnya setidaknya satu hari sebelum tanggal 21 Juni, jadi tanggal 20 Juni.) Pernyataan laki-laki tersebut sangatlah janggal karena pengalaman melihat Bigfoot yang diklaimnya terjadi hanya satu atau dua hari setelah berita itu dimuat, tetapi ia tidak bisa memberikan keterangan tanggap yang pasti melainkan mengatakan ia melihat Bigfoot itu "sekitar 19 Juni yang lalu."
Kalaupun peristiwa "penglihatan" seperti yang diklaim laki-laki tersebut memang terjadi, namun terjadi beberapa hari lebih lama atau bahkan beberapa minggu yang telah lalu, maka hal itu semakin memperkuat dugaan jika "makhluk" yang diduganya sebagai Bigfoot hanyalah merupakan kekeliruan ingatan yang dimilikinya. Artinya, laki-laki tersebut telah keliru dengan mengatakan bahwa "makhluk" yang dilihatnya adalah seekor Bigfoot padahal bisa saja hanya sesosok lelaki bertubuh besar. Harus disadari bahwa ingatan manusia tidaklah sempurna alias dipenuhi dengan bias. Ini berarti bahwa ingatan seseorang tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk mengukur kebenaran suatu hal.
Kedua, Laki-laki tersebut mengaku telah melihat Bigfoot itu pada tengah malam. Ada dua pertanyaan sangat penting yang bisa diajukan terhadap pernyatannya tersebut. Bagaimana dengan penerangan/cahaya saat itu? Apakah ada cukup cahaya di halaman belakang rumah lelaki tersebut sehingga cukup mampu membuatnya melihat semua benda saat tengah malam termasuk Bigfoot tersebut? Jika ya, apakah hal tersebut bisa dibuktikan? Jika tidak, hal ini semakin memperkuat dugaan jika ia sebenarnya hanya melihat bayangan atau pantulan cahaya pohon (dahan) yang tertiup angin atau mungkin sosok manusia. Dalam hal ini pun harus disadari penuh bahwa penglihatan manusia bisa saja keliru, apalagi saat gelap atau malam hari ditambah oleh cahaya yang minim.
Ketiga, Laki-laki tersebut mengaku terlalu takut untuk mengambil gambar (memfoto) Bigfoot itu dan keluar rumah sehingga ia hanya melambaikan tongkat sambil berteriak. Apakah bisa seekor "makhluk" raksasa (yang katanya setinggi 10 kaki) bisa diusir hanya dengan lambaian tangan dan teriakan? Padahal sebelumnya laki-laki tersebut mengklaim bahwa "makhluk" tersebut telah membunuh salah seekor anjingnya. Bukankah yang lebih masuk akal jika "makhluk" tersebut akan dengan mudah menyerang laki-laki tersebut yang hanya "bersenjatakan" tongkat ketimbang seekor anjing yang memiliki gigi-gigi yang tajam?
Setelah memperhatikan, setidaknya, tiga kejanggalan yang bisa ditemukan melalui berita tersebut, maka klaim bahwa laki-laki tersebut telah melihat Bigfoot sangatlah diragukan karena:
1. Ia sepertinya tidak yakin mengenai kapan (hari) ia melihat hal tersebut,
2. tidak jelas apakah pada saat itu ada cukup cahaya sehingga ia bisa melihat dengan cukup jelas (bisa saja ia melihat bayangan atau pantulan pohon/dahan, atau bahkan sesosok manusia,
3. tidak masuk akal jika seekor "makhluk" menyeramkan (berambut panjang dengan tinggi sekitar 10 kaki) bisa diusir hanya dengan lambaian tangan dan teriakan padahal sebelumnya - menurut pengakuannya - sudah membunuh anjingnya.
Pertama, Laki-laki tersebut sepertinya tidak yakin mengenai waktu ketika ia mengalami "penglihatan" itu karena ia mengatakan telah melihat Bigfoot "sekitar 19 Juni yang lalu." Apakah ada perbedaan hari yang cukup lama sehingga ia tidak mampu mengingat kapan tepatnya ia melihat Bigfoot seperti yang diklaimnya? (Viva News memuat berita tersebut pada hari Senin, 21 Juni 2010 sedangkan bisa dipastikan berita yang sama telah muncul di negeri asalnya setidaknya satu hari sebelum tanggal 21 Juni, jadi tanggal 20 Juni.) Pernyataan laki-laki tersebut sangatlah janggal karena pengalaman melihat Bigfoot yang diklaimnya terjadi hanya satu atau dua hari setelah berita itu dimuat, tetapi ia tidak bisa memberikan keterangan tanggap yang pasti melainkan mengatakan ia melihat Bigfoot itu "sekitar 19 Juni yang lalu."
Kalaupun peristiwa "penglihatan" seperti yang diklaim laki-laki tersebut memang terjadi, namun terjadi beberapa hari lebih lama atau bahkan beberapa minggu yang telah lalu, maka hal itu semakin memperkuat dugaan jika "makhluk" yang diduganya sebagai Bigfoot hanyalah merupakan kekeliruan ingatan yang dimilikinya. Artinya, laki-laki tersebut telah keliru dengan mengatakan bahwa "makhluk" yang dilihatnya adalah seekor Bigfoot padahal bisa saja hanya sesosok lelaki bertubuh besar. Harus disadari bahwa ingatan manusia tidaklah sempurna alias dipenuhi dengan bias. Ini berarti bahwa ingatan seseorang tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk mengukur kebenaran suatu hal.
Kedua, Laki-laki tersebut mengaku telah melihat Bigfoot itu pada tengah malam. Ada dua pertanyaan sangat penting yang bisa diajukan terhadap pernyatannya tersebut. Bagaimana dengan penerangan/cahaya saat itu? Apakah ada cukup cahaya di halaman belakang rumah lelaki tersebut sehingga cukup mampu membuatnya melihat semua benda saat tengah malam termasuk Bigfoot tersebut? Jika ya, apakah hal tersebut bisa dibuktikan? Jika tidak, hal ini semakin memperkuat dugaan jika ia sebenarnya hanya melihat bayangan atau pantulan cahaya pohon (dahan) yang tertiup angin atau mungkin sosok manusia. Dalam hal ini pun harus disadari penuh bahwa penglihatan manusia bisa saja keliru, apalagi saat gelap atau malam hari ditambah oleh cahaya yang minim.
Ketiga, Laki-laki tersebut mengaku terlalu takut untuk mengambil gambar (memfoto) Bigfoot itu dan keluar rumah sehingga ia hanya melambaikan tongkat sambil berteriak. Apakah bisa seekor "makhluk" raksasa (yang katanya setinggi 10 kaki) bisa diusir hanya dengan lambaian tangan dan teriakan? Padahal sebelumnya laki-laki tersebut mengklaim bahwa "makhluk" tersebut telah membunuh salah seekor anjingnya. Bukankah yang lebih masuk akal jika "makhluk" tersebut akan dengan mudah menyerang laki-laki tersebut yang hanya "bersenjatakan" tongkat ketimbang seekor anjing yang memiliki gigi-gigi yang tajam?
Setelah memperhatikan, setidaknya, tiga kejanggalan yang bisa ditemukan melalui berita tersebut, maka klaim bahwa laki-laki tersebut telah melihat Bigfoot sangatlah diragukan karena:
1. Ia sepertinya tidak yakin mengenai kapan (hari) ia melihat hal tersebut,
2. tidak jelas apakah pada saat itu ada cukup cahaya sehingga ia bisa melihat dengan cukup jelas (bisa saja ia melihat bayangan atau pantulan pohon/dahan, atau bahkan sesosok manusia,
3. tidak masuk akal jika seekor "makhluk" menyeramkan (berambut panjang dengan tinggi sekitar 10 kaki) bisa diusir hanya dengan lambaian tangan dan teriakan padahal sebelumnya - menurut pengakuannya - sudah membunuh anjingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.