Sabtu, 26 Juni 2010

Terbalik dong, Pak...!!

FPI kembali beraksi dengan membubarkan acara sosialisasi kesehatan tiga anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Banyuwangi karena diduga sebagai pertemuan kader komunis. Padahal acara tersebut merupakan sosialisasi program DPR dan sosialisasi Rancangan Undang-undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Namun, ada pernyataan dari salah seorang ketua FPI yang "luar biasa aneh" karena logikanya terbalik: "Kami di DPP lagi mau gelar pertemuan nih...kami menghimpun data dulu, apa betul-betul itu PKI murni atau bagaimana?" (Oh, for fuck sake!) Mata dan pikiran saya nyaris tidak percaya dengan pernyataan yang diutarakan salah seorang ketua FPI tersebut! Mengapa data-data mau dikumpulkan padahal sudah melakukan tindakan? Mengapa setelah berlaku semena-mena bahkan dengan melibatkan tindak kekerasan, barulah dipikirkan apakah acara tersebut memang benar merupakan pertemuan kader komunis? Bukankah ini berarti logikanya terbalik? Bukankah seharusnya data-data dikumpulkan untuk dianalisis baru kemudian diambil kesimpulan setelah melakukan berbagi silang pandangan dan penelitian guna memperoleh kesimpulan yang sahih dan relevan? Ah, tentu cara yang ribet seperti ini tidak dilakukan oleh FPI karena mereka bertindak dulu baru setelah itu berpikir.

FPI sebagai organisasi yang sarat dengan aksi semena-mena dengan melibatkan kekerasan bukanlah rahasia (umum) lagi karena banyak orang sudah mengetahui sekaligus membenci berbagai aksi sok jagoan yang dilakukan mereka dengan mengatasnamakan agama. Namun, ternyata ada hal baru yang bisa ditemukan dari FPI, yakni cara berpikir dan kerja mereka yang terbalik. Mereka hantam dulu sesuatu baru kemudian dipikirkan apakah sesuatu yang mereka hantam itu memang benar atau salah. Analoginya mungkin seperti: saya makan tai dulu baru berpikir apakah yang saya makan tadi tai atau bukan, atau, saya berhubungan seks dulu baru setelah itu dipikirkan apakah yang saya lakukan tadi merupakan hubungan seks atau bukan. Kalaupun kedua analogi saya tersebut ga nyambung atau salah, ya, gapapa karena saya menulis dulu baru kemudian berpikir apakah kedua analogi saya itu nyambung atau ga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.