Kamis, 01 April 2010

Ilmu Saja Tidak Cukup


Massimo Pigliucci, seorang pengajar filsafat di City University of New York menerbitkan tulisan (diterbitkan di McGill Journal for Education) yang didasarkan pada penelitian sosial yang dilakukannya di University of Tenesse. Hasil penelitian yang dilakukannya mengungkapkan bahwa ada lebih banyak mahasiswa sains yang mempercayai takhyul, magis, dan paranormal dibandingkan mahasiswa non-sains. Mahasiswa non-sains yang dimaksudkannya adalah mereka yang mempelajari filsafat dan psikologi karena dalam dua bidang tersebut mahasiswa diajarkan bagaimana berpikir kritis dan bagaimana melakukan metodologi saintifik. Sementara itu, mahasiswa sains lebih banyak hanya menerima dan menyerap berbagai fakta dengan sedikit penjelasan bagaimana fakta yang ada itu bisa sampai pada bentuk atau tahap yang telah diterima.

Hasil penelitian Pigliucci tersebut juga menyingkapkan kenyataan menarik lainnya yang mengatakan bahwa tingkat drop-out mahasiswa yang mempercayai takhyul, magis, dan paranormal lebih rendah dibandingkan rekan-rekannya yang tidak mempercayai hal-hal seperti itu. Selain itu, sekitar 73% mahasiswa di kampus yang sama mempercayai bahwa neraka adalah suatu tempat yang sungguh-sungguh ada secara fisik.

Menanggapi hasil penelitiannya tersebut Pigluicci mengatakan bahwa para saintis seharusnya segera turun dari menara gadingnya. Sudah seyogianya mereka terlibat secara aktif dan positif di tengah-tengah masyarakat dan melayani masyarakat melalui ilmu yang mereka miliki. Hal ini bukan saja dilakukan demi alasan-alasan praktis, tetapi memang karena merupakan hal yang baik untuk dilakukan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa para saintis yang enggan terlibat secara aktif dan positif di dalam masyarakat adalah parasit sosial.

Tanpa menyederhanakan hasil penelitian Pigluicci, maka secara sederhana dapat dikatakan bahwa bidang studi tertentu yang dipelajari seseorang tidak serta-merta membuat orang tersebut berpikir kritis. Bahkan pendidikan yang pernah atau sedang dijalani seseorang tidak menjamin orang tersebut menjadi seseorang yang kritis, tahu bagaimana berpikir secara cermat, dan melakukan metodologi saintifik. Oleh karena itu, merupakan hal yang sangat baik jika pendidikan yang pernah atau sedang dijalani seseorang juga didukung oleh atau didasarkan pada “seni” bagaimana berpikir secara cermat dan tajam.

Dengan demikian harapannya adalah bahwa keilmuan seseorang bisa bermanfaat positif bagi masyarakat luas di mana ia tinggal dan berinteraksi di dalamnya. Ilmu yang digunakan dan diterapkan secara kritis sesungguhnya dapat membawa masyarakat ke arah perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Hal yang perlu diingat adalah bahwa ilmu bisa mengakibatkan manusia tersesat. Artinya, jika ilmu tidak dipahami secara kritis dan penggunaannya tidak diuji secara skeptis, maka tidak pelak lagi malah akan menjadi bencana bagi masyarakat. Ternyata ilmu saja tidaklah cukup, oleh karenanya, harus didukung oleh dan didasari pada pikiran kritis dan sikap skeptis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.