Secara sangat sederhana (tanpa sama sekali menyederhanakan) dapat dikatakan bahwa etika merupakan upaya (filosofis) manusia dalam memahami dan menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan baik – jahat, moralitas – imoralitas, apa yang selayaknya dan tidak selayaknya dilakukan manusia. Sedangkan moralitas sendiri merupakan sebuah sistem perilaku manusia yang berkaitan dengan benar atau salah. Namun, perilaku benar dan salah manusia tersebut tidak dinilai atau diklasifikasikan berdasarkan pada konsekuensi yang diakibatkan oleh tindakan tersebut (menguntungkan atau menyakiti pihak lain) melainkan didasarkan pada penilaian yang keliru, tuduhan/sangkaan, kebencian, bahkan ketidaktahuan.
Berbagai pertanyaan etika, baik disadari maupun tidak disadari seringkali muncul dalam pikiran manusia; bagaimana seharusnya saya hidup? bagaimana seharusnya kehidupan seksual saya? apakah saya mendukung atau menolak pernikahan sesama jenis? apakah saya mendukung atau menolak hukuman mati? bagaimana seharusnya saya bertindak terhadap binatang? bagaimana seharusnya sikap saya terhadap kemiskinan? apakah seharusnya saya makan di rumah makan ataukah menyumbangkan uang saya bagi yayasan anak-anak cacat/panti asuhan? apakah sistem demokrasi benar/adil bagi masyarakat? apakah yang bisa saya lakukan demi memperbaiki dunia/kehidupan ini?
Sebagian besar orang menganggap bahwa mereka telah memiliki jawaban atau bisa memberikan solusi terhadap semua atau sebagian besar pertanyaan etika yang muncul dalam pikiran mereka, sekalipun mereka sama sekali belum pernah mempelajari etika itu sendiri dan/atau memiliki sedikit pengetahuan mengenai penelitian yang telah dilakukan terhadap etika dalam kaitannya dengan berbagai pertanyaan etika yang muncul dalam pikirannya. Apakah jawaban atau solusi yang mereka berikan benar? Apakah manusia memiliki “kesadaran” mengenai kebenaran moral? Atau, apakah etika dan moralitas merupakan dua hal yang sangat kompleks sehingga tidak cukup hanya dijelaskan dalam beberapa kalimat?
Banyak orang mengatakan bahwa etika merupakan dua hal yang sangat relatif. Artinya, dua orang yang berbeda sangat mungkin memiliki dua pemahaman etika yang berbeda. Bahkan kenyataannya nyaris semua orang tidak sepakat mengenai arti kata “etika” itu sendiri. Atau mungkin kebenaran moral hanyalah ilusi belaka karena sesungguhnya tidak ada yang disebut/dinamakan dengan kebenaran moral. Namun sebagian besar orang percaya bahwa kebenaran moral itu ada. (Pandangan ini dianut oleh orang-orang beragama/mereka yang percaya adanya tuhan dengan mengatakan bahwa “kebenaran moral” itu berasal dan berdasar pada tuhan. Bahkan, tuhan-lah “kebenaran moral” yang dimaksud itu.)
Semua pertanyaan dan kalimat di atas selalu coba dipahami dan dijelaskan oleh mereka yang peduli terhadap “masalah” etika dan moralitas. Para etikus berupaya menjawab dan menjelaskan semua pertanyaan dan kalimat tersebut dengan mendasarkannya pada akal sehat. Satu hal yang pasti adalah bahwa etika merupakan “permasalahan” yang sudah ada dan terus dijelaskan sejak masa para filsuf Yunani klasik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.