Minggu, 04 April 2010

Kebal


Sebagian orang tidak mau mengubah pendapatnya walaupun banyak bukti menyatakan bahwa pendapatnya tersebut salah. Orang-orang seperti itu kebal terhadap bukti dan argumen. Setidaknya ada dua hal atau cara yang seharusnya bisa mengubah pendapat seseorang terhadap suatu hal, yakni logika dan argumen. Jika kepada seseorang diajukan berbagai argumen yang relevan dan masuk akal seyogianyalah orang tersebut mengubah pendapatnya. Mereka yang tidak mau mengubah pendapatnya meskipun logika dan argumen mengungkapkan hal yang bertolakbelakang dengan pendapat mereka disebut dogmatis. Artinya, seseorang yang bertahan dengan pendapatnya walaupun berbagai bukti dan argumen mengatakan hal yang berbeda dari pendapatnya.

Orang-orang yang kebal terhadap bukti, logika, dan argumen seringkali menyebut orang-orang yang mengubah pendapatnya sebagai orang yang plin-plan, tidak konsekuen, atau bimbang. Memang harus diakui bahwa ada banyak orang yang mengubah pendapatnya bukan karena berdasarkan pada bukti, argumen, dan akal sehat melainkan berdasarkan pada emosi dan opini publik. Seharusnya orang-orang yang “berani” mengubah pendapatnya dengan berdasarkan pada bukti-bukti yang relevan, argumen yang cermat, dan akal sehat tidak dicap sebagai orang-orang yang plin-plan atau konsekuen melainkan dipuji dan pendapat mereka juga perlu diuji terus.

Kemampuan seseorang untuk mengubah pendapatnya dengan berdasarkan pada berbagai bukti, argumen, dan akal sehat, kapan pun itu, entah ketika orang tersebut sudah berusia lanjut ataupun masih muda, merupakan ciri bahwa orang itu sungguh-sungguh telah menggunakan pikirannya secara kritis.

Berikut adalah beberapa contoh pemikir yang telah mengubah pandangannya terhadap suatu subjek:
  • Joseph LeDoux (seorang neurosaintis). Sebelumnya berpandangan bahwa analogi-analogi bisa menjelaskan segala hal. Kemudian mengubah pandangannya dengan mengatakan bahwa analogi-analogi tidak bisa menjelaskan segala hal.
  • Robert Shapiro (seorang pakar kimia). Sebelumnya berpandangan bahwa ia seharusnya mempercayai konsensus para ahli di bidang lain mengenai hal yang bukan menjadi bidangnya. Ternyata kebanyakan ahli tidak paham betul mengenai hal-hal yang bukan menjadi keahliannya.
  • Susan Blackmore (seorang psikolog). Sebelumnya berpandangan bahwa untuk menemukan kebenaran seseorang cukup memperolehnya dari para ahli. Namun ternyata para ahli juga tidak jarang berpikir secara tidak cermat.

Sedangkan di bawah ini adalah beberapa contoh di mana saya telah mengubah pandangan saya terhadap beberapa hal:
  • Sejak kanak-kanak sampai sekitar usia 28 tahun saya berpandangan bahwa hanya ada satu agama yang benar (agama yang saya anut pada masa itu) dan saya pasti masuk surga. Namun sekarang saya tidak lagi berpandangan seperti itu.
  • Sejak kanak-kanak sampai sekitar usia 26 tahun saya sangat takut terhadap kematian. Namun sekarang saya tidak lagi takut terhadap kematian.
  • Tahun 2004-2006 saya menganggap bahwa penulis-penulis seperti John Dominic Crossan, Marcus J. Borg, John Shelby Spong berikut institusi seperti the Jesus Seminar telah berpikir cermat, benar, dan sangat tajam. Namun sekarang saya tidak lagi memiliki pandangan yang sama.
  • Sampai sejak sekitar usia 28 tahun saya berpikir bahwa etika dan moralitas berasal dari agama dan seberapa erat hubungan seseorang (dhi. saya) dengan figur yang disebut tuhan/allah itu. Namun sekarang saya tidak lagi menganggap bahwa etika dan moralitas seseorang berasal dari agama, apalagi berkaitan dengan tuhan.

Bagaimana dengan anda, apakah anda pernah mengubah pandangan anda berdasarkan bukti, argumen, dan akal sehat, bukannya berdasarkan pada emosi dan opini publik? Pandangan apa sajakah yang pernah anda ubah, sekalipun bertentangan dengan opini publik dan karenanya anda memperoleh kecaman? Ketika seseorang mampu mengubah pandangannya terhadap suatu hal dengan berdasarkan pada berbagai bukti, argumen, dan akal sehat sesungguhnya orang tersebut telah menggunakan pikiran kritisnya. Menganalisis berbagai bukti dan argumen dengan didasarkan pada akal sehat bisa jadi akan membawa/menuntun seseorang pada kesimpuan yang berbeda dari pandangan sebagian besar orang (opini publik).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.