“Anji 'Drive' mengaku sedang dalam pengaruh miras saat berhubungan intim dengan Sheila Marcia. Ketika berhubungan seks, keduanya sedang mabuk. "Saat itu kami dalam pengaruh miras, makanya ada kejadian seperti itu," kata Anji dalam tayangan Infotainment 'Obsesi' di Global TV, Jumat (9/4/2010).
Tidak lama setelah melakukan hubungan intim dengan Sheila, Anji mendengar bintang film 'Tentang Cinta' itu sudah hamil 2,5 bulan. "Setelah itu aku sampai dengar Sheila sudah hamil dua setengah bulan," kata Anji.
Anji melakukan hubungan intim dengan Sheila ketika baru berpisah dengan Rini 'Idol'.
Kemudian Sheila, kata Anji, menelepon dirinya sekitar pukul 02.00 dini hari, sekitar Agustus 2009 dan memberitahu dialah ayah dari Leticia Charlotte Agraciana Joseph. Anji mengaku terkejut saat itu.”
Segera setelah membaca berita di atas saya langsung teringat pada peristiwa beberapa tahun lalu ketika Mel Gibson (sutradara The Passion of the Christ dan seorang Katolik yang sangat taat) mengucapkan kata-kata yang bernada rasisme mengenai orang Yahudi dan membela diri dengan mengatakan bahwa tindakan itu dilakukannya akibat di bawah pengaruh alkohol.
Mengapa orang-orang seperti Anji, Sheila Marcia, dan Mel Gibson dengan mudahnya mengatakan bahwa tindakan mereka adalah akibat pengaruh minuman keras? Mengapa mereka tidak segera mengakui kesalahan mereka daripada menimpakan kesalahan pada hal lain? Orang-orang seperti itu bukannya segera meminta maaf melainkan menggunakan alasan yang sangat tidak masuk akal demi membenarkan tindakan mereka.
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa minuman keras dapat mengubah “karakter” seseorang. Artinya, seseorang yang berkarakter baik, tetapi ketika sedang berada di bawah pengaruh alkohol akan berubah menjadi jahat. Ada juga orang yang mengatakan bahwa minuman keras dapat membuat seseorang yang mengkonsumsinya tidak menyadari tindakannya. Dan sepertinya, alasan kedua itulah yang digunakan oleh Anji, Sheila Marcia, dan Mel Gibson.
Terhadap orang-orang yang mengatakan bahwa minuman keras akan membuat orang yang mengkonsumsinya tidak menyadari perbuatannya, ada satu pertanyaan yang perlu dijawab: Bukankah sebelum seseorang mengkonsumsi minuman keras ia berada dalam keadaan sadar? Mungkin ada yang menjawab bahwa sebelum mengkonsumsi minuman keras orang tersebut sudah berada dalam keadaan tidak sadar akibat menenggak ekstasi atau menggunakan heroin. Namun jika itu yang terjadi, maka kasusnya pun menjadi lain. Artinya, ekstasi atau heroin itulah yang akan dijadikan alasan.
Dalam kaitan antara minuman keras dan “kesadaran” seseorang, banyak orang mengatakan bahwa “kesadaran” seseorang yang berada di bawah pengaruh minuman keras sangatlah minim. Artinya, “kesadaran” orang tersebut berada di bawah kendali minuman keras. Jika orang mengetahui bahwa minuman keras dapat mempengaruhi “kesadaran” seseorang dan dapat mengakibatkannya melakukan hal-hal yang konyol, atau tindakan yang akan disesalinya, maka mengapa ia dengan “kesadaran”-nya yang sama tersebut tetap mengkonsumsi minuman keras tersebut? Kecuali jika orang tersebut memang dengan sengaja (baca: “kesadaran”-nya) telah mengkonsumi minuman keras supaya setelah berada di bawah pengaruh minuman keras tersebut ia akan/dapat melakukan berbagai tindakan konyol dan tidak menyesalinya.
Dengan demikian, pernyataan Anji dan Mel Gibson tidak dapat diterima dengan menggunakan alkohol sebagai alasan terhadap tindakan yang telah dilakukannya. Jika orang seringkali mencari-cari alasan dan menggunakannya demi membenarkan berbagai tindakannya, maka jangan heran jika suatu saat ada orang yang akan menggunakan kadar gula yang tinggi di dalam tubuhnya sebagai sebagai alasan untuk mencederai orang lain atau orang akan dengan sangat mudah mengatakan: “Saya merampok karena sakit kepala” atau seseorang akan mengatakan: “Hipertensi saya lagi naik akibatnya saya membakar rumah itu”. Alasan-alasan yang konyol!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.