Kamis, 29 April 2010

Mengungkap Kejahatan Menggunakan Penis

Di bawah ini adalah berita dari Liputan 6.com edisi Minggu, 25 April 2010 yang berjudul “Mau Jadi Polisi, Jangan Perbesar Alat Kelamin”.

Liputan6.com, Jayapura: Persyaratan menjadi anggota polisi tidak mudah, selain harus memiliki kesehatan fisik, para calon polisi juga dituntut agar sehat psikis. Salah satu kriterianya, tidak memperbesar alat kelamin.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Polisi Agus Rianto, ketika ditemui SCTV di Jayapura, Papua, Sabtu (24/4), mengatakan, tindakan memperbesar penis kerap kali memupus harapan warga asli Papua untuk menjadi polisi. Karena itu, Polda Papua membuat salah satu persyaratan dalam bidang kesehatan, yaitu calon yang memperbesar penis tidak akan lulus tes. Hal ini dibuat sebab terdapat pelanggaran dalam bidang kesehatan, yakni ada calon taruna yang mengubah bentuk atau skala ukuran penisnya. Sehingga ukuran alat kelamin calon polisi menjadi tidak normal atau membesar. Praktis, pihaknya tidak meluluskan para taruna tersebut. Agus menjelaskan, pembesaran penis melalui bungkus (proses pembesaran melakukan dedaunan alam yang sering terjadi di Papua) atau dengan cara suntik silikon, dikategorikan pelanggaran. Para calon polisi ini dianggap tidak memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap kemampuan yang dimilikinya. Agus menambahkan, kesehatan adalah hal prioritas untuk diperhatikan, oleh sebab itu pihaknya melakukan seleksi dengan teliti apakah penis pada calon polisi merupakan asli atau diperbesar.

Untuk itu dalam proses seleksi taruna dan taruni, penerimaan calon polisi yang akan dibuka 3 Mei 2010, Agus mengharapkan kepada setiap calon agar memenuhi kriteria yang ada. Sebelumnya diketahui pada seleksi 2009 lalu, Polda Papua menerima 1.500 personel polisi dari warga asli Papua sesuai mandat otonomi khusus. Dari seleksi ini terdapat pelanggaran dalam bidang kesehatan yaitu ada upaya dari calon polisi untuk mengubah bentuk atau skala penisnya.

============

Ada lima pertanyaan menanggapi berita di atas:

1. Bagaimana Kepolisian Daerah Papua membedakan sehingga dapat mengetahui jika seorang taruna telah mengubah ukuran penisnya sehingga menjadi lebih besar? Tolok ukur apakah yang digunakan untuk membandingkan dan mengukur penis seorang taruna?

2. Standar apakah yang digunakan untuk mengukur normal atau tidak normalnya ukuran alat kelamin seseorang?

3. Apa hubungan antara kesehatan dan ukuran penis seseorang? Apakah artinya ukuran penis seseorang (bisa) mempengaruhi kesehatan orang tersebut?

4. Mengapa upaya seorang taruna mengubah bentuk dan ukuran penisnya dianggap sebagai pelanggaran dalam bidang kesehatan? Apakah artinya ukuran penis yang menjadi lebih besar dapat menurunkan kesehatan atau memperlemah keadaan taruna tersebut?

5. Apa hubungan antara tugas seorang polisi dengan ukuran penisnya? Apakah ukuran penis seorang polisi dapat membantunya dalam mengungkap kasus-kasus kejahatan yang terjadi? Mengapa bukan ilmu pengetahuan, daya intelejensi, dan nalar yang dikembangkan daripada memperbesar ukuran penis?

Mungkin ada yang bisa membantu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas?

The Simpsons

Berita di bawah berasal dari Viva News edisi Kamis, 29 April 2010 yang diberi judul “The Simpsons Mendukung Tayangan South Park.”

VIVAnews - Kreator tayangan kartun The Simpsons memberikan dukungan kepada serial komedi khusus penonton dewasa, yang merupakan rival The Simpsons, South Park. Dukungan tersebut diberikan berkaitan dengan tayangan South Park yang menuai hujan kecaman karena mengolok-olok Nabi Muhammad.

Seperti diungkapkan harian The Telegraph, Rabu 28 April 2010, para kreator The Simpsons menyampaikan simpatinya terhadap South Park, setelah salah satu tayangannya menggambarkan Nabi Muhammad berkostum beruang, sehingga disensor oleh saluran kartun Comedy Central.

Dukungan kepada pencipta South Park diungkapkan kreator The Simpsons melalui salah satu cuplikan di episode The Simpsons yang tayang pada Minggu malam lalu di Amerika Serikat (AS). Dalam cuplikan adegan pembukaan, tokoh Bart Simpson menulis di papan tulis, "South Park, kami berada di pihakmu kalau kami tidak merasa terlalu takut."

Dalam salah satu adegan South Park, Nabi Muhammad digambarkan berbicara di dalam sebuah mobil trailer dan tidak dimunculkan karakternya. Belakangan, karakter itu keluar dari trailer sambil mengenakan kostum beruang.

Tayangan South Park sempat menuai protes maupun ancaman dari pihak-pihak yang tidak setuju. Bahkan pencipta South Park, Trey Parker dan Matt Stone, mendapat "ancaman mati" dari sebuah komunitas muslim karena menghina Nabi Muhammad. Hal itu membuat Comedy Central menyensor adegan yang menggambarkan sejumlah tokoh agama, termasuk Musa, Yesus, dan Buddha. Comedy Central melakukan sensor dengan menyamarkan gambar Nabi Muhammad yang berkostum beruang.

South Park sendiri telah berkali-kali menampilkan hal-hal yang nyeleneh pada beberapa tayangannya terdahulu. South Park pernah memparodikan berbagai tokoh-tokoh agama dan politisi. Misalnya, Ratu Elizabeth II yang ditembak mati, atau Saddam Hussein sebagai seorang pemuja setan. Bahkan South Park juga berulang kali menayangkan tiruan tokoh Tom Cruise dalam sebuah kloset.

============

Berita di atas merupakan salah satu contoh nyata bagaimana memberikan dukungan yang cerdas, kreatif, sekaligus lucu daripada memberikan dukungan dengan cara-cara yang melibatkan kekerasan yang anarkis karena semata-mata didasarkan pada emosi yang membabi-buta. Dikatakan cerdas karena dukungan diberikan melalui figur kartun yang sangat dikenal oleh banyak orang, bukan hanya di Amerika Serikat (asal tayangan tersebut) melainkan juga di banyak negara lainnya. Disebut kreatif karena mampu mengoptimalkan media massa (dhi. televisi) demi mencapai penonton yang luas. Dan dianggap lucu karena figur kartun Bart Simpson identik dengan karakter yang lucu dan iseng.


Semua hal tersebut tidak pelak lagi sangat mampu menarik perhatian banyak orang, termasuk pihak-pihak yang mungkin awalnya tidak tertarik pada tayangan kartun atau yang bermuatan agama. Pembuat tayangan "The Simpsons" dengan cerdik memanfaatkan ketiga aspek itu untuk memberikan contoh bagaimana memberikan dukungan yang cerdas, kreatif, sekaligus lucu demi menarik simpati banyak orang. Selain itu, ketiga unsur tadi mampu "mencairkan" suasana yang hangat atau bahkan panas yang seringkali terjadi saat orang membahas atau mengkritisi (sikap) beragama. Dengan demikian, sikap beragama yang emosional, panas, dan fundamentalistik bisa dihadapi oleh sikap kritis yang tenang, dingin, dan lebih rileks tanpa sama sekali meremehkan apalagi menghina kepercayaan tertentu.

Susuk Kontrasepsi

Berikut adalah informasi yang saya terima dari ANTARA NEWS (Rabu, 28 April 2010) yang bertajuk “Warga Sekitar Pabrik Rokok Diberi Susuk Gratis”.

Malang (ANTARA) - Warga yang bermukim di sekitar kawasan pabrik rokok yang beroperasi di Kota Malang, Jawa Timur, diberi alat kontrasepsi jenis susuk ("implant") secara gratis dari pemkot setempat.

Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (BKBPM) Kota Malang Dr Jarot Edy Sulistyono, Rabu, mengatakan, "implant" yang diberikan secara cuma-cuma itu sebanyak 10 ribu. "Anggaran untuk pembelian diambilkan dari dana bagi hasil (DBH) cukai 2010. Untuk pembelian 10 ribu `implant` ini dibutuhkan dana sekitar Rp300 juta," paparnya. Menurut dia, pemberian "implant" tersebut tidak langsung diberikan pada masyarakat, namun melalui klinik-klinik yang ada di sekitar kawasan industri rokok. Sekarang sudah ada 49 klinik yang bersedia melayani pemasangan "implant" bagi masyarakat.

Selain alat kontrasepsinya yang diberikan secara cuma-cuma, kata mantan Kahumas Pemkot Malang itu, pemasangannya di klinik-klinik yang digandeng BKBPM juga gratis, sehingga warga tidak perlu memikirkan biaya apa pun. Ia mengakui, berbagai upaya dilakukan untuk mencegah terjadinya "baby boom" di daerah itu, sebab angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk di kota pendidikan itu sudah mencapai 0,7 persen per tahun.

Menyinggung animo masyarakat untuk ber-KB di daerah itu, Jarot mengatakan, cukup tinggi, terutama untuk KB pil, yakni mencapai 1.595 pada tahun 2009. Ia menyebutkan, total warga yang memasang alat kontrasepsi (ber-KB) selama kurun waktu 2009 mencapai 10.361 orang.

Pengguna KB suntik tercatat 602 orang, pil 1.595 orang, medis operasi wanita (MOW) atau tubektomi sebanyak 428 orang, medis operasi pria (MOP) atau vasektomi sebanyak 23 orang, dan selebihnya menggunakan kondom, IUD serta susuk. Pada tahun 2010, lanjutnya, pihaknya menargetkan 16.925 orang peserta KB baru dengan sasaran tertinggi untuk KB suntik dan pil. "Kami juga terus mendorong supaya kaum laki-laki juga ikut aktif ber-KB melalui metode MOP," ujarnya.

Hingga saat ini total jumlah peserta KB di Kota Malang sebanyak 96 ribu orang lebih dan pasangan usia subur (PUS) mencapai 124.388 pasangan. Peserta KB di daerah itu masih didominasi oleh peserta KB suntik yang mencapai 40 ribu lebih. Di urutan kedua adalah peserta KB IUD sebanyak 23 ribu peserta, pil sekitar 16 ribu orang, tubektomi 10.800 peserta, susuk 2.230, kondom sekitar 4 ribu orang dan MOP sebanyak 164 peserta.

============

Di atas merupakan salah satu contoh berita yang tidak jelas karena absennya berbagai informasi yang berkaitan dengan lema “susuk”; apa yang dimaksud dengan susuk? apa itu susuk? apa bentuknya? dimana (bagian tubuh apa) susuk itu diletakkan? dan bagaimana susuk itu diletakkan?

Masih banyak orang Indonesia yang percaya pada “keampuhan” susuk, tanpa pernah ada penjelasan yang jelas dan pasti mengenai susuk itu sendiri. Setidaknya, tidak ada penjelasan tunggal mengenai apa itu susuk. Sejauh ini orang yang memberikan penjelasan mengenai susuk mengatakan bahwa susuk “ditanam” dalam tubuh manusia dengan cara yang supranatural. Artinya, susuk itu diletakkan dalam tubuh manusia tanpa melalui cara-cara medis modern. Namun, tidak ada penjelasan lebih jauh dan dalam mengenai susuk itu.

Berita di atas hanya menjelaskan bahwa susuk itu diletakkan dalam tubuh manusia sebagai upaya menekan tingkat kelahiran di kota Malang. Mengapa pemerintah kota Malang memberikan susuk kepada warganya ketimbang memberikan penyuluhan atau pendidikan? Bagaimana warga kota Malang secara khusus bisa mengetahui bahwa yang diberikan pemerintahnya merupakan susuk dan bukannya pengobatan “alternatif” lainnya? Mungkin jawaban yang akan diberikan oleh pemerintah kota Malang adalah bahwa pemberian susuk kepada warganya lebih murah dan mudah dilakukan dibandingkan mengadakan penyuluhan. Apakah pemerintah kota Malang beserta warganya sudah begitu pragmatisnya sehingga lebih memilih menggunakan cara yang tidak jelas dan bisa saja membahayakan kesehatan/keselamatan manusia?

Harus diakui bahwa kecenderungan masyarakat dewasa ini semakin mengarah pada pragmatisme. Pola pikir dan kerja yang cenderung menyederhanakan masalah tidak jarang membawa manusia pada kebodohan dan manipulasi. Banyak orang tidak menyadari bahwa pikiran dan sikapnya didasarkan pada pragmatisme. Bahkan tidak sedikit orang yang dengan sadar lebih memilih berpikir secara pragmatis yang seringkali membuatnya menyederhanakan setiap permasalahan yang ada. Orang-orang seperti itu tidak peduli bahwa pikiran dan sikap tersebut rentan menjadikannya objek manipulasi.

Oleh karena itu, budaya yang mengedepankan sains dan nalar manusia sudah seharusnya dikembangkan oleh setiap unsur masyarakat. Menyingkirkan berbagai pemikiran yang didasarkan pada hal-hal supranatural seharusnya disingkirkan bahkan ditolak karena sudah begitu lama membuat manusia terjebak dalam delusi dan halusinasi. Dengan demikian, jawaban yang seharusnya diberikan dan dimiliki masyarakat abad ini adalah kritisisme dan skeptisisme dalam semua ranah hidup manusia. Sudah saatnyalah sains dan skeptisisme yang dibangun dan didasarkan pada akal sehat manusia dimajukan demi kehidupan yang lebih baik karena telah terbukti berbagai hal yang dilandaskan pada supranatural tidak bisa membawa manusia ke arah kehidupan yang lebih baik.

Segera Mandi Jika Tidak Ingin Terjangkit AIDS!

Di bawah ini adalah berita yang saya baca dalam KOMPAS.com (Senin, 26 April 2010) yang berjudul: “Habis Bersetubuh, Segeralah Mandi!”

Tak ingin terjangkit HIV-AIDS kan? Segeralah mandi sehabis bersetubuh! Saran ini tak main-main. Soalnya, datang langsung dari Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma.

Nah, saat ini, tulis lama berita allafrica.com dan cnbc.com, Minggu (25/4/2010), orang nomor satu di Negeri Bafana Bafana itu sedang bungah hatinya. Pria gaek itu mengatakan hasil tes menunjukkan bahwa dia bebas dari HIV alias HIV negatif.

Zuma mengatakan hal tersebut ketika meluncurkan program pemerintah mengenai konseling dan testing. Sosok bertubuh gempal itu juga menambahkan dirinya memutuskan menjelaskan statusnya guna mempromosikan keterbukaan mengenai AIDS. Sebelumnya, Zuma sudah mengatakan bahwa dia pernah menjalani tes AIDS, tetapi tidak pernah menjelaskan hasilnya.

Zuma, kini memiliki tiga orang istri sah, banyak dikritik sejak muncul berita bahwa dia juga memiliki seorang anak yang lahir di luar pernikahan. "Setelah melewati pertimbangan matang, saya memutuskan untuk menjelaskan hasil tes saya," katanya.

"Hasil tes bulan April, sama seperti juga tiga uji lainnya menunjukkan pertanda negatif dari virus HIV," imbuhnya.

Segera mandi.

Nyatanya, ada harapan yang mencuat dalam pikiran Zuma. Menurut hematnya, justru dengan mengumumkan hasil uji kesehatannya, keterbukaan jadi mengemuka. Lalu, stigma HIV-AIDS bisa terhapus. "Kita harus bekerja keras bersama-sama," katanya di depan sejumlah hadirin di sebuah rumah sakit di dekat Johanesburg.

Lebih lanjut, Zuma menambahkan, seluruh warga Afsel harus yakin kalau penderita HIV-AIDS tak melakukan kriminalitas apapun.

Nah, problem sejatinya ada pada diri Zuma. Soalnya, kehidupan seksual pria berusia 68 tahun ini menjadi sorotan rakyatnya di media massa. Empat tahun lalu, saat di persidangan kasus pemerkosaan yang dituduhkan kepadanya, Zuma mengaku melakukan hubungan seksual tanpa alat pelindung dengan perempuan penderita HIV positif. "Tapi saya segera mandi agar tak terkena HIV," begitu kilahnya, kala itu. Alhasil memang, Zuma yang baru setahun jadi presiden Afsel itu memang bebas dari tuduhan. Tak cuma itu, sikap Zuma mengenai AIDS banyak mendapatkan sambutan. Zuma dalam kampanye soal pencegahan HIV-AIDS itu juga mematok target selama dua tahun ada 15 juta orang menjalani tes penyakit mematikan itu. Lalu, akan ada pasokan obat bagi 80 persen penderita yang memerlukannya. Afrika Selatan memiliki jumlah penduduk terbesar yang menderita AIDS, dan lebih lima juta orang sekarang ini mengidap HIV-positif.

Maret lalu, Zuma lolos dari mosi tidak percaya yang diajukan oleh partai-partai oposisi setelah muncul berita bahwa dia memiliki seorang anak dengan Sonono Khoza, 39 tahun, putri dari Ketua panitia Piala Dunia Afrika Selatan, Irvin Khoza. (Penekanan ditambahkan)

=============

Sorotan tulisan ini adalah menanggapi pernyataan sangat menyesatkan sekaligus konyol yang diutarakan oleh Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma. Mengapa saya katakan pernyataannya sangat menyesatkan dan konyol? Karena Zuma mengaku bahwa ia tidak menggunakan pelindung ketika berhubungan seks dan untuk menghindari diri dari AIDS, ia langsung mandi setiap sesudah melakukan hubungan seks. Sebuah pernyataan yang sangat berbahaya karena diucapkan oleh seorang pemimpin negara! Mungkin tidak akan terlalu berbahaya jika pernyataan seperti itu bukan diucapkan oleh seorang presiden. Terlebih, pernyataan itu diucapkan oleh seorang presiden salah satu negara di Afrika. (Pengidap AIDS di benua Afrika merupakan yang tertinggi di dunia).


Setidaknya ada ketiga keprithatinan yang bisa muncul dari pernyataan Zuma tersebut. Pertama, sangat memprihatinkan bahwa pernyaatan tersebut diucapkan oleh seorang presiden dan ia tidak menyadari jika pernyataannya tersebut sangat berpengaruh bagi penduduk Afrika khususnya Afrika Selatan. Kedua, sangat memprihatinkan jika pernyataan Zuma diikuti oleh penduduk Afrika mereka mungkin berpikir bahwa tidak masalah jika berhubungan seks tanpa menggunakan kondom asal setelah melakukannya langsung mandi. Oleh karena itu, jangan kaget atau heran jika hal itu sungguh-sungguh terjadi pengidap AIDS khususnya di benua Afrika bukannya berkurang, tetapi malah meningkat. Ketiga, sangat memprihatinkan karena semua informasi yang berhubungan dengan AIDS masih kurang dijangkau atau diperhatikan oleh dunia.


Sudah sepatutnyalah orang memperhatikan kata-kata yang akan diucapkannya karena pernyataannya bisa mempengaruhi orang lain, terlebih jika orang tersebut memiliki otoritas tertentu dalam masyarakat, seperti: pemimpin negara dan pemuka agama. Tidak menjadi masalah jika yang diucapkan merupakan sesuatu yang benar, namun sangat celaka jika yang diucapkan adalah kebalikannya. Selain itu, orang pun seyogianya berpikir kritis dan bersikap skeptis terhadap, bukan hanya pernyataan atau informasi yang diterimanya tetapi juga setiap peristiwa yang dialami atau terjadi di sekitarnya. Jika hal-hal ini dilakukan, maka harapannya orang tidak menyesatkan – tersesat dan memanipulasi – termanipulasi.

Tatto Malaikat Pelindung

Berikut adalah berita yang saya baca dalam KOMPAS.com (Rabu, 28 April 2010) dengan tajuk “Batal Mati, Diselamatkan Tatto Malaikat”.


Fisher Lukas, remaja usia 18, asal Droitwich, Worcestershire ini nyaris mati dalam kecelakaan mobil yang mengerikan. Mobil yang dikendarai dalam kecepatan tinggi menghantam pohon, tubuh remaja ini pun terlempar dan kepalanya membentur benda keras dengan hebat.


Menurut perhitungan dokter, nyawanya tidak bisa diselamatkan. Dia mengalami patah leher di tiga tempat. "Lehernya patah tiga tepat, kalau sembuh kemungkinan dia akan lumpuh. Namun, dia berhasil mengatasi krisis," kata dokter yang merawat. Boleh percaya boleh tidak. Empat hari setelah dirawat, Lukas, diizinkan dokter meninggalkan RS Universitas Conventri.


Lukas mengaku mengalami mujizat karena nyawanya diselamatkan oleh tatto malaikat pelindung, yang dilukiskan dibadannya dua hari (48 jam) sebelum kecelakaan. Tatto malaikat pelindung dengan kata-kata Hanya yang kuat mampu bertahan. Tatto ini menyapu samping dari dada hingga punggung ke bawah. Lukas, yang harus menggunakan penyangga leher dan kepala ini membutuhkan waktu tiga bulan dan fisioterapi selama 18 bulan. "Aku tidak lumpuh. Aku telah diselamatkan malaikatku. Setelah sembuh aku akan bergabung dengan angkatan darat," katanya.


Menurut Lukas, tatto miliknya diciptakan oleh rumah tatto God of Ink, di Worcestershire, selama 16 jam.

Gambar tatto yang dibuat seniman tatto Nick Fletcher ini dimulai pada kaki kanan dan badan lalu salah satu sayap malaikat di dada, dan yang lain berada di punggung. Jadi seolah-olah gambar malaikat tersebut sedang memeluknya. Tatto Lukas ini akhirnya menginspirasi remaja lain, agar dengan membuat gambar tatto tersebut, dia juga akan memperoleh keberuntungan seperti yang dialami Lukas.


===============

Tidak jarang orang mengaitkan berbagai hal yang, baik terjadi maupun tidak terjadi dalam kehidupannya, dengan tanda-tanda khusus yang melekat di tubuhnya atau yang merupakan cirri dirinya, seperti: zodiak (waktu dan tempat lahir), shio, hongshui, fengshui, agama, ideologi tertentu, bahkan contoh terkini adalah tatto.


Dalam kisah di atas diungkapkan bahwa Lukas, pemilik tatto, percaya bahwa ia selamat karena telah dilindungi oleh tatto malaikat yang nyaris menutupi sekujur tubuhnya. Ia sangat mempercayai bahwa tatto malaikat itu telah memberikan keberuntungan bagi dirinya sehingga ia selamat. Tatto tersebut bahkan telah menginspirasikan banyak remaja untuk membuat tatto malaikat pada tubuh mereka sehingga selamat seperti Lukas.


Saya pun terinspirasi setelah membaca berita di atas dengan mengajukan beberapa pertanyaan:

  1. Apa hubungan antara tatto malaikat dan keselamatan/keberuntungan orang yang memilikinya?
  2. Bagaimana dengan “nasib” orang-orang yang memiliki tatto iblis/setan di tubuhnya? Tentu mereka akan mengalami “sial” atau bahkan kematian, bukan?
  3. Bagaimana cara tatto malaikat menyelamatkan orang yang memiliki tatto tersebut?
  4. Mengapa orang sangat mudah mengaitkan berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidupnya dengan hal-hal yang melekat pada dirinya?


Banyak orang tidak menyadari bahwa beberapa peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka terjadi karena suatu kebetulan. Namun tentu, pandangan seperti ini segera ditolak oleh mereka yang berkeyakinan bahwa semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka tidak terjadi secara kebetulan melainkan disebabkan oleh suatu hal. Hal-hal inilah dinamakan dengan supranatural. Artinya, suatu peristiwa terjadi disebabkan oleh suatu hal yang berada di luar kekuasaannya, seperti benda tertentu, kepercayaan, ideologi (agama), dan kekuatan tertentu (energi atau tuhan).


Seperti kisah di atas, banyak orang percaya bahwa tatto malaikat yang dimiliki Lukas telah menyelamatkannya dari kematian. Memang merupakan sifat dasar setiap orang berupaya mencari penjelasan atas semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Akibatnya, banyak orang cenderung memberikan penjelasan yang sangat sederhana dan dangkal terhadap setiap peristiwa dalam hidupnya. Ada adagium: “Untuk setiap penjelasan yang sangat sederhana dan singkat terhadap hal yang rumit, maka penjelasan itu salah”.


Kembali pada tatto malaikat tadi, apakah peristiwa yang dialami Lukas merupakan hal yang rumit dijelaskan? Sama sekali tidak. Lukas selamat dari kecelakaan, titik. Dia tidak selamat karena diselamatkan oleh tatto malaikat yang melekat pada tubuhnya. Banyak orang yang selamat dari kecelakaan atau sembuh dari penyakit akut setelah divonis mati oleh dokter, namun tidak memiliki tatto malaikat di tubuhnya. Mereka selamat dan sembuh bukan karena doa orang lain atau doa dirinya, tuhan, atau karena memiliki tatto di tubuhnya. Mereka selamat dan sembuh, titik.

Selasa, 27 April 2010

Melihat "Wajah Yesus"

Beberapa orang mengklaim telah melihat wajah Yesus dan sosok Bunda Maria (ibu Yesus), entah di langit (awan), asap, debu, bayangan, pantulan cahaya, dan yang terkini adalah pola atau bentuk bakaran di roti yang dipercaya sebagai wajah Yesus. Hal-hal di atas dinamakan pareidolia, yakni ketika seseorang mengklaim telah melihat wajah atau sosok seseorang yang umumnya merupakan wajah atau sosok yang berasal dari tradisi agamanya. Pareidolia umum dialami oleh orang-orang yang beragama luar biasa taat sehingga mereka seringkali menafsirkan bahwa munculnya wajah atau sosok yang berasal dari agama orang-orang itu sebagai pertanda atau mempertegas keimanan mereka.


Contoh terkini mengenai pareidolia tersebut dialami oleh seorang ibu yang tinggal di Massachusetts, America Serikat, yang mengklaim telah melihat wajah Yesus di roti bakar yang dibuatnya. Mary Jo Coady, nama ibu yang dimaksud, percaya bahwa “wajah Yesus” yang muncul di roti bakar tersebut merupakan pertanda bahwa Yesus sungguh-sungguh berada di tengah-tengah keluarganya dan memperhatikan keluarga tersebut. Jelas, pernyataan Coady merupakan pernyataan iman yang didasarkan pada keyakinannya karena ia telah melihat “wajah Yesus” di sehelai roti bakar. Dan yang membuat hal tersebut semakin konyol adalah bahwa “wajah Yesus” di roti bakar tersebut dikaitkan dengan keyakinan bahwa Yesus memperhatikan keluarga Coady.


Sampai saat ini harus diakui bahwa ada begitu banyak orang yang mengklaim telah melihat wajah atau sosok yang terdapat dalam tradisi agamanya, bahkan bisa saja, walaupun sangat jarang, seseorang mengklaim telah melihat wajah/sosok yang terdapat dalam tradisi agama yang tidak dianutnya. (Peristiwa ini pernah terjadi sekitar pertengahan tahun 2000 ketika seorang Muslim yang tinggal di Jl. Kramat III Jakarta Pusat mengklaim telah melihat “wajah Yesus” di tembok rumahnya.) Masalah yang muncul melalui “penglihatan” orang-orang tersebut adalah bahwa memori otak mereka menyimpan gambaran-gambaran keagamaan tertentu dengan begitu kuat sehingga gambaran tersebut bisa muncul secara tiba-tiba dan kapan saja hanya karena mereka melihat pola atau bentuk yang dianggapnya wajah atau sosok keagamaan tertentu. Pola atau bentuk itulah yang kemudian segera dikaitkan dengan gambaran yang sebelumnya sudah tersimpan dalam otak mereka. Mereka dengan mudah mendefinisikan pola atau bentuk tersebut sebagai wajah atau sosok dalam agama tertentu (umumnya wajah atau sosok dalam agamanya sendiri).


Pertanyaannya sekarang adalah: bagaimana orang-orang tersebut bisa memiliki memori mengenai gambar wajah atau sosok keagamaan tertentu? Saat ini teknologi sudah berkembang sangat cepat dan semakin canggih. Berbagai gambaran itu mudah ditemui, baik melalui majalah, buku, maupun internet. Masalahnya, tidak semua wajah Yesus atau sosok Bunda Maria ditampilkan melalui gambar yang sama persis. Artinya, gambar wajah Yesus dan Bunda Maria tidak seragam melainkan beragam. Jika demikian, bagaimana orang bisa tahu betul dan sangat yakin bahwa gambaran yang dilihatnya menunjukkan wajah Yesus atau sosok yang disaksikannya merupakan sosok Bunda Maria? Jika ya, wajah Yesus atau sosok Bunda Maria yang seperti apakah yang dilihatnya, karena bukankah ada beragam wajah Yesus dan sosok Bunda Maria seperti dapat ditemukan melalui banyak majalah, buku, maupun internet?


Itulah sebabnya proses melihat “wajah Yesus” atau “sosok Bunda Maria” disebut pareidolia. Dengan demikian, jelas, pareidolia merupakan hal yang sangat subjektif karena dialami oleh orang-orang yang sebelumnya sudah memiliki asumsi yang kemudian direkam dan disimpan dalam memori mereka. Asumsi yang dibentuk oleh gambaran awal inilah yang seringkali membuat orang dengan sangat mudah mengaitkan pola yang dilihatnya sebagai sesuatu yang pasti dan jelas. Namun kenyataannya hal dianggapnya pasti dan jelas tersebut hanyalah pola yang mengambil bentuk seperti gambaran awal yang sudah dimilikinya.

Pembunuhan Akibat Ilmu Sihir

Seorang perempuan yang malang dibunuh oleh masyarakat setempat karena dianggap sebagai tukang sihir atau memiliki ilmu “guna-guna” (sihir). Peristiwa tersebut terjadi di daerah pedalaman Papua New Guinea. Berita yang beredar mengatakan bahwa peristiwa tersebut bukanlah yang pertama kali terjadi di Papua New Guinea karena sebelumnya sudah terjadi sekitar 50 pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap memiliki dan mempraktekkan ilmu sihir.


Kepercayaan terhadap adanya ilmu sihir dan orang-orang yang mempraktekkan ilmu sihir tidak hanya ditemukan di Papua New Guinea melainkan banyak juga ditemukan di wilayah Afrika Selatan. Ini didukung oleh hasil studi yang dilakukan oleh Joachim Kaetzler di negara-negara wilayah Afrika Selatan dan sekitarnya pada tahun 1990-an. Kaetzler melakukan penelitiannya, baik di kota maupun pedesaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya Kaetzler menemukan bahwa kepercayaan terhadap ilmu sihir di antara penduduk Afrika, bukan hanya diyakini oleh masyarakat yang rendah tingkat pendidikannya, tetapi juga diyakini oleh masyarakat yang tingkat pendidikannya tinggi. Sebuah jejak pendapat yang dilakukan pada kelompok-kelompok masyarakat Afrika tersebut menyatakan bahwa 400 mahasiswa hukum Afrika mempercayai ilmu sihir (sekitar 80% mahasiswa hukum Afrika) dan lebih dari setengahnya pernah berkonsultasi dengan tukang sihir.


Melalui penelitian yang dilakukannya Kaetzler menemukan bahwa tukang sihir berfungsi sebagai mediator antara orang-orang yang masih hidup dan roh-roh nenek moyang. Para tukang sihir tersebut bertindak, baik sebagai cenayang, dokter yang memberikan obat-obatan dari tumbuhan, kepala suku, dan tabib. Hal yang serupa juga ditemukan dalam figur pendeta yang dipercaya memiliki “kekuatan” atau ilmu sihir dan berkuasa mempraktekkan “ilmu”-nya tersebut di dalam gereja.


Ilmu sihir dan orang-orang yang dipercaya memiliki dan mempraktekkan ilmu sihir seringkali dijadikan “kambing hitam” jika peristiwa-peristiwa buruk terjadi atau dialami orang lain. Bahkan ilmu sihir tidak jarang dianggap sebagai penyebab terjadinya kecelakaan ataupun kejahatan. Sebuah contoh nyata secara gamblang mengungkapkan hal tersebut ketika seorang laki-laki Afrika yang sedang mabuk menabrak seorang anak kecil yang berakibat pada kematian anak tersebut. Berdasar pada “penglihatan” seorang tukang sihir, maka laki-laki itu dianggap telah disantet (diguna-guna). Artinya, laki-laki tersebut bukannya dianggap mabuk, tetapi terkena ilmu sihir sehingga mengakibatkan kematian seorang anak. Akhirnya, tanpa bisa membela diri laki-laki malang tersebut dijatuhi hukuman mati dengan cara rajam (dilempari batu).


Kepercayaan terhadap ilmu sihir dan orang-orang yang dianggap memiliki dan mempraktekkan ilmu sihir bukan hanya terjadi di negara-negara dunia ketiga melainkan sudah terjadi di benua Eropa sejak abad ke-17. Kepercayaan tersebut terus berkembang sampai abad ke-21, bahkan dampaknya semakin memprihatinkan dan membahayakan karena kepercayaan terhadap ilmu sihir dan orang-orang yang dianggap memiliki dan mempraktekkan ilmu sihir telah mengakibatkan kematian manusia. Kepercayaan terhadap ilmu sihir merupakan delusinasi yang bukan saja sangat menyesatkan, tetapi juga mematikan. Artinya, delusinasi tersebut telah membuat manusia tega membunuh sesamanya. Sudah seharusnya delusinasi itu ditentang dan disingkirkan dengan sangat keras karena telah mengakibatkan penderitaan dan kematian makhluk hidup (dhi. manusia). Oleh karena itu, yang perlu dibangun dalam masyarakat adalah budaya kritis dan sikap skeptis sehingga delusinasi seperti kepercayaan terhadap ilmu sihir dapat disingkirkan dari masyarakat abad 21, sebaliknya masyarakat abad 21 hidup dalam budaya yang menghargai akal sehat dan ilmu pengetahuan.

Ilmu Sihir yang Mematikan

Palang Merah dunia pada bulan Desember 2009 melaporkan bahwa telah terjadi pembunuhan disertai mutilasi terhadap sekitar 50 anak albino di Tanzania dan Burundi. Anak-anak malang tersebut dibunuh dan dimutilasi dengan alasan anggota tubuh mereka sangat bernilai tinggi bagi ilmu sihir. Artinya, beberapa orang mengklaim memiliki ilmu sihir mempercayai bahwa anggota tubuh anak-anak albino dipercaya dapat meningkatkan ilmu sihir mereka. Oleh karena itu, lengan, jari-jari tangan, telinga, alat kelamin, dan darah anak-anak albino diperjualbelikan di pasar gelap dan dihargai sangat tinggi.


Sebulan sebelumnya, November 2009, empat orang ditangkap dan telah dijatuhi hukuman mati di Tanzania karena terbukti telah membunuh anak-anak albino dan mengeruk keuntungan dari hasil penjualan anggota tubuh anak-anak malang tersebut. Sebulan sebelumnya juga para pemburu anak-anak albino membunuh dan memotong kaki anak albino berusia sepuluh tahun.


Praktek dan kepercayaan terhadap ilmu sihir yang berasal dari membunuh dan menggunakan anggota-anggota tubuh anak-anak albino disebut muti. Seperti telah diungkapkan sepintas di atas bahwa kepala anak-anak albino tersebut dikumpulkan dan disimpan sebagai “guna-guna” atau keberuntungan yang digunakan saat ritual sihir tertentu. Menurut laporan Palang Merah dunia ada sekitar 10.000 anak albino Afrika yang hidup dalam persembunyian karena takut dibunuh.


Berita sangat singkat di atas menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap ilmu sihir bukan saja salah dan menyesatkan, terlebih sangat berbahaya karena telah mengakibatkan kematian yang sangat keji. Kepercayaan terhadap ilmu sihir, khususnya di Afrika, menjadi contoh nyata di mana kepercayaan yang salah telah melanggar hak asasi manusia. Kepercayaan terhadap ilmu sihir telah membuat orang tega membunuh makhluk hidup lainnya. Ilmu sihir telah mengakibatkan banyak keluarga di Afrika meratap karena mereka kehilangan anak-anak mereka. Sekali lagi kepada kita telah diungkapkan secara gamblang bahwa kenyataan menunjukkan bahwa kepercayaan buta yang dianut seseorang dapat membuat orang tersebut sama sekali tidak menggunakan daya kritis dan akal sehatnya. Kepercayaan buta seseorang bisa mengakibatkan penderitaan bagi orang lain.

Senin, 26 April 2010

Astrologi & Asumsi

Tidak sedikit orang yang percaya terhadap ramalan bintang atau astrologi. Apakah itu astrologi? Secara sangat sederhana dapat dikatakan bahwa astrologi adalah “pengetahuan” tertentu mengenai waktu dan tempat lahir seseorang yang dipercaya mempengaruhi atau setidaknya berkaitan dengan karakter orang yang bersangkutan. Contohnya saja Libra, maka seseorang yang memiliki bintang Libra (waktu lahirnya berada di antara rentang tertentu) dipercaya memiliki karakter yang diplomatis, idealistis, dan mudah bersosialisasi, sedangkan Capricorn dikatakan berkarakter bertanggungjawab, disiplin, pekerja keras, dan penuntut.


Saya juga menemukan kaitan yang menarik antara rasisme dan astrologi. Sampai saat ini masih cukup banyak orang menilai karakter orang lain berdasar pada warna kulit, latar belakang suku, dan waktu serta tempat di mana seseorang dilahirkan. Ini adalah penilaian yang sangat menyesatkan karena tidak ada seorang pun yang lahir di dunia ini dapat menentukan sebelumnya atau memilih ia ingin dilahirkan sebagai, baik seseorang yang memiliki kulit berwarna tertentu, dilahirkan dalam keluarga yang berlatar belakang suku tertentu, maupun pada waktu dan tempat tertentu. Artinya, tidak ada seorang pun di dunia ini mampu mengendalikan bagaimana, kapan, dan di mana ia dilahirkan dan tumbuh dewasa. Oleh karena itu, orang cukup sering mendengar adagium yang berkata: “Saya dapat ‘membaca’ atau mengenal orang lain tanpa perlu mengenalnya terlebih dahulu”. Yang hendak dikatakan melalui adagium tersebut adalah bahwa orang-orang yang beranggapan bahwa mereka dapat menilai karakter seseorang tanpa terlebih dulu bergaul intim dengan orang tersebut percaya bahwa sesungguhnya mereka dapat mengenal karakter orang tersebut.


Hal tersebut dapat dengan mudah orang temukan saat seseorang membaca astrologinya di hari tertentu. Seseorang yang sudah terlebih dahulu mempercayai bahwa astrologi dapat memberikan keterangan mengenai hal-hal tertentu yang akan dialami atau telah dialaminya akan cenderung mengatakan bahwa apa yang dikatakan melalui astrologinya merupakan sesuatu yang benar. Setiap orang memiliki berbagai asumsi tertentu, baik mengenai dirinya sendiri maupun orang lain. Namun, ketika asumsi tersebut atau keterangan yang diperoleh melalui astrologi tersebut tidak tepat, maka dengan mudah orang tersebut mencari-cari alasan demi membenarkan ketidaktepatan ramalan bintang yang telah dibacanya. Sebagai contoh yang sangat sederhana, banyak ramalan bintang mengatakan mengenai sikap orang yang malas dan boros. Kedua hal tersebut cenderung dimiliki oleh setiap orang, tetapi dalam tingkatan yang berbeda. Namun anehnya, dalam ramalan-ramalan bintang tidak pernah dijelaskan seberapa malas atau boros seseorang pada hari-hari tertentu. Artinya, tidak ada tolok ukur yang jelas dan pasti mengenai kemalasan dan keborosan seseorang. Sayangnya, tanpa adanya pikiran yang kritis dan sikap skeptis tidak sedikit orang yang mudah percaya dan menerima apa yang dikatakan orang lain mengenai “bintang”-nya.


Apa sebenarnya yang hendak disampaikan melalui tulisan ini? Dan mengapa tulisan ini diberi judul “Astrologi dan Asumsi?” Kegemaran orang membaca tanda-tanda atau ramalan bintang (astrologi) sangat didukung oleh adanya prasangka yang sebelumnya sudah dimiliki oleh orang tersebut. Tanpa adanya pikiran yang kritis, maka asumsi orang tersebut dapat dengan mudah mengendalikan penilaian dan kesimpulan yang dibuatnya, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Mungkin tidak terlalu menjadi masalah jika ia menilai karakternya sendiri dengan berdasar pada astrologi yang dimilikinya. Jika orang tersebut masih memiliki akal sehat, maka nyaris dapat dipastikan bahwa ia serta-merta menolak ramalan bintang yang dibacanya seraya, mungkin, mencoba memperbaikinya. Namun, akan menjadi masalah jika ramalan bintang tersebut membuatnya menilai dan menyimpulkan karakter orang lain yang sama sekali belum dikenalnya secara dekat (intim). Jika orang tersebut tidak berpikir kritis, sebaliknya hanya mempercayai apa yang dibaca atau didengarnya mengenai ramalan bintang orang lain, maka bisa saja ia memberikan generalisasi atau stereotipe yang keliru mengenai orang lain.


Tentu, tidak semua stereotipe bernada negatif, namun apa jadinya jika stereotipe yang dibuat bernada negatif, seperti: orang-orang Sumatera Utara keras/kasar atau orang-orang Tionghoa pelit atau orang-orang Arab teroris atau orang-orang Kristen kaya. Stereotipe seperti itu sangatlah menyesatkan karena stereotipe dapat menggiring orang pada opini seseorang yang berujung pada opini publik. Dan stereotipe seperti itu tidak jarang didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru. Oleh karena itu, penilaian terhadap orang lain dengan berdasar pada warna kulit, latar belakang suku, apalagi waktu dan tempat di mana orang tersebut dilahirkan haruslah disingkirkan bahkan ditentang karena bukan hanya salah, terlebih menyesatkan.

Minggu, 25 April 2010

Ujilah Setiap Pandangan

Setiap orang yang menganggap bahwa pandangan yang dimilikinya benar sudah sepatutnya tidak berkeberatan jika pandangannya tersebut dinilai atau diuji oleh orang lain. Namun, mengapa umumnya orang tidak suka atau bahkan tersinggung jika pandangannya diuji orang lain, terlebih jika pandangannya dikritisi atau dinilai salah oleh orang lain? Sejauh yang dapat dikemukakan bahwa umumnya orang merasa terganggu jika keberadaannya (yang nyaman) “diusik” atau diutak-atik oleh orang lain. Oleh karena itu, umumnya orang memilih mempertahankan diri dengan membentengi diri dengan berbagai argumen yang cenderung bernuansa emosional ketimbang menggunakan argumen-argumen yang dilandaskan pada akal sehat.


Salah satu “benteng” yang biasa digunakan orang saat mempertahankan pandangannya secara emosional adalah dengan mengucapkan kata-kata, seperti: “Yah, itu kan pandanganmu, tetapi pandangan saya adalah tetap itu” atau “Pandangan setiap orang tentu berbeda, oleh karenanya, tidak mungkin disamakan” atau “Namanya juga pendapat, jadi pendapat setiap orang itu bersifat subjektif”. Ketiga ucapan tersebut sangat sering terdengar ketika orang mencoba mempertahankan pandangannya tanpa memberikan argumen lebih lanjut. Setidaknya, kedua pernyataan “mempertahankan diri” tersebut tidaklah relevan dengan semangat diskusi apalagi semangat kritis yang seyogianya dikembangkan dalam dunia saat ini sehingga setiap orang mampu menguji dan menilai, baik pandangan orang lain maupun pandangannya sendiri.


Terhadap pernyataan pertama, tanggapan yang dapat dikemukakan bahwa oleh karena pandangan itulah, maka saya (orang lain) perlu menilai dan mengujinya; apakah pandangan tersebut benar atau salah, apakah pandangan tersebut didukung oleh bukti-bukti relevan yang kuat, dan dilandasi oleh akal sehat. Jika pandangan tersebut tidak didukung oleh berbagai bukti relevan dan akal sehat, maka dapat dinyatakan bahwa pandangan tersebut salah, oleh karenanya, harus ditolak.


Terhadap pernyataan kedua, tanggapan yang dapat dikemukakan bahwa tujuan pengujian dan penilaian terhadap suatu pandangan bukanlah untuk menyamakan setiap pandangan orang. Tentu, setiap orang memiliki pandangan yang berbeda. Namun yang hendak dicari dalam menilai dan menguji suatu pandangan adalah argumen yang cermat, logis, dan jernih. Artinya, apakah suatu pandangan dikemukakan berdasar pada berbagai bukti yang relevan dan nalar manusia atau tidak berdasar pada hal-hal tersebut. Harus selalu diperhatikan dan diingat bahwa penilaian dan pengujian terhadap suatu pandangan bukanlah demi memperoleh penyamaan pandangan melainkan demi memperoleh kejernihan dan kejelasan pandangan tersebut.


Terhadap pernyataan ketiga, tanggapan yang dapat dikemukakan oleh karena setiap pandangan bersifat subjektif, maka subjektivitas inilah yang hendak dihilangkan, atau setidaknya diminimalisasi melalui penilaian dan pengujian yang dilakukan oleh orang lain. Oleh karena itu, diskusi yang dilandasi oleh semangat kritisisme yang sehat sepatutnya bisa menjadi pendorong lahirnya berbagai pandangan yang cermat, logis, dan jernih. Tentu, setiap orang memiliki subjektivitasnya masing-masing. Namun, orang yang kritis dan skeptis tidak enggan untuk membiarkan dirinya dibimbing oleh berbagai bukti yang ada (relevan) dengan didukung oleh akal sehatnya. Seorang yang kritis dan skeptis tidak pernah ragu untuk selalu menilai dan menguji setiap pandangannya termasuk pandangan orang lain.


Tulisan ini segera mengingatkan saya pada salah satu ucapan yang terdapat dalam Alkitab yang kira-kira berkata demikian: “Ujilah setiap roh” (sayangnya saya tidak ingat pernyataan itu terdapat di kitab apa). Dengan demikian, semangat tulisan ini saya kira tidak bertentangan dengan pernyataan tadi bahkan mempertegasnya. Dengan agak mengacu pada pernyataan Alkitab tadi dan setelah melakukan sedikit improvisasi, maka tulisan ini pun diakhiri dengan pernyatan: “Ujilah setiap pandangan”.

Kamis, 22 April 2010

Penjelasan Supernatural

Banyak orang setelah tidak mampu menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya langsung menyatakan bahwa fenomena tersebut terjadi akibat kekuatan supernatural tertentu. Artinya, mereka mempercayai bahwa fenomena alam ataupun sosial yang terjadi berasal atau disebabkan oleh sesuatu yang disebut supernatural. Banyak orang mempercayai bahwa supernatural berarti kekuatan yang tidak terlihat, namun mampu mempengaruhi bahkan menyebabkan terjadi suatu peristiwa.


Namun, sepanjang sejarah, berbagai penjelasan supernatural terhadap banyaknya fenomena yang terjadi di sekitar kita tidaklah memuaskan. Hal ini bisa dikatakan karena setelah sebuah penjelasan supernatural coba dianalisis dan dijelaskan menggunakan daya kritis seseorang yang didukung oleh akal sehatnya, maka sesuatu yang supernatural tersebut disingkirkan oleh sesuatu yang natural (alamiah). Jika berbagai analisis kritis yang didasarkan pada akal sehat mampu memahami dan menjelaskan berbagai hal yang disebut supranatural sebagai hal-hal yang natural, mengapa cukup banyak orang masih beranggapan bahwa berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya disebabkan oleh kekuatan supernatural?


Memang harus diakui bahwa tidak – lebih tepatnya belum – semua fenomena yang terjadi di sekitar kita mampu dijelaskan menggunakan nalar manusia. Namun, hal tersebut tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa fenomena yang belum dapat dijelaskan oleh nalar manusia itu disebabkan oleh suatu kekuatan supernatural tertentu. Daya pikir manusia memang terbatas, tetapi hal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk menyatakan bahwa keterbatasan manusia membuat manusia tidak mampu menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi saat ini. Mungkin saja untuk saat ini memang otak manusia belum mampu menjelaskan suatu fenomena, namun sama sekali tidak tertutup kemungkinan jika suatu saat nanti otak manusia mampu menjelaskan fenomena yang sama.