Dengan berdasar pada berita tersebut dapat ditarik beberapa hipotesa:
1. Sebelum dan ketika saat hubungan seksual di hari pertama bertemu perempuan itu tidak mengetahui latar belakang (dhi. kebangsaan) laki-laki tersebut.
2. Setelah hubungan seksual terjadi perempuan tersebut mencari tahu atau secara tidak sengaja mengetahui jika laki-laki yang berhubungan seks dengannya bukanlah orang Yahudi.
3. Perempuan itu merasa telah ditipu/dimanipulasi oleh laki-laki tersebut sehingga menganggap jika dirinya telah diperkosa oleh laki-laki itu.
Untuk poin no. 1 bisa saja pasangan yang akan berhubungan seks tidak mengetahui latar belakang masing-masing, namun kemungkinan sama sekali tidak mengetahui latar belakang secara umum atau sepintas sangatlah kecil sekalipun hubungan seksual tersebut hanya one-night-stand. Artinya, pasangan yang berhubungan seks sangat mungkin, setidaknya, mengetahui asal negara pasangan seksnya yang bisa diketahui atau diduga dari bahasa bahkan aksen yang digunakan. Oleh karena itu, kemungkinan perempuan yang mengaku telah dimanipulasi dan diperkosa oleh laki-laki yang tidak diketahui asal negaranya itu sangatlah kecil. Dengan demikian, perempuan itu kemungkinan besar mengetahui asal negara (kebangsaan) laki-laki yang dituduhnya telah memperkosa dirinya.
Seandainya perempuan tersebut sama sekali tidak mengetahui asal laki-laki tersebut, namun kemudian dengan secara sengaja mencari tahu asal laki-laki itu (poin no. 2), maka bisa dikatakan jika perempuan tersebut memiliki hasrat yang begitu kuat untuk mengetahui kebangsaan laki-laki itu. Ini artinya perempuan tersebut melakukan upaya yang terbilang tidak sederhana karena ia menginvestigasi banyak orang demi mengetahui asal negara laki-laki tersebut. Pada satu sisi upaya yang dilakukan perempuan tersebut patut dihargai, namun pada sisi lain menimbulkan keanehan karena muncul pertanyaan: Mengapa ia mencari tahu asal negara laki-laki itu setelah melakukan hubungan seks dengannya jika ia menghendaki hubungan jangka panjang dan serius? Bukankah logikanya, seseorang mencari tahu terlebih dulu mengenai pasangannya sebelum melakukan hubungan seks kecuali hubungan seks tersebut dilakukan hanya demi kesenangan sesaat atau one-night-stand? Oleh karena itu, upaya perempuan tersebut mencari tahu asal negara laki-laki yang telah berhubungan seks dengannya sangatlah mencurigakan karena sangat mungkin didorong oleh motivasi negatif. (Jangan lupa, bangsa Israel dan Arab saling membenci).
Setelah mengetahui jika laki-laki yang telah berhubungan seks dengannya ternyata bukan orang Israel melainkan Arab, maka perempuan itu pun merasa telah ditipu/dimanipulasi oleh laki-laki tersebut (poin no. 3). Jika ini yang terjadi, maka ada kejanggalan karena setidaknya, berdasarkan berita, tidak ditemukan indikasi jika laki-laki tersebut telah melakukan penipuan/manipulasi terhadap perempuan tersebut yang mengakibatkan perkosaan. Seandainya laki-laki itu telah melakukan penipuan/manipulasi terhadap perempuan itu, mengapa hubungan seksual itu terjadi di hari yang sama ketika mereka baru pertama kali bertemu? Ini sama sekali tidak hendak menuduh perempuan tersebut bodoh apalagi "murahan" karena langsung mau berhubungan seks padahal baru bertemu pertama kali, namun hendak mengemukakan kejanggalan dan kelemahan hipotesis yang mengatakan bahwa perempuan tersebut merasa telah ditipu/dimanipulasi. Hipotesis ini janggal dan lemah karena mengandaikan perempuan tersebut mengalami perkosaan akibat ditipu/dimanipulasi dengan membayangkan laki-laki tersebut mengaku dirinya sebagai Yahudi padahal bukan. Jika ini yang terjadi, berarti hubungan seks yang telah terjadi rupanya hanya dilandasi oleh alasan yang sangat dangkal, yakni: asal negara yang sama. Artinya, perempuan Israel tersebut mau berhubungan seks dengan laki-laki itu karena ia juga orang Israel, padahal kenyataannya bukan.
Setelah mempertimbangkan ketiga hipotesa di atas, maka dapat dikatakan bahwa yang terjadi adalah hubungan seks yang dilakukan tanpa paksaan/kekerasan karena masing-masing pihak sama-sama mau melakukannya alias mau sama mau. Dengan demikian, tuduhan yang dilakukan perempuan Israel terhadap laki-laki Arab yang malang tersebut sangatlah lemah dan tidak berdasar karena tidak didukung oleh argumen-argumen yang kuat, ditambah, latar belakang dan sejarah kedua bangsa (Yahudi dan Arab) yang selalu bermusuhan. Ini artinya, tuduhan perempuan itu sangat mungkin dilandaskan pada kebencian terhadap bangsa tertentu yang dilampiaskan melalui salah seorang warganya.