Kembali, seorang pemuda di Southampton, Inggris, menyangka telah melihat wajah Yesus ketika berselancar di internet. Ia mengaku tidak sengaja melihat wajah Yesus melalui gambar satelit yang menyoroti sebuah lahan di Hongaria. Ia pun mengaku bukan seorang relijius yang mencari gambar Maria atau Yesus dalam segala hal, namun hal yang ia lihatnya ini merupakan sesuatu yang jelas dan nyata. Inilah salah satu contoh fenomena pareidolia. Beberapa waktu lalu sudah dijelaskan apa yang dimaksud dengan "pareidolia."
Fenomena pareidolia tidak selalu harus dialami oleh orang yang relijius karena hal ini berkaitan dengan memori otak manusia yang berbagai pola atau bentuk tertentu yang sesungguhnya tidak jelas, apalagi nyata. Oleh karena manusia cenderung menafsirkan pola atau bentuk tertentu yang telah disimpan dalam otaknya dengan berbagai "penglihatan" yang berkaitan dengan figur-figur tertentu (khususnya dalam agama), maka mereka cenderung mudah mengaitkan pola atau bentuk tertentu itu dengan gambaran-gambaran tersebut. Dengan demikian, tidaklah heran jika seorang yang tidak relijius pun bisa mengalami pareidolia karena sebelumnya ia pernah, entah disadari ataupun tidak disadari, melihat gambar figur-figur tertentu dalam keagamaan.
Orang-orang yang mengalami pareidolia selalu menyatakan bahwa "penglihatan" yang dialaminya sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh "jelas dan nyata." Hal ini bisa terjadi karena mereka sudah memiliki asumsi awal yang berasal dan dipicu oleh pola-pola atau bentuk-bentuk yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya. Ketika "penglihatan" yang dianggap "jelas dan nyata" oleh mereka yang mengalami pareidolia itu diterima sebagai suatu kenyataan yang pasti artinya mereka telah mengalami delusinasi. Sesungguhnya hal ini bisa dihindari jika orang-orang itu mau berpikir kritis sehingga menyadari bahwa gambaran yang diterima dan ditafsirkan oleh indera penglihatan mereka itu hanyalah suatu kebetulan yang sama sekali tidak ada artinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.