Kamis, 01 Juli 2010

Berani & Hormat

Dia adalah contoh salah seorang pimpinan yang berani sekaligus penuh hormat. Ia adalah PM baru Australia, Julia Gillard. Baru-baru ini, kepada radio ABC Melbourne yang mewawancarainya, Gillard menyampaikan "keyakinan" yang dimilikinya, yakni ia adalah seorang atheis. Dengan berani ia menyatakan bahwa dirinya adalah seorang yang bukan relijius, namun ia tetap menaruh hormat pada para penganut agama/Tuhan. Pernyataan Gillard ini sangat jarang, jika tidak mau dikatakan tidak ada, dikemukakan dengan sangat terbuka oleh seorang pemimpin negara. Namun, Gillard tidak hanya berani mengungkapkan "keyakinannya" secara berani dalam suatu wawancara (didengar begitu banyak orang) melainkan juga mengutarakan rasa hormatnya terhadap orang-orang yang beragama atau percaya pada adanya Tuhan.

Seringkali para atheis dicap sebagai orang-orang yang tidak sopan dan hormat hanya karena dengan berani telah menyatakan diri sebagai atheis (orang yang tidak percaya terhadap keberadaan Tuhan). Oleh karena pandangan dan pilihan sebagai atheis yang merupakan suara "terkecil" dari mayoritas penduduk bumi, maka kaum atheis dianggap telah berlaku tidak hormat karena sebagian besar orang meyakini keberadaan Tuhan dan beragama. Pilihan menjadi atheis sama sekali tidak ada hubungannya dengan sikap yang tidak hormat ataupun tidak sopan terhadap orang lain, khususnya mereka yang beragama dan bertuhan. Pilihan menjadi atheis membutuhkan keberanian yang sangat besar, khususnya di tengah suara mayoritas yang mengaggungkan kebesaran nama Tuhan.

Orang yang menyatakan diri sebagai atheis, entah secara terbuka ataupun tertutup, harus dihargai karena tentu mereka telah memilih hal tersebut dengan berdasar pada alasan-alasan tersendiri, bukan karena mereka mengalami delusinasi, kesurupan, atau sakit mental. Terlepas dari apakah alasan-alasan tersebut bersifat negatif (kekecawaan) ataupun positif (rasional), kaum atheis juga adalah manusia (normal) seperti layaknya manusia lainnya yang beragama dan bertuhan. Oleh karena itu, pilihan menjadi atheis seperti yang dilakukan oleh Julia Gillard tidak menjadikan orang yang bersangkutan sebagai manusia yang tidak hormat, intoleran, atau kejam. (Tidak jarang kaum atheis dicap sebagai antek-antek setan/iblis). Namun, pilihan menjadi atheis hanyalah salah satu dari sekian banyak pilihan yang ada, seperti pilihan untuk beragama dan bertuhan yang telah menjadi pilihan sebagian besar manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.