Di satu pihak, memperingati sesuatu hanya dengan berdasar pada legenda setempat atau tradisi yang dipelihara secara turun-temurun merupakan suatu hal yang cukup aneh, apalagi yang diperingati adalah peristiwa kecelakaan yang terjadi 119 tahun lalu. Anehnya lagi banyak orang yang melakukan tradisi peringatan tersebut bukannya memperingati peristiwa nahas tersebut melainkan berusaha mendengarkan kembali suara peluit kereta dan jeritan penumpang ketika kereta yang ditumpanginya jatuh ke jurang. Semuanya ini dilakukan hanya dengan berdasar pada legenda setempat yang mengatakan bahwa setiap tahun pada tanggal dan jam yang sama ketika tragedi tersebut terjadi, orang dapat mendengarkan kembali suara kecelakaan termasuk suara peluit kereta dan jeritan penumpang.
Di pihak lainnya, ketika orang-orang "memperingati" suatu peristiwa yang terjadi di tempat yang berbahaya, seperti tragedi kereta yang jatuh dari jembatan kereta api ke jurang tersebut, maka sudah seharusnya mereka memperhatikan keselamatan dirinya. Jika keselamatan tidak diperhatikan, maka hal nahas seperti "nasib" kereta yang jatuh ke jurang tersebut pun bisa terjadi pada orang-orang yang memperingati "peristiwa" tersebut. Seperti yang dialami oleh salah seorang yang hendak mendengarkan kembali suara peluit kereta dan jeritan penumpang, bukannya memperoleh apa yang dikehendakinya, ia malah menjadi korban kecerobohannya karena tidak memperhatikan keselamatannya. Laki-laki yang terlalu bersemangat itu pun meninggal akibat dilindas oleh kereta api yang tidak disangka-sangka melintas pada jam tersebut.
Apa yang dilakukan sekelompok orang tersebut sangatlah janggal karena mereka mendatangi tempat terjadinya tragedi bukan untuk memperingati tragedi itu sendiri, tetapi mendatangi tempat tersebut dengan harapan bisa mendengar suara kecelakaan seperti yang terjadi 119 tahun lalu. Itu pun mereka lakukan berdasarkan legenda setempat. Ketika suatu peristiwa sudah terjadi begitu lampau (dhi. 119 tahun lalu), maka sangat mungkin cerita atau mitos yang beredar pun semakin dramatis dari tahun ke tahun. Artinya, semakin tua cerita itu maka kemungkinan cerita itu mengalami perkembangan pun semakin kuat. Hal inilah yang tidak disadari oleh banyak orang sehingga mereka pun terjebak pada cerita-cerita yang lebih banyak "bumbu penyedapnya" ketimbang intinya dari peristiwa itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.