Banyak orang mengaku telah melihat "penampakan" atau menyaksikan peristiwa yang sebenarnya tidak tidak begitu jelas menurut penglihatannya, namun tidak sedikit dari mereka yang sangat yakin dengan penglihatan yang dialaminya. Berbagai "penampakan" yang diyakini oleh banyak orang, seperti: kilatan cahaya yang terjadi di langit pada malam hari yang diyakini sebagai UFO atau pesawat luar angkasa yang di dalamnya ada aliens atau bayangan yang menyerupai sosok/figur tertentu yang dipercaya sebagai hantu atau Bigfoot. Dari semua kesaksian yang pernah diberikan sebagian besar - kalau tidak mau dikatakan semuanya - tidak didukung oleh bukti-bukti yang kuat, seperti: penjelasan yang jernih dan argumen yang konsisten. Hal ini belum ditambah oleh bukti-bukti fisik jika "penampakan" atau peristiwa tersebut terjadi dalam waktu yang cukup lama sehingga orang (-orang) yang menyaksikannya dapat mengabadikan peristiwa tersebut dengan kamera. Namun, sebagian besar dari peristiwa tersebut terjadi begitu singkat/cepat, entah objek yang langsung menghilang (dalam peristiwa "penampakan" UFO) ataupun orang yang melihat langsung ngacir karena takut (dalam fenomena hantu).
Hal terakhir inilah yang dialami oleh Jake Bestwick (12 tahun) ketika ia mengaku telah melihat hantu berjubah hitam saat berada di rumah sakit. Berdasarkan pengakuan yang diberikan oleh Bestwick, si hantu berjubah hitam tersebut secara tiba-tiba muncul di hadapannya dan di antara mereka hanya terbentang jarak sekitar 20 cm. Ini artinya, Bestwick melihat hantu itu dari jarak yang sangat dekat, hanya berjarak sejengkal jari-jari orang dewasa. Kemunculan hantu tersebut, menurut pengakuannya lebih lanjut, hanya terjadi beberapa detik alias sangat cepat sebelum hantu itu menghilang.
Sayangnya, dalam berita tersebut tidak ada keterangan lanjutan mengenai Bestwick sendiri, seperti:
1. Apakah ia berada di rumah sakit tersebut sebagai pasien atau bukan.
Jika ia merupakan pasien maka kemungkinan besar ia mengalami delusinasi, entah akibat obat-obatan yang dikonsumsi ataupun penyakit yang dideritanya. Orang perlu menyadari bahkan penyakit biasa sekalipun, seperti: demam tinggi, bisa mengakibatkan orang yang menderitanya mengalami delusinasi apalagi penyakit akut, seperti: kanker atau tumor. Jika Bestwick ternyata merupakan pasien di rumah sakit tersebut maka jelas, perlu diketahui keterangan lanjutan lainnya mengenai penyakit apa yang dideritanya serta obat-obatan yang dikonsumsinya sebelum "penglihatan" hantu itu dialaminya karena kedua hal tersebut bisa menjelaskan fenomena "penampakan" hantu yang dialaminya.
2. Peristiwa itu terjadi pada saat ruangan gelap atau terang.
Jika pada saat itu ruangan dalam keadaan gelap hanya dengan penerangan yang sangat minim maka bisa jadi apa yang telah dilihat Bestwick tidak lain dari bayangan orang lewat di depan/samping kamarnya atau juga bayangan gorden yang tertiup oleh penghangat/pendingin ruangan. Namun, jika pada saat itu ruangan dalam keadaan sebaliknya, terang, atau setidaknya, memiliki pencahayaan yang cukup, maka pengakuan Bestwick bahwa ia telah melihat sosok yang dianggapnya sebagai hantu berjubah hitam menjadi sangat janggal karena saat itu ruangan di mana ia berada memiliki cahaya yang cukup.
3. Ketika peristiwa itu ia sedang dalam keadaan tidur (mata tertutup) atau terjaga (mata terbuka).
Jika ketika peristiwa itu Bestwick dalam keadaan tidur (mata tertutup), maka sangat mungkin "penglihatan" yang dialaminya tidak lebih dari sekadar "penglihatan" yang diperolehnya ketika ia dalam keadaan tidur. Artinya, "penglihatan" itu tidak terjadi dalam dunia nyata melainkan semata-mata proyeksi hasil kerja otaknya ketika tubuh dalam keadaan tidur. Hal ini bisa juga terjadi karena "bantuan" obat-obatan yang dikonsumsinya sehingga pada saat tidur ia mengalami penglihatan yang begitu gamblang sehingga dianggapnya sebagai pengalaman yang terjadi di dunia nyata padahal hanya terjadi dalam dunia fantasi alias tidak nyata. Jika ketika itu ia berada dalam keadaan terjaga (mata tertutup), maka bisa jadi obat-obatan yang dikonsumsinya (jika ia berstatus sebagai pasien) memberikan stimulus terhadap otaknya sehingga ia menganggap telah melihat sesuatu berwarna hitam yang kemudian disimpulkan sebagai hantu berjubah hitam.
Jika ketiga keterangan di atas menyertai pengakuan Bestwick, maka orang dapat menganalisis apa yang sesungguhnya telah dialami oleh Bestwick, apakah ia memang telah sungguh-sungguh melihat "makhluk halus" yang disebutnya sebagai hantu dengan jubah hitam ataukah ia hanya mengalami fenomena yang dinamakan dengan delusinasi akibat penyakit yang dideritanya serta obat-obatan yang dikonsumsinya. Jika berita mengenai "penglihatan" yang dialami Bestwick itu disertai oleh keterangan yang lebih memadai, maka pernyataan terakhirnya: "Kutahu apa yang kulihat adalah hantu" padahal ia sendiri tidak tahu atau setidaknya kurang yakin mengenai apa yang dilihat/dialaminya, menjadi sama sekali tidak relevan karena bagaimana bisa seseorang tidak tahu apa sesungguhnya yang telah dilihat/dialaminya, namun (tetap) menjelaskan apa yang dilihat/dialaminya. Pernyataan ini tidak ada bedanya dengan pernyataan: Saya tidak tahu apa saya lihat/alami kemarin, namun yang pasti apa yang saya lihat/alami itu benar.
Sebaiknya perlu terus diingatkan agar orang tidak mudah lupa bahwa pengalaman seseorang tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk menilai dan menyimpulkan kebenaran suatu hal karena sifatnya yang sangat subjektif. Artinya, pengalaman seseorang selalu bergantung pada konteks dunia yang lebih luas dan kompleks, belum lagi ditambah oleh kerja otak masing-masing orang dengan segala keragaman dan kerumitannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.