Rabu, 25 Agustus 2010

Sealiran Kok Ricuh?

Kok bisa-bisanya sesama manusia terlibat dalam kericuhan, terlebih kericuhan tersebut melibatkan mereka yang memiliki kepercayaan yang sama? Bukankah seharusnya mereka yang beriman sama itu malah saling dukung, bantu, bahkan mencintai, namun kenyataannya malah terlibat dalam kericuhan. Tentu, sikap seperti ini (seharusnya) sungguh-sungguh memalukan mereka yang mengaku dan mendaku beragama dan percaya kepada Tuhan. Selain itu, sikap ricuh di antara orang-orang sealiran tersebut akan semakin membuat mereka yang antipati terhadap agama dan orang-orang yang beragama semakin tidak menyukai agama dan orang-orangnya.

Mungkin orang akan berdalih bahwa yang seharusnya dikritisi bukanlah agamanya, melainkan orang-orang yang melakukan tindakan tidak terpuji itu. Secara sepintas dalih ini sepertinya tepat, namun jika dilihat secara lebih tajam dan jernih tidaklah demikian. Artinya, bukan saja orang-orang beragama yang melakukan tindakan memalukan, seperti: membuat onar atau kericuhan yang harus dikritisi melainkan dasar kepercayaan (agama) yang selama ini dianut orang-orang tersebut juga patut dikritisi karena ternyata agama yang mereka anut tidak mampu "menahan" mereka dari amarah akibatnya mereka berbuat ricuh dengan sesamanya yang seiman. 

Jika agama, seperti yang dipeluk dan diyakini oleh begitu banyak orang hingga saat ini dianggap bisa membawa para penganutnya pada ketenteraman, kedamaian, dan kesejukan, namun mengapa nyatanya kericuhan dengan umat seiman bisa terjadi? Belum lagi ditambah dengan kericuhan, bahkan pembunuhan yang dilakukan oleh umat beragama/kepercayaan yang lain. Mungkin juga orang akan berkilah bahwa yang melakukan tindakan-tindakan tercela seperti itu adalah orang-orang yang belum memahami dan menjalankan agama dengan benar. Artinya, mereka merupakan oknum-oknum dan tidak bisa dianggap mewakili keseluruhan bahkan sebagian besar umat beragama. Tentu, argumen ini jika dilihat secara sepintas juga tepat, namun tetaplah lemah. Artinya, tetap, oknum-oknum tersebut juga adalah orang-orang beragama. Terlepas mereka belum memahami dan menjalankan agama mereka dengan benar dan sungguh-sungguh merupakan hal lain, namun yang pasti, mereka pun termasuk ke dalam orang-orang beragama, apalagi peristiwa itu melibatkan orang-orang yang seiman.

Jika umat beragama tidak mampu mengejawantahkan teori-teori nan indah yang terdapat dalam agama mereka masing-masing, ini artinya bahwa agama yang mereka anut tidak mampu mendorong mereka mewujudkan ajaran-ajaran agamanya. Sesungguhnya suatu ajaran yang benar bukan ditentukan oleh seberapa banyak orang mempercayai dan menganutnya, tetapi seberapa kuat ajaran itu telah mendorong atau menginspirasi, bukan saja mereka yang mempercayai dan menganutnya melainkan juga mereka yang tidak memeluk ajaran itu. Apakah ada seorang yang sungguh-sungguh mempercayai dan menganut agamanya namun tergerak atau terinspirasi oleh agama lain? Mungkin contoh terdekat adalah  Mahatma Gandhi, seorang Hindu sejati yang, bukan saja mengaggumi sosok Yesus Kristus, sesembahan umat Nasrani, namun juga tergerak dan terinspirasi oleh ajaran-ajaran Yesus. Namun harus diingat, Gandhi sama sekali tidak tergerak dan terinspirasi oleh agama Kristen, tetapi tergerak dan terinspirasi oleh ajaran-ajaran Yesus karena ia (Gandhi) sendiri menyatakan bahwa banyak orang Kristen yang malah tidak menjalankan ajaran Yesus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.