Fenomena "batu ajaib" yang diyakini banyak orang bisa menyembuhkan penyakit muncul di Desa Sungaikayu, Kecamatan Kapuasbarat. "Batu ajaib" tersebut dimiliki oleh Berti setelah berdasarkan pengakuannya, pada suatu malam ia ditemui secara misterius oleh seorang kakek yang memberikannya batu tersebut. "Keajaiban" yang dimiliki batu tersebut menyebar di antara warga melalui mulut ke mulut. Artinya, salah seorang warga menceritakan mengenai keampuhan "batu ajaib" tersebut setelah, katanya, ia mengalami sendiri kesembuhan karena disembuhkan oleh batu itu.
Berita yang menyebar dari mulut ke mulut tidak seharusnya segera atau mudah dipercaya karena bisa saja:
Pertama, berita tersebut dibuat/berasal dari mulut orang terdekat dengan pemiliki batu tersebut sehingga kemungkinan ia membuat/mengarang cerita demi menarik perhatian orang banyak sangatlah mungkin terjadi.
Atau, kedua, mungkin orang yang pertama kali disembuhkan ketika proses penyembuhan itu terjadi melihat atau diberitahu bahwa ada "batu ajaib" yang berada di sekitar atau bahkan telah digunakan untuk menyembuhkan penyakitnya. Artinya, awalnya orang itu tidak menyadari jika kesembuhan yang dialaminya merupakan suatu kebetulan, namun setelah diberitahu bahwa ketika itu ada "batu ajaib" barulah ia mempercayainya.
Atau, ketiga, si pemilik batu tersebut sengaja telah merekayasa sebuah cerita sehingga banyak orang mempercayai jika batu yang dimilikinya bukanlah sekadar batu biasa seperti batu-batu lainnya. Bagaimana caranya? Oleh karena itulah ia mengatakan bahwa pada suatu malam seorang kakek secara misterius telah memberikannya batu itu dan batu itu telah membuat tangannya keram. Cerita yang lumayan menarik bukan? Setidaknya, membuat banyak orang menjadi penasaran ketika mendengar cerita tersebut. Perhatikan saja ia menggunakan kata-kata, seperti: "misterius," "suatu malam," dan "membuat tangannya keram." Tentu hal yang serupa tidak akan terjadi jika si pemilik batu hanya mengatakan bahwa ia secara tidak sengaja telah menemukan sebuah batu di pinggir jalan pada siang hari dan batu itu tidak mengakibatkan apa-apa pada dirinya. Tentu, ia "harus" menambahkan jika "batu ajaib" tersebut telah membuat tangannya keram. Dengan demikian, cerita orang tersebut "terasa" menarik dan membuat penasaran, setidaknya bagi orang-orang yang memang menyukai hal-hal yang bernuansa misterius dan mistis.
Pertama, berita tersebut dibuat/berasal dari mulut orang terdekat dengan pemiliki batu tersebut sehingga kemungkinan ia membuat/mengarang cerita demi menarik perhatian orang banyak sangatlah mungkin terjadi.
Atau, kedua, mungkin orang yang pertama kali disembuhkan ketika proses penyembuhan itu terjadi melihat atau diberitahu bahwa ada "batu ajaib" yang berada di sekitar atau bahkan telah digunakan untuk menyembuhkan penyakitnya. Artinya, awalnya orang itu tidak menyadari jika kesembuhan yang dialaminya merupakan suatu kebetulan, namun setelah diberitahu bahwa ketika itu ada "batu ajaib" barulah ia mempercayainya.
Atau, ketiga, si pemilik batu tersebut sengaja telah merekayasa sebuah cerita sehingga banyak orang mempercayai jika batu yang dimilikinya bukanlah sekadar batu biasa seperti batu-batu lainnya. Bagaimana caranya? Oleh karena itulah ia mengatakan bahwa pada suatu malam seorang kakek secara misterius telah memberikannya batu itu dan batu itu telah membuat tangannya keram. Cerita yang lumayan menarik bukan? Setidaknya, membuat banyak orang menjadi penasaran ketika mendengar cerita tersebut. Perhatikan saja ia menggunakan kata-kata, seperti: "misterius," "suatu malam," dan "membuat tangannya keram." Tentu hal yang serupa tidak akan terjadi jika si pemilik batu hanya mengatakan bahwa ia secara tidak sengaja telah menemukan sebuah batu di pinggir jalan pada siang hari dan batu itu tidak mengakibatkan apa-apa pada dirinya. Tentu, ia "harus" menambahkan jika "batu ajaib" tersebut telah membuat tangannya keram. Dengan demikian, cerita orang tersebut "terasa" menarik dan membuat penasaran, setidaknya bagi orang-orang yang memang menyukai hal-hal yang bernuansa misterius dan mistis.
Bagaimana menguji kebenaran "batu ajaib" tersebut? Diperlukan beberapa orang (lebih dari tiga orang) yang saling tidak kenal, masing-masing dengan penyakit yang sama. Kemudian mereka dibawa kepada batu yang diyakini "ajaib" tersebut, tentu, sebelumnya kepada mereka tidak diberitahu hendak dibawa ke mana. Hal yang sama juga diberlakukan terhadap kelompok kedua, namun kali ini mereka memiliki penyakit yang berlainan. Setelah semuanya dilakukan barulah dilakukan pemantauan secara berkala, apakah penyakit mereka sungguh-sungguh telah lenyap selamanya atau hanya hilang beberapa saat (jam atau beberapa hari) akibat sugesti yang muncul karena "batu ajaib." Jika semua orang tadi mengalami kesembuhan, berarti itu memang "ajaib," namun jika hanya beberapa orang atau sebagian kecil yang sembuh, jelas, beberapa orang yang mengalami kesembuhan itu bisa jadi karena memiliki daya sugesti yang lebih kuat dibandingkan orang-orang yang tidak mengalami kesembuhan.
Bagaimana jika sebagian besar orang tadi mengalami kesembuhan, dan hanya sebagian kecil yang tidak mengalami kesembuhan? Hal ini belum bisa dijadikan patokan bahwa batu itu "ajaib" sehingga bisa menyembuhkan sebagian besar orang tadi. Dengan demikian, yang pertanyaan yang harus dijawab adalah: Mengapa sebagian kecil orang (tetap ada beberapa orang) tidak sembuh sedangkan sebagian besarnya sembuh padahal batu tersebut diyakini bisa menyembuhkan (semua) penyakit? Jika terhadap pertanyaan itu tidak ada jawabannya, maka jelas, batu yang diyakini "ajaib" itu sesungguhnya hanyalah batu biasa karena orang-orang yang mengalami kesembuhan tidak lebih dari sekadar suatu kebetulan atau akibat sugesti yang dimiliki karena toh ada beberapa orang tidak mengalami kesembuhan walaupun telah "berobat" pada "batu ajaib" tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.