Kamis, 02 September 2010

Kenapa Terpikat?

Kojiro Shiojiri, Duta Besar Jepang untuk Indonesia, mengaku terpikat terhadap keragaman budaya yang dimiliki Indonesia. Pernyataannya ini dapat dianggap sangat lumrah karena dikatakan saat ia merupakan orang Jepang yang ditempatkan di Indonesia bahkan berposisi sebagai Duta Besar Jepang untuk Indonesia dan hal itu dikatakannya saat mengadakan acara buka puasa dengan dihadiri sejumlah pimpinan ormas Islam dan intelektual Muslim. Adakah alasan lain yang bisa dikemukakan untuk menyatakan bahwa "keterpikatan" Shiojiri terhadap keragaman budaya Indonesia sebagai hal yang sangat biasa alias lumrah?

Keragaman budaya yang dimiliki Indonesia sendiri merupakan sesuatu yang bisa dianggap biasa saja karena kebetulan saja perkembangan (peradaban) manusia Indonesia sejak dahulu. Artinya, keragaman budaya yang dimiliki Indonesia hanyalah hasil difusi dan evolusi yang terjadi di antara yang hidup di wilayah nusantara sejak zaman dahulu kala hingga saat ini. Oleh karena itulah keragaman budaya Indonesia tidak perlu dianggap sebagai sesuatu yang memikat oleh warga negara Indonesia (dilahirkan di Indonesia dari orang tua yang juga Indonesia) karena kebetulan saja warga negara Indonesia lahir di Indonesia. "Keterpikatan" yang serupa juga tidak perlu dimiliki oleh warga negara non-Indonesia karena kebetulan juga mereka dilahirkan di luar Indonesia dan bukan berasal dari orang tua Indonesia.

Jika demikian adanya, apakah pertanyaan lebih vital yang bisa diajukan berkaitan dengan keragaman budaya yang dimiliki Indonesia bahkan negara lainnya? "Masalah"-nya bukan terletak pada keterpikatan akan sesuatu yang biasa saja melainkan lebih pada sejauh mana sebuah negara, baik warga negara maupun pemerintahnya menghargai dan memelihara warisan budaya yang telah diturunkan dari sejak dahulu kala. Oleh karena itu, pertanyaannya menjadi: Hal (konkret) apa sajakah yang telah dilakukan warga negara dan pemerintah Indonesia terhadap keragaman budaya yang dimilikinya? 

Jika ingatan orang diajak untuk memikirkan kembali beberapa peristiwa yang terjadi tidak lama berselang ketika pemerintah Malaysia mengklaim beberapa warisan budaya Indonesia, maka jawaban terhadap pertanyaan barusan bisa sedikit terungkap. Apakah ini artinya warga negara khususnya pemerintah Indonesia kurang peduli terhadap (keragaman) budayanya? Tidak bisa dijawab dengan cepat dan singkat, namun yang jelas, sepertinya ada "celah" yang mengindikasikan Indonesia kurang peduli terhadap budayanya. Meski ini penafsiran cepat, namun tidak mengada-ada sekaligus masuk akal.

Apakah dengan demikian "keterpikatan" yang dikemukakan Duta Besar Jepang tadi menjadi tidak perlu? Pertanyaannya bukan mengenai perlu atau tidak perlu, namun yang jauh lebih penting adalah: Apakah penduduk dan pemerintah Indonesia sungguh menghargai dan "mensyukuri" keragaman budaya yang dimilikinya dengan sikap nyata, misalnya: menyertakan pendidikan budaya (dalam pengertian yang luas) dalam kurikulum nasional. Setidaknya, inilah upaya yang bisa dilakukan oleh pemerintah Indonesia, walaupun inipun bukanlah "jawaban" yang berupaya menyederhanakan masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.