Minggu, 05 September 2010

Konon

"Konon Masjid Al Alam (Al Auliya) Marunda, dibangun hanya dalam tempo semalam." Kalimat tersebut dikutip dari berita yang mengatakan bahwa Masjid Al Alam (berdiri sejak  tahun 1600) yang terletak di Marunda, Jakarta Utara, dibangun hanya dalam satu malam. Beberapa tanggapan  bisa dikemukakan berkaitan dengan segala hal mengenai Masjid Al Alam menurut berita tersebut:

 1. Mengacu pada foto dalam berita tersebut dan detail bangunan Masjid menurut Ensiklopedi Jakarta, maka bukanlah hal yang istimewa atau luar biasa jika Masjid Al Alam dibangun hanya dalam satu malam karena bentuknya yang sangat sederhana (tidak seperti Masjid-masjid modern) dan luas bangunan yang tergolong sangat kecil. Jika pembangunan Masjid ini dimulai sejak pukul 18.30 (selepas Azan Magrib) dan dilakukan tanpa henti hingga pukul 05.00, serta melibatkan banyak orang (anggaplah 100 orang), maka bukan merupakan sesuatu yang "ajaib" atau aneh jika Masjid ini bisa dirampungkan hanya dalam tempo semalam. Tentu dengan catatan, semua hal (bahan-bahan, seperti: kayu/balok, batu, genteng, dan semen) yang berkaitan dengan pembangunan Masjid ini telah tersedia lengkap sehingga para pekerja tinggal membangun Masjid tanpa perlu mencari-cari bahan yang akan digunakan. Jika ini semua terpenuhi, maka jelas, Masjid Al Alam sangat bisa dibangun dalam waktu satu malam saja.

2. Ada dua pendapat yang berbeda mengenai siapa yang membangun Masjid Al Alam. Ada yang berpendapat bahwa Walisongo-lah yang membangun Masjid tersebut, namun ada yang berpendapat jika Fatahilah yang membangunnya. Pendapat yang mengatakan Wali Songo merupakan pendiri Masjid Al Alam tidak memberitahu secara tepat Wali siapa yang membangun Masjid tersebut karena Walisongo bukan merujuk pada nama seseorang melainkan gelar yang diberikan kepada sembilan (bahasa Jawanya: songo) wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-14. Jika keterangan yang mengatakan para wali sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-14, berarti pendapat yang mengatakan Masjid Al Alam dibangun oleh Walisongo tidak tepat alias keliru karena Masjid berdiri sejak tahun 1600 (berarti abad ke-17) sedangkan para wali aktif menyebarkan Islam di tanah Jawa pada abad ke-14 (tahun 1300-an).

Pendapat lainnya mengatakan bahwa Fatahilah yang membangun Masjid Al Alam. Siapakah sosok yang bernama Fatahilah? Ia adalah seorang pejuang dari Demak yang berhasil menaklukkan Kerajaan Sunda dengan menguasai pelabuhannya pada tanggal 22 Juni 1527. Jika keterangan tersebut tepat, maka kemungkinan yang terdekat dan paling masuk akal adalah pendapat kedua ini karena Fatahilah menguasai menguasai Jayakarta (nama kota Jakarta pada abad ke-16) sejak tahun 1527, sedangkan dikatakan Masjid Al Alam berdiri sejak tahun 1600.

3. Kembali pada kutipan kalimat pertama di atas mengenai "konon." Maka orang harus sadar penuh bahwa keyakinan seseorang atau kelompok dibentuk dan dipengaruhi oleh tradisi yang diturunkan sejak nenek moyang. Bagaimana tradisi tersebut diturunkan? Setidaknya ada tiga cara, yakni: melalui cerita (mulut ke mulut, "kata orang"), tulisan, dan peninggalan (prasasti atau gambar). Kisah mengenai Masjid Al Alam yang diyakini banyak orang dibangun hanya dalam satu malam termasuk ke dalam tradisi yang diturunkan melalui cerita. Oleh karena itulah orang biasa mengatakan "konon" yang artinya cerita tersebut diperolehnya dari orang lain. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan hal ini. 

Dengan demikian, setiap kali mendengar atau membaca kata "konon" orang jangan lekas kagum atau berpikir mengenai sesuatu yang luar biasa mengenai sebuah cerita karena bisa saja pernyataan atau berita itu setelah dipikirkan dengan lebih cermat dan matang ternyata bukanlah sesuatu yang istimewa apalagi "ajaib." Namun sebaliknya, berita tersebut merupakan sesuatu yang biasa saja karena memang masuk akal. Demikian juga, setiap kali orang mendengar atau membaca kata yang sama hendaknya orang tidak mudah percaya melainkan sebisa mungkin mengecek atau mengevaluasi pernyataan tersebut karena mungkin saja keterangan yang diberikan tidak jelas, tidak tepat, atau bahkan tidak didukung oleh bukti nyata ataupun argumen yang kuat. Ketika orang tidak lekas kagum dan tidak mudah percaya pada berita yang diterimanya maka, disadari atau tidak disadarinya, sesungguhnya ia adalah seorang yang kritis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.