Banyak orang menganggap jika kaum komunis terdiri dari orang-orang yang sadis dan tidak manusiawi, bahkan menyamakan komunisme dengan ateisme. Dengan menyamakan komunisme dengan ateisme, maka orang menilai para ateis adalah kaum yang sadis dan tidak manusiawi. Kedua pandangan tersebut sama sekali tidak tepat, bahkan salah sekaligus menyesatkan. Salah satu buktinya, tidak lama berlalu Fidel Castro - mantan pemimpin Cuba nyaris selama 50 tahun - dan pemimpin Partai Komunis Kuba menyatakan bahwa dirinya bertanggung jawab atas ketidakadilan yang diderita kaum homoseksual di Kuba selama pemerintahannya. Fidel Castro mengaku bahwa dirinyalah yang harus dipersalahkan karena tidak memperhatikan kaum homoseksual di Kuba akibat banyaknya masalah yang menimpa Kuba saat itu.
Ternyata meski Kuba adalah negara Komunis dengan segala cap yang melekat padanya dan tidak jarang Fidel Castro dianggap sebagai pemimpin yang otoriter, namun ia merupakan (mantan) pemimpin yang memiliki "jiwa" besar karena berani mengakui kesalahannya di masa lalu yang telah menelantarkan kaum homoseksual di Kuba sehingga mereka mengalami diskriminasi. Fidel Castro, yang dikenal sebagai figur pemimpin yang tegas, keras, bahkan angkuh oleh negara-negara kapitalis, khususnya Amerika, ternyata juga merupakan figur pemimpin yang ber-"jiwa" besar karena berani bertanggung jawab atas kesalahannya. Ia tidak mencari-cari alasan atau menimpakan kesalahan pada orang lain, tetapi dengan rendah hati mengakui kesalahannya.
Di tengah dunia di mana sebagian besar orang - khususnya para pemimpin - sangat sulit mengakui kesalahannya, bahkan tidak (akan) bertanggung jawab terhadap kesalahan yang telah dilakukannya di masa lalu yang mengakibatkan orang lain menderita, maka sikap Fidel Castro telah menjadikannya seorang pemimpin yang berbeda dibandingkan para pemimpin lainnya. Berbeda karena ia unik di tengah "lautan" pemimpin yang gengsi sehingga enggan mengakui kesalahannya. Fidel Castro berbeda dari kebanyakan orang dan pemimpin lainnya karena memiliki "jiwa" besar dengan mengakui kesalahannya di masa lalu, dan inilah yang membuatnya menjadi seorang pemimpin besar yang dihormati dan disegani, baik oleh para pengikut, pendukung, maupun para lawannya.
Ternyata sikap Fidel Castro tidak berhenti hanya sampai pada mengakui kesalahan melainkan belakangan ini pemerintah Kuba sedang terus mengupayakan supaya keberadaan bahkan pernikahan di antara kaum homoseksual disahkan berdasarkan hukum Kuba. Nyaris bisa dipastikan bahwa upaya ini bisa berlangsung karena ada kaitannya dengan sikap Fidel Castro sebelumnya yang berani bertanggung jawab. Dengan demikian, jelas, sikap seorang pemimpin, baik mulai dari ruang lingkup yang sangat sempit (keluarga) maupun sampai ruang lingkup yang sangat luas (negara) bisa memicu bahkan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang bijak adalah seorang yang mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap para anggotanya dan seorang pemimpin yang ber-"jiwa" besar adalah seorang yang berani mengakui kesalahannya, persis seperti yang telah dilakukan Fidel Castro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.