Meski Terry Jones membatalkan rencananya membakar Al-Quran pada tanggal 11 September lalu, namun para pendukung Jones tetap melaksanakan pembakaran Al-Quran di Springfield, AS. Bob Old dan Danny Allen - keduanya pendeta - mengaku melakukan aksi pembakaran Al-Quran karena memperoleh pesan dari Tuhan. Setelah Jones yang mengaku mengurungkan rencana pembakaran Al-Quran karena perintah Tuhan, sekarang kedua pendeta tersebut mengaku jika aksi mereka setelah menerima pesan dari Tuhan.
Segera setelah membaca kedua pengakuan yang berbeda 180 derajat tersebut - keduanya berasal dari pendeta - muncul beberapa pertanyaan:
1. Apakah perintah dan pesan yang saling berbeda tersebut berasal dari Tuhan yang sama atau berbeda?
2. Jika berasal dari Tuhan yang sama, mengapa Tuhan memberikan pesan/perintah yang berbeda kepada para pendeta itu?
3. Jika berasal dari Tuhan yang berbeda, Tuhan mana atau siapakah yang seharusnya dituruti, apakah Tuhan yang memberikan perintah larangan membakar Al-Quran (Tuhannya Jones) atau Tuhan yang memberikan pesan membakar Al-Quran (Tuhannya Old dan Allen)?
4. Terlepas dari Tuhan yang sama atau berbeda, jika memang benar perintah dan pesan itu berasal darinya, bukankah ini artinya ia adalah sosok yang membingungkan karena telah memberikan perintah dan pesan yang berlainan kepada orang yang berbeda?
5. Jika ya, mengapa begitu banyak orang percaya, sujud syukur, bahkan rela mati demi namanya?
6. Jika Tuhan memang telah memberikan pesan membakar Al-Quran kepada manusia, bukankah ini artinya ia adalah figur kejam yang tidak peduli terhadap makhluk hidup (dhi. manusia)?
Kembali pada berita pembakaran Al-Quran yang telah dilakukan Old dan Allen, ketika akan membakar Al-Quran mereka berkata bahwa Al-Quran adalah buku yang berisi kebencian, bukan cinta. Mereka sepertinya, entah disengaja ataupun tidak disadari, menyingkirkan fakta bahwa dalam Alkitab sendiri banyak kisah yang menampilkan hal-hal bernuansa kekerasan, seperti: kebencian dan pembantaian terhadap suku bangsa tertentu yang semuanya dilakukan atas persetujuan Tuhan. (Sangat mungkin Old dan Allen dengan sengaja menganggap kisah-kisah seperti itu tidak terdapat alam Alkitab bagian Perjanjian Lama karena mereka adalah pendeta, jadi kemungkinannya sangat kecil jika mereka tidak mengetahui kisah-kisah seperti itu. Hal yang seringkali juga dilakukan umat Kristen lainnya.) Jika demikian, jelas, Old dan Allen pun telah memberlakukan standar ganda terhadap "kitab suci" agama lain.
6. Jika Tuhan memang telah memberikan pesan membakar Al-Quran kepada manusia, bukankah ini artinya ia adalah figur kejam yang tidak peduli terhadap makhluk hidup (dhi. manusia)?
Kembali pada berita pembakaran Al-Quran yang telah dilakukan Old dan Allen, ketika akan membakar Al-Quran mereka berkata bahwa Al-Quran adalah buku yang berisi kebencian, bukan cinta. Mereka sepertinya, entah disengaja ataupun tidak disadari, menyingkirkan fakta bahwa dalam Alkitab sendiri banyak kisah yang menampilkan hal-hal bernuansa kekerasan, seperti: kebencian dan pembantaian terhadap suku bangsa tertentu yang semuanya dilakukan atas persetujuan Tuhan. (Sangat mungkin Old dan Allen dengan sengaja menganggap kisah-kisah seperti itu tidak terdapat alam Alkitab bagian Perjanjian Lama karena mereka adalah pendeta, jadi kemungkinannya sangat kecil jika mereka tidak mengetahui kisah-kisah seperti itu. Hal yang seringkali juga dilakukan umat Kristen lainnya.) Jika demikian, jelas, Old dan Allen pun telah memberlakukan standar ganda terhadap "kitab suci" agama lain.
Tindakan yang dilakukan Old dan Allen sama sekali tidak cerdas padahal mereka tidak suka jika dianggap tidak cerdas. (Orang beragama khususnya para pemimpinnya secara implisit tidak mau dianggap tidak cerdas karena mempelajari ilmu agama. Oleh karena itu, mereka menganggap diri cerdas karena mampu menggunakan akal sehatnya dengan baik.) Dengan demikian, pembakaran Al-Quran yang dilakukan Old dan Allen merupakan contoh nyata betapa manusia (baca: orang beragama) gagal menggunakan akal sehatnya untuk hal-hal yang jauh lebih positif, misalnya: daripada membakar Al-Quran, mereka bisa membuat tulisan yang isinya mengkritik (bukan mencela atau menghina) kepercayaan lain (dhi. Islam) sehingga terjadi perdebatan secara pemikiran, bukannya tindakan kekerasan. Bukankah para pendeta sebelum memperoleh "gelar" pendeta mereka diharuskan menempuh kuliah di seminari atau sekolah tinggi teologi? Jika demikian, tentu, semasa di bangku kuliah mereka telah diajar dan dilatih untuk berpikir dan menuangkan pikirannya ke dalam tulisan-tulisan sehingga mereka bisa diperhitungkan sebagai orang-orang cerdas. Jika tidak demikian, apakah ini artinya seminari atau sekolah tinggi teologi tidak lagi memberikan pelatihan dan pengajaran seperti? Saya pikir tidak. Oleh karena itu, hai para agamawan tunjukkanlah jika kalian memang cerdas!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.