Jumat, 01 Januari 2010

Kebahagiaan

Di HP saya masuk pesan pendek dengan tulisan: "May your days in this new year be fulfilled with joy, happiness, and good fortune. Happy New Year!". Kata happiness sengaja ditebalkan karena merupakan fokus dalam tulisan kali ini. Apakah kebahagiaan menurut saya?

Banyak orang beranggapan bahwa 1) semua tindakan manusia diarahkan pada unsur kebahagiaan; 2) oleh karena itu, kebahagiaan adalah dasar tindakan yang baik. Kedua pernyataan tersebut keliru karena tidak semua tindakan manusia diarahkan pada unsur kebaikan. Untuk membuktikannya saya akan melakukan "eksperimen" kecil.

Sekarang, mari kita berandai-andai. Seumpama ada segerombolah penjahat menangkap dan menculik anda dan seorang yang anda sangat cintai (pacar/salah seorang anggota keluarga/teman). Kemudian kepada anda diberikan dua pilihan dan anda harus memilih salah satunya.

1. Ingatan orang yang anda sangat cintai akan dihapus dan ia akan dibebaskan dalam keadaan yang baik. Kepadanya akan dijelaskan dan diyakinkan bahwa anda berada dalam keadaan aman dan bahagia. Pada sisi lain, ingatan anda akan dihapus, dan kepada anda akan dijelaskan dan diyakinkan bahwa orang yang anda cintai sedang mengalami penyiksaan. Anda akan mendengar teriakannya akibat penderitaan yang dialaminya. Namun anda akan tetap diberi makan dan minum dan kebebasan yang cukup.

2. Orang yang anda cintai akan disiksa di sebuah tempat terpencil. Ingatan anda akan dihapus dan kepada anda akan dijelaskan dan diyakinkan bahwa orang yang anda cintai dalam keadaan sehat dan bahagia. Anda akan tetap diberi makan dan minum dan kebebasan yang cukup.

Kemungkinan besar orang akan memilih pilihan yang no. 1, walaupun pilihannya tersebut tidak membuatnya mengalami kebahagiaan secara maksimal. Dari "eksperimen" sangat sederhana dan kecil di atas, maka didapatkan bahwa manusia tidak selalu mengarahkan tindakannya pada unsur kebahagiaan bagi dirinya.

Kebahagiaan bukanlah satu-satunya tujuan yang hendak dicapai manusia, tetapi ada banyak hal lainnya (kenyamanan, kesenangan, keselamatan, dlsb). Mengapa demikian? Oleh karena bagi saya kebahagiaan berarti keadaan puas atau lega, yakni suatu emosi yang muncul dari hasil sebuah kepuasan, entah secara menyeluruh maupun sebagian dari seluruh hasrat atau keinginan yang dimiliki manusia. Oleh karena itu, tidak mungkin kebahagiaan sejati dapat diperoleh/dialami. Lagipula, kebahagiaan dapat diperoleh secara sesaat, misalnya dengan menenggak obat penenang atau drugs. Tentu, "kebahagiaan" seperti ini bukanlah kebahagiaan yang dimaksudkan, bukan?! Selain itu, kebahagiaan tampil dalam tingkatan tertentu dan menjadi tujuan setiap manusia untuk memaksimalkan setiap tujuannya. Kebahagiaan juga sangat bersifat sementara karena pada saat-saat tertentu manusia menemukan sesuatu yang belum tercapai atau masih tertunda, dan pada saat itulah muncul peristiwa-peristiwa lainnya (merasakan lapar lagi, orang membutuhkan pertolongan lagi, bahaya lagi, dan seterusnya).

Yang hendak dicapai setiap manusia adalah hasrat/keinginan yang ada dalam dirinya. Kebahagiaan hanyalah keadaan di mana manusia menganggap bahwa dirinya telah berhasil mencapai hal yang diinginkannya oleh hasratnya. Hasrat manusia-lah yang sesungguhnya membuat mereka ingin mencapai sesuatu bagi dirinya. Sesuatu inilah yang baginya dianggap bernilai. Jadi, manusia bukanlah ingin mengejar/mencapai kebahagiaan melainkan ingin mengejar/mencapai sesuatu karena hal itu bernilai baginya. Setelah keinginan yang bernilai bagi manusia itu tercapai, itulah kepuasan atau kelegaan yang menjadi hasratnya. "Bahagia" atau "kebahagiaan" tidak lebih dari kata-kata yang sesungguhnya tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Kepuasan atau kelegaan yang merupakan tujuan manusia yang didorong oleh hasrat untuk melakukan hal-hal baginya bernilai itulah yang sesungguhnya memiliki makna, hal yang tidak disadari oleh sebagian besar manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.