Jika orang hendak berpikir kritis, maka sesungguhnya ia ingin menggunakan pikirannya secara cermat. Seperti dikemukakan dalam beberapa tulisan sebelumnya, berpikir kritis dapat menghindarkan orang dari manipulasi, penipuan, pembodohan, kesesatan, pengambilan keputusan yang keliru, namun sebaliknya dapat membuat orang terlibat dalam perziarahan kemanusiaan yang nyata, hidup dalam dunia nyata masa kini, bahkan menemukan dan menjelaskan kebenaran-kebenaran dalam kehidupannya. Tulisan kali ini hanya bermanfaat bagi orang-orang yang mau berpikir kritis karena berpikir kritis adalah upaya berpikir secara cermat.
Membaca adalah langkah awal yang baik jika orang hendak berpikir kritis. Namun hal itu tidaklah cukup. Oleh karena itu, langkah berikut yang harus dilakukan orang yang mau berpikir kritis adalah memutuskan berpikir kritis. Banyak orang membaca, entah koran, tabloid, majalah, novel, cerpen, tulisan-tulisan mengenai gaya hidup, perbintangan, gosip, maupun kitab suci. Namun, tidak semua orang melakukan pembacaan secara kritis terhadap semua hal yang dibacanya karena sangat mungkin mereka beranggapan bahwa hal tersebut buang-buang waktu dan tenaga sehingga hal itu (pembacaan kritis) merupakan sesuatu yang percuma. Atau, orang tidak pernah mengetahui apalagi memahami bahwa perlu dilakukan pembacaan yang kritis terhadap banyak (jika tidak semua) bacaannya. Atau, orang beranggapan bahwa ia sudah melakukan pembacaan yang kritis. Jadi, seseorang yang mau berpikir kritis harus memutuskan bahwa dirinya mau berpikir secara kritis demi memperoleh kebenaran-kebenaran dalam hidup ini.
Hal berikut yang harus dilakukan orang yang mau berpikir kritis adalah belajar bagaimana berpikir kritis. Berpikir kritis bukanlah suatu hal yang biasa dilakukan kebanyakan orang. Berpikir kritis bukanlah tren yang berkembang dalam masyarakat. Berpikir kritis dihindari sebagian besar orang karena dianggap melelahkan dan sia-sia (tidak bermanfaat). Sebaliknya, berpikir kritis memang membutuhkan waktu dan pengetahuan yang cukup. Berpikir kritis membutuhkan seperangkat teknik dasar (telah dikemukakan dalam tulisan yang lalu). Berpikir kritis adalah keterampilan yang harus dipelajari dan bukan sesuatu yang jatuh dari langit atau diperoleh secara tiba-tiba. Jadi, berpikir kritis adalah keterampilan yang bisa dan harus dipelajari orang jika hendak memiliki kemampuan berpikir kritis.
Hal berikut yang harus dilakukan orang yang mau berpikir kritis adalah berpikir kritis setiap saat. Berpikir kritis adalah suatu keterampilan yang seperti keterampilan-keterampilan lainnya (memasak, memainkan piano, berhitung atau melukis) yang harus dipraktikkan sesering/sebanyak mungkin demi meningkatkan dan mempertajam kemampuan berpikir orang yang mempraktikkannya. Ketika berpikir kritis telah menjadi kebiasaan dan bagian dari kehidupan seseorang, maka orang itu dengan mudah menemukan dan menjelaskan berbagai kelemahan atau kesalahan yang terjadi di sekitarnya. Oleh karena itu, berpikir kritis adalah keterampilan yang harus terus dilatih dengan cara melakukannya setiap saat. Dengan demikian, berpikir kritis adalah keterampilan berpikir cermat demi menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidup ini sekaligus menghindarkan orang dari manipulasi, penipuan, eksploitasi, pembodohan, dan kesesatan.
Membaca adalah langkah awal yang baik jika orang hendak berpikir kritis. Namun hal itu tidaklah cukup. Oleh karena itu, langkah berikut yang harus dilakukan orang yang mau berpikir kritis adalah memutuskan berpikir kritis. Banyak orang membaca, entah koran, tabloid, majalah, novel, cerpen, tulisan-tulisan mengenai gaya hidup, perbintangan, gosip, maupun kitab suci. Namun, tidak semua orang melakukan pembacaan secara kritis terhadap semua hal yang dibacanya karena sangat mungkin mereka beranggapan bahwa hal tersebut buang-buang waktu dan tenaga sehingga hal itu (pembacaan kritis) merupakan sesuatu yang percuma. Atau, orang tidak pernah mengetahui apalagi memahami bahwa perlu dilakukan pembacaan yang kritis terhadap banyak (jika tidak semua) bacaannya. Atau, orang beranggapan bahwa ia sudah melakukan pembacaan yang kritis. Jadi, seseorang yang mau berpikir kritis harus memutuskan bahwa dirinya mau berpikir secara kritis demi memperoleh kebenaran-kebenaran dalam hidup ini.
Hal berikut yang harus dilakukan orang yang mau berpikir kritis adalah belajar bagaimana berpikir kritis. Berpikir kritis bukanlah suatu hal yang biasa dilakukan kebanyakan orang. Berpikir kritis bukanlah tren yang berkembang dalam masyarakat. Berpikir kritis dihindari sebagian besar orang karena dianggap melelahkan dan sia-sia (tidak bermanfaat). Sebaliknya, berpikir kritis memang membutuhkan waktu dan pengetahuan yang cukup. Berpikir kritis membutuhkan seperangkat teknik dasar (telah dikemukakan dalam tulisan yang lalu). Berpikir kritis adalah keterampilan yang harus dipelajari dan bukan sesuatu yang jatuh dari langit atau diperoleh secara tiba-tiba. Jadi, berpikir kritis adalah keterampilan yang bisa dan harus dipelajari orang jika hendak memiliki kemampuan berpikir kritis.
Hal berikut yang harus dilakukan orang yang mau berpikir kritis adalah berpikir kritis setiap saat. Berpikir kritis adalah suatu keterampilan yang seperti keterampilan-keterampilan lainnya (memasak, memainkan piano, berhitung atau melukis) yang harus dipraktikkan sesering/sebanyak mungkin demi meningkatkan dan mempertajam kemampuan berpikir orang yang mempraktikkannya. Ketika berpikir kritis telah menjadi kebiasaan dan bagian dari kehidupan seseorang, maka orang itu dengan mudah menemukan dan menjelaskan berbagai kelemahan atau kesalahan yang terjadi di sekitarnya. Oleh karena itu, berpikir kritis adalah keterampilan yang harus terus dilatih dengan cara melakukannya setiap saat. Dengan demikian, berpikir kritis adalah keterampilan berpikir cermat demi menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidup ini sekaligus menghindarkan orang dari manipulasi, penipuan, eksploitasi, pembodohan, dan kesesatan.
Gw setuju dengan apa yang elu sampaikan, hanya da yang kurang menurut gw, berfikir kritis juga kadangkala menimbulkan efek yang lebih banyak negatifnya ketimbang positif, atau dengan kata lain lebih banyak protesnya, jadi sebaiknya apa yang dipelajari atau dipersiapkan untuk seseorang yang mau belajar untuk berfikir secara kritis harus ditambahkan unsur "mengendalikan emosi" dimana dia juga harus bisa mengontrol emosi dirinya sendiri ketika sedang berfikir, kadangkala seseorag berfikir kritis itu lebih banyak tidak di fikirkan dahulu dan keluar begitu saja dari moncongnya karena merupakan reaksi yg positif, berdasarkan pengalaman lebih banyak orang yag berfikiran kritis lebih dari sekedar menyatakan ketidakpuasannya atau ingin menonjolkan diri sebagai orang yang lebih benar, jadi kalau ingin berfikiran kritis sebaiknya lihat dulu ke belakang, apa motivasi anda untuk melakukan hal tersebut, kalau cuma sekedar seperti yg gw bilang di atas, mending diem aja kan, lebih bagus begitu, tapi saya yakin kalau sdr.Andi bukan tipe seperti itu...seperti kalau boleh saya mengutip ucapan guru'nya dulu sewaktu pemeriksaan kerapihan di kelas.....
BalasHapus" Saya kenal bapaknya...bapaknya orang baik..anaknya pasti orang baik juga.."
RF
Terima kasih Roy atas tanggapan dan masukannya.
BalasHapusGua akan tanggapi pernyataan-pernyataan lu:
1. Sepertinya lu mencampurkan antara pengertian berpikir dan bersikap kritis dan protes. Sepertinya bagi lu, orang yang kritis bahkan juga skeptis (bandingkan dengan tulisan gua yang berjudul "Seorang Sinis Atau Skeptis?") adalah orang yang doyan protes alias tukang protes. Sama sekali tidak. Orang yang kritis dan skeptis sama sekali bukanlah orang yang tukang protes. Jika lu baca tulisan-tulisan gua yang berkaitan dengan berpikir kritis, maka lu akan menemukan bahwa orang yang kritis adalah orang yang mencintai kebenaran, dengan mempertanyakan segala hal yang terjadi di sekitarnya. Sedangkan orang yang skeptis adalah orang tidak terburu-buru membuat kesimpulan melainkan selalu menguji dan menganalisis segala hal yang terjadi di sekitarnya yang didasarkan pada akal sehat dan ilmu pengetahuan. Jadi, orang yang berpikir kritis sama sekali bukanlah orang yang banyak protes.
2. Ada hal janggal yang lu tulis. Gua kutip di sini: "seseorang yang mau belajar untuk berfikir secara kritis harus ditambahkan unsur "mengendalikan emosi" dimana dia juga harus bisa mengontrol emosi dirinya sendiri ketika sedang berfikir, kadangkala seseorag berfikir kritis itu lebih banyak tidak di fikirkan dahulu dan keluar begitu saja dari moncongnya". Mengapa gua bilang janggal? Karena lu tulis "seseorang berpikir kritis itu lebih banyak tidak dipikirkan dahulu dan keluar begitu saja dari moncongnya". Bagaimana orang yang berpikir kritis dikatakan tidak berpikir? Padahal orang yang berpikir kritis malah tidak tergesa-gesa berbicara apalagi membuat kesimpulan mengenai hal-hal yang menurutnya belum jelas. Jadi, orang yang berpikir kritis adalah orang yang berpikir secara dalam, luas, sekaligus tajam.
3. Lu tulis: "seseorang yang mau belajar untuk berfikir secara kritis harus ditambahkan unsur "mengendalikan emosi" dimana dia juga harus bisa mengontrol emosi dirinya sendiri ketika sedang berfikir". Apa yang lu maksud dengan emosi? Apa itu emosi? Apa saja contoh emosi? Gua sangat menduga kuat, "emosi" yang lu maksud dalam konteks tulisan lu itu adalah emosi kemarahan. Emosi tidak terbatas pada sesuatu yang negatif seperti kemarahan, tetapi juga cinta dan belarasa.
Berlanjut...
Tanggapan lanjutan:
BalasHapus4. Berpikir kritis berkaitan dengan emosi seseorang? Belum pernah menemukan kasus seperti itu. Dan lu tulis: "berdasarkan pengalaman lebih banyak orang yag berfikiran kritis lebih dari sekedar menyatakan ketidakpuasannya atau ingin menonjolkan diri sebagai orang yang lebih benar, jadi kalau ingin berfikiran kritis sebaiknya lihat dulu ke belakang, apa motivasi anda untuk melakukan hal tersebut". Sepertinya lu belum "menangkap" seutuhnya pengertian berpikir kritis yang gua maksud. Berpikir kritis bukan berarti tidak puas atau jika seseorang berpikir kritis itu karena lebih ingin menonjolkan diri sebagai orang yang lebih benar. Berpikir kritis bukan untuk penonjolan diri. Berpikir kritis bukan untuk pembenaran. Namun, seseorang yang berpikir kritis adalah seseorang yang rela selalu menganalisis dan menguji semua argumen, pendapat, teori, dan data yang ada. Seseorang yang berpikir kritis malah akan mengajukan berbagai pertanyaan, seperti: "mengapa itu terjadi?", "mengapa ia katakan hal itu?", "apakah bukti-buktinya?", "apakah hal itu didukung oleh data-data yang bisa dipertanggungjawabkan?". Apakah motivasi orang yang berpikir kritis? Menguji dan menganalisis semua argumen, pandangan, teori, dan data demi pemahaman yang mendalam dan menyeluruh. Seseorang yang berpikir kritis adalah seseorang yang selalu mau menemukan kebenaran supaya dirinya terhindar dari berbagai manipulasi, penipuan, eksploitasi, dan pembodohan.
5. Lu tulis: "mending diem aja kan, lebih bagus begitu". Gua sangat tidak setuju kalo disuruh diem aja karena orang yang diem seringkali disalahpahami akibat "kediemannya" itu. Orang yang diem seringkali dianggap setuju dengan pandangan orang lain padahal belum tentu. Oleh karena itu, posisi diem sangat riskan. Posisi diem sangat rentan untuk disalahartikan oleh orang lain. Jadi, jangan diem melainkan bertanyalah jika ada yang kurang dipahami agar tidak tersesat.
6. "Saya kenal bapaknya...bapaknya orang baik..anaknya pasti orang baik juga". Belum tentu. Apakah dengan demikian, jika bapaknya penjahat, maka serta-merta anaknya juga penjahat? Belum tentu, bukan! Itu logika yang tidak pasti karena premis-premis yang dipakainya sangatlah tidak pasti.
Dengan demikian, sepertinya Roy belum memahami betul pengertian kritis yang gua maksud karena di sana-sini lu mencampuradukkan antara berpikir kritis dan protes. Jadi, seseorang yang berpikir kritis sama dengan orang yang tukang protes. Sama sekali keliru. Gua sarankan lu untuk membaca lagi "rangkaian" tulisan gua mengenai kritisisme. Namun gua sangat menghargai tanggapan, pendapat, dan masukan lu. Terima kasih.
Berpikir kritis kayak sebuah unending battle dgn diri sendiri ya..
BalasHapusHai Hannah, terimakasih Hannah komentarnya.
BalasHapusApa yang lu maksud "berpikir kritis kayak sebuah unending battle dengan diri sendiri"? Tolong jelasin yah...
Sesungguhnya, gua sama sekali ga pernah kok "berperang" dengan diri sendiri. Or, pikiran kritis gua "berperang" dengan diri gua, sama sekali ga pernah tuh... Kalo begitu, kesannya gua lagi bergumul antara berpikir kritis dan diri gua. Ga sama sekali kok, Hannah.
Berpikir kritis dan diri gua adalah satu. Artinya, gua adalah makhluk hidup yang selalu belajar dan berupaya senantiasa berpikir kritis terhadap semua hal dalam hidup ini.
Jadi, sama sekali ga pernah, sedang, dan akan terjadi "peperangan" antara berpikir kritis dan diri gua.
Gua sangat menghargai komentar lu. Sekali lagi, terimakasih. Jangan bosen memberikan komentar atau tanggapan ya, Hannah...
Gw rasa seh kalo kita mau menyebut diri sbg seorg 'pemikir kritis' ato semacamnya, itu berarti kita juga harus kritis ke diri sendiri.
BalasHapusJadi kita kritis bukan cuma terhadap input2 yg kita terima dr luar tp jg ke pemikiran2 yg kita punya sendiri (dr dalam).
Kalo nggak, berarti kita menerapkan standar ganda krn kita kritis keluar tp gak kritis ke dalam. Kita mempertanyakan/menimbang/mengkritik info yg kita terima tp kita menerima gitu aja dan anggap paling benar pemikiran/kesimpulan kita sendiri.
Contoh: misalnya di tempat kerja kita melakukan A kemudian terjadi masalah krn tindakan kita itu.
Kritis ke diri sendiri berarti kita membuka kemungkinan akan adanya kesalahan di kita sendiri sehingga memampukan kita melihat masalah scr lbh objektif.
Kalo kita cuma kritis ke luar, kita cenderung akan lbh subjektif dan malah mungkin menutup2i adanya kemungkinan kesalahan di pihak kita.
Jadi kalo kita benar2 mo kritis, kita dituntut utk kritis ke diri sendiri jg, makanya gw bilang kek unending battle krn kita cenderung bakal mempertanyakan/menimbang/mengkritik/mengkaji ulang perbuatan/pemikiran kita sendiri.
'Keep challenging one self' mungkin istilah yg lebih tepat kali tp yah itu seh menurut gw aja ya.
Terimakasih Hannah atas tanggapannya.
BalasHapusLu tulis, "Gw rasa seh kalo kita mau menyebut diri sbg seorg 'pemikir kritis' ato semacamnya, itu berarti kita juga harus kritis ke diri sendiri". Apakah kalimat itu ditujukan kepada gua? Jika ya, lu salah alamat karena gua ga seperti itu. Bisa dibaca dalam tulisan-tulisan mengenai berpikir kritis, seperti: BERPIKIR KRITIS, BERPIKIR TERBUKA, MENGAPA SAYA MENYUKAI KRITISISME?, dan "seri" KRITIS TERHADAP PIKIRAN SENDIRI. Namun jika kata-kata tadi bukan ditujukan kepada gua melainkan orang lain berarti tanggapan gua ini yang salah alamat. :)