Minggu, 10 Januari 2010

Indigo Child

Dalam Reader's Digest edisi Indonesia terbitan bulan Februari 2009 mengangkat tema mengenai Indigo Child dalam tulisan berjudul "Memahami San Penyejuk Dunia" yang ditulis oleh Wahyu Hidayat (hlm. 79-83). Apakah Indigo Child itu? Apakah benar ada anak yang disebut Indigo Child?

Mengawali tulisannya, Wahyu Hidayat langsung mengatakan, "meski 'sakti', anak indigo tetaplah anak-anak yang butuh bimbingan dalam hidupnya". Kemudian ia mengangkat contoh seorang bernama Rama Mahatva (7 tahun) yang mampu menebak bahwa bayi yang dikandung ibunya berjenis kelamin laki-laki dan ternyata benar. Ia juga dikatakan memiliki 'kemampuan' beberapa gangguan kesehatan ringan, seperti pusing dan nyeri otot, hanya dengan sentuhan tangannya. Menurut ibunya, Rama yang memiliki tanda lahir di dahi berbentuk angka dua dalam abjad Arab, memiliki sifat dewasa. Jika melakukan kesalahan ia langsung minta maaf. Di sekolah, ia selalu menghindari konflik dan tak jarang menjadi penengah. Wahyu juga mengangkat cerita mengenai Aryo Hanindyojati (14 tahun) yang bisa melihat kehidupan sebelumnya (past life) seseorang. Diceritakan bahwa sejak masa TK ia bisa menulis huruf Cina kuno meski belum mempelajarinya. Ini disebabkan ia adalah reinkarnasi seorang panglima perang Cina.

Menurut seorang Psikiater, dr. Tubagus Erwin Kusuma, SpKJ (K), fenomena munculnya anak-anak Indigo dimulai sejak tahun 2000 adalah bagian perputaran dari evolusi dunia. Tujuan akhirnya adalah untuk membuat keseimbangan alam semesta. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Evolusi ini mengacu kepada siklus kalender galaksi yang mengikuti siklus edar tata surya. Berbeda dengan kalender Masehi yang mengikuti siklus edar matahari atau kalender Hijriah yang mengikuti siklus edaran bulan. Dan menurut kalender galaksi, alam sudah memasuki siklus baru, yaitu zaman baru (new age) yang sering disebut juga dengan milenium spiritual. Tanda-tandanya adalah dengan banyak lahirnya manusia dengan kecerdasan spiritual tinggi.

Bumi, alam semesta, bahkan manusia selalu mengalami evolusi, itu merupakan hal yang sangat lumrah. Bahkan moral manusia pun mengalami evolusi karena otak dan pikiran manusia mengalami perkembangan. Namun, ukuran
apa yang bisa digunakan sehingga tujuan evolusi dunia adalah untuk membuat keseimbangan alam semesta? Bagaimana bagaimana bisa diketahui bahwa tujuan akhir dari evolusi dunia adalah untuk membuat keseimbangan alam semesta? Tidak ada ukuran yang pasti. Jika dikatakan bahwa ukurannya adalah munculnya fenomena anak-anak Indigo, maka bukan baru belakangan ini saja (mulai tahun 2000 seperti yang dikatakan oleh dr. Tubagus) fenomena tersebut muncul. Dan jika dikatakan bahwa anak-anak Indigo muncul berdasarkan kalender galaksi, di mana alam sudah memasuki siklus baru, yakni zaman baru, maka gerakan yang biasa disebut zaman baru itu bukan baru muncul tahun 2000, namun sejak awal abad ke-20. Dikatakan juga bahwa zaman baru disebut dengan milenium spiritual. Apa yang dimaksud dengan milenium? Saya menduga kuat bahwa abad ke-21 ini adalah yang dimaksud dengan abad milenium. Namun, apa yang dimaksud dengan spiritual? Milenium spiritual? Apakah artinya abad 21 dicirikan dengan semakin banyaknya orang yang menganggap penting agama atau dunia roh? Mungkin ya, jika yang diambil contohnya adalah negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Bagaimana jika melihat pada Eropa, Amerika Serikat, Canada, dan Rusia? Apakah di negara-negara tersebut muncul 'gerakan' yang kembali pada agama dan dunia roh? Kenyataan yang berdasar pada startistik suara malah mengatakan sebaliknya. Khususnya di Eropa dan Amerika Serikat, jumlah orang-orang yang beragama, percaya pada dunia roh (Tuhan, malaikat-malaikat, orang-orang suci) semakin mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dengan demikian, sama sekali tidak beralasan untuk mengatakan bahwa milenium ini adalah milenium zaman baru atau milenium spiritual karena sama sekali tidak didukung oleh data-data dan bukti-bukti.

Lalu mengapa ada anak-anak seperti yang diceritakan oleh Wahyu di atas? Mengapa mereka disebut anak-anak Indigo? Dr. Tubagus mengatakan bahwa mereka disebut Indigo karena anak-anak tersebut memancarkan aura berwarna indigo atau nila (campuran biru dan merah dengan komposisi biru lebih kuat) akibat aktifnya cakra keenam yang terletak di tengah dahi. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa tubuh bioplasmik (ruh) kita memiliki tujuh pusat energi utama yang disebut cakra. Sebagai pusat energi, cakra berfungsi menyerap energi dari luar atau memancarkan energi dari dalam tubuh. Bagaimana cakra ini dapat dilihat berikut dengan warnanya? Cakra dapat dilihat dengan mesin aura video station. Apakah cakra dan aura itu? Saya akan membahasnya di tulisan lain.

Lebih lanjut mengenai anak-anak Indigo tersebut dikatakan bahwa di milenium spiritual ini banyak bermunculan manusia yang tingkat kecerdasannya lebih tinggi mencapai kesadaran spiritual. Oleh karenanya, menurut mereka yang mempercayai fenomena ini, anak-anak Indigo ini tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga mental dan spiritual. Kelak, dunia akan lebih sejuk dan damai dengan keberadaan manusia-manusia Indigo. Ini merupakan pernyataan yang begitu optimistik dan naif. Mengapa saya mengatakan demikian? Keberadaan dunia yang lebih baik didasarkan pada harapan akan kepercayaan pada munculnya anak-anak yang diklaim memiliki 'kemampuan' berbeda dari anak-anak lainnya. Harapan akan keadaan dunia yang lebih sejuk dan damai bukannya didasarkan pada upaya untuk mengadakan kerjasama antar pihak demi kesejahteraan bersama dengan mengupayakan menekan penggunaan CO2, menghapuskan penggunaan nuklir, meningkatkan ekonomi, dan mengedepankan penggunaan ilmu pengetahuan dengan kritis dan bijak, namun berdasar pada anak-anak 'ajaib'. Dikatakan naif karena mengandaikan bahwa dunia kelak akan lebih sejuk dan damai karena 'kekuatan' anak-anak yang disebut Indigo. Harapan yang bukan didasarkan pada upaya bersama untuk melakukan kebaikan, tetapi menanti anak-anak Indigo. Harapan yang mirip dengan menantikan kedatangan Mesias atau Ratu Adil, yang akhirnya hanyalah isapan jempol. Bahkan cenderung pragmatis karena manusia digiring pada cara berpikir sederhana dengan tidak memperhatikan langkah-langkah manusiawi dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang ada seraya terus mengembangkan daya berpikirnya, melainkan menaruh harapannya pada anak-anak Indigo.

Bagaimana menyikapi anak-anak Indigo? Dr. Erwin mengatakan bahwa kemunculan anak Indigo merupakan kepastian, jadi sebenarnya fenomena ini bukanlah hal yang luar biasa. Oleh karena mereka masih anak-anak yang masih suka bermain dan bersenang-senang, maka mereka harus ditangani secara tepat. Yang dibutuhkan dalam menangani anak-anak Indigo adalah manusia-manusia dewasa, artinya manusia yang baik secara fisik, mental, dan spiritual. Kedewasaan fisik itu ditandai dengan usia yang melampaui 20 tahun, kedewasan mental ditandai dengan Emotional Quotient dan Intelligence Quotient yang universal. Lebih lanjut dikatakan bahwa kedewasaan spiritual ditandai dengan kesadaran tinggi orang tersebut dalam menghayati dirinya sebagai makhluk rohani yang berjasmani, bukan sebaliknya.

Oleh karena anak-anak Indigo dianggap sebagai makhluk 'spesial', maka diperlukan juga orang-orang 'spesial' yang dianggap bisa menangani mereka. Sepertinya anak-anak Indigo harus ditangani oleh mereka yang betul-betul memahami mereka, di luar orangtua mereka. Apakah anak-anak Indigo tidak cukup 'ditangani' oleh orangtuanya sendiri? Apakah dengan demikian orangtua anak-anak Indigo dianggap tidak mampu memahami anak-anak mereka? Apakah sekarang orangtua sudah tidak mampu lagi memahami, menangani, dan 'mengendalikan' anak-anak mereka sendiri? Anak-anak Indigo harus ditangani oleh mereka yang memiliki kedewasaan rohani. Bukankah 99% masyarakat Indonesia masih beragama, percaya pada Tuhan, dan memiliki ruh yang kuat? Dengan demikian, anak-anak Indigo sepertinya cukup 'ditangani' oleh orangtua mereka masing-masing, kecuali tentunya ada organisasi-organisasi tertentu yang bisa mengambil keuntungan akibat 'ketidakmampuan' atau keengganan orangtua-orangtua yang mengklaim atau diberi tahu jika anaknya termasuk kategori anak Indigo.

Dalam tulisan tersebut juga diangkat empat ciri anak Indigo:
1. Anak Indigo memiliki sifat yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Namun sifat-sifat ini bukanlah kelainan atau penyakit sehingga tidak perlu diobati atau diterapi. Yang dibutuhkan adalah pembinaan dari orangtua dan gurunya yang belum mengerti mengenai anak Indigo. Tentu, setiap anak memiliki keunikannya masing-masing. Ini merupakan hal yang sangat wajar, bahkan setiap manusia memiliki keunikannya. Tentu, orangtua, keluarga, dan guru diperlukan dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya. Itulah fungsinya pendidikan dalam keluarga dan dalam masyarakat.
2. Anak Indigo memiliki jiwa yang telah matang. Ini ditunjukkan dengan kemampuan mereka dalam menerima dan memberikan kedamaian kepada lingkungannya. Mereka lebih tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan alam dan kemanusiaan. Ini pun hal yang sangat normal. Anak-anak dibentuk oleh keluarga dan masyarakat, bahkan masyarakat secara lebih luas juga dibentuk oleh komunitasnya; dengan siapa ia bergaul, berinteraksi, berkomunikasi. Bagaimana keluarga dan masyarakat memberikan nuansa yang begitu penting dalam kehidupan anggotanya. Anak Indigo lebih tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan alam dan kemanusiaan? Bukankah sebagian besar anak lainnya juga demikian? Bukankah ini adalah hal yang sangat wajar? Anak-anak cenderung menyukai kegiatan yang berkaitan dengan alam; menanam, memberi makan binatang, dan mempertanyakan banyak hal.
3. Anak Indigo bukanlah anak yang mengidap ADD (Attention Deficit Disorder) dan/atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Anak indigo aktif, tetapi tidak agresif atau destruktif seperti anak yang mengidap ADD/ADHD. Kalau anak ADD/ADHD mudah teralihkan perhatiannya, maka anak Indigo akan mengalihkan perhatiannya setelah apa yang dikerjakannya selesai. Sangat jelas dan pasti, tidak ada satu orangtua pun yang mau atau rela jika anaknya divonis mengidap ADD dan/atau ADHD. Mengapa? Karena itu tandanya ada bagian otak si anak mengalami gangguan/kerusakan. Kebanyakan orangtua menganggap bahwa jika anaknya mengidap ADD/ADHD berarti si anak mengidap gangguan mental. Dalam masyarakat berkembang anggapan keliru yang menyesatkan bahwa ADD/ADHD berkaitan erat dengan gangguan mental yang tidak dapat diobati. Akibatnya, orangtua menjadi malu. Sesungguhnya, ini adalah pandangan yang tidak tepat. ADD/ADHD bukanlah gangguan mental, walaupun harus diakui bahwa ada kerusakan kecil di bagian otak orang yang mengidapnya, namun ada obat-obat tertentu yang bisa dikonsumsi setelah berkonsultasi dengan dokter.
4. Anak Indigo bukan hanya cerdas, tetapi ia mampu melakukan sesuatu yang belum pernah diajarkan (perhatikan cerita mengenai anak Indigo di awal tulisan ini), sedangkan akan cerdas dapat melakukan sesuatu karena diajarkan. Pernyataan ini sama sekali tidak berdasarkan pada data-data dan bukti-bukti yang ada. Kita baru mengetahui cerita tersebut dari orang kesekian. Dengan demikian, kecenderungan bahwa cerita diplintir atau dibuat-buat atau dibesar-besarkan merupakan hal yang sangat mungkin terjadi. Kita tidak bisa menyingkirkan apalagi meniadakan bahwa cerita mengenai 'kemampuan' anak Indigo telah dibesar-besarkan.

Dikatakan di akhir tulisan tersebut bahwa anak Indigo cenderung egosentris, tidak mudah menyesuaikan diri dengan hal-hal yang bersifat tidak rasional dan tidak spiritual. Seakan-akan mereka adalah pemberontak. Kadang, mereka juga tidak mau ikut dalam permainan anak-anak dan lebih memilih untuk berdiskusi dengan orang dewasa. Pernyataan ini sangatlah janggal karena sama sekali bertolak belakang dengan klaim sebelumnya yang mengatakan bahwa anak Indigo memiliki jiwa yang telah matang. Anak Indigo tidak mudah menyesuaikan diri dengan hal-hal yang bersifat tidak rasional dan tidak spiritual? Ini merupakan dua frasa yang bertolak belakang. Anak Indigo sangat rasional sehingga menerima hal-hal yang spiritual? Bukankah hal-hal yang spiritual sangat tidak rasional, tidak masuk akal? Keberadaan anak Indigo sendiri pun tidak rasional. Bagaimana bisa dikatakan secara rasional bahwa seorang anak kecil merupakan reinkarnasi seorang panglima perang Cina? Jika dikatakan bahwa anak Indigo memiliki 'kemampuan' seperti menyembuhkan gangguan kesehatan yang ringan hanya dengan menyentuhkan tangannya, tanpa sama sekali memberikan obat, bukankah itu adalah hal yang tidak rasional? Bagaimana bisa gangguan kesehatan ringan dapat sembuh hanya dengan diusap? Bagaimana bisa dijelaskan secara rasional bahwa manusia mengeluarkan warna-warna tertentu? Bukankah itu tidak rasional?

Anak Indigo cenderung egosentris dan seakan-akan pemberontak. Jika demikian, bagaimana ia bisa sampai dikatakan telah memiliki kedewasaan mental dan akan dapat memberikan kesejukan dan kedamaian bagi lingkungan sekitarnya, terlebih dunia. Apa jadinya dunia ini jika banyak pemimpin yang berasal dari anak-anak Indigo? Jika dikatakan anak Indigo telah memiliki kedewasaan mental dan jiwa, tapi mengapa di akhir tulisan itu dikatakan bahwa "jiwanya bisa tak terkendali, terutama kalau mereka tidak ada yang mengarahkan". Mengapa mereka membutuhkan pengarahan? Toh, katanya anak Indigo telah memiliki kedewasaan jiwa dan mental, bahkan spiritual, tidak seperti anak-anak lainnya. Oh, karena ia merupakan reinkarnasi panglima perang Cina, yah? Karena panglima perang tentu cenderung keras dan tidak mengenal kompromi. Bagaimana yah...jadinya jika ada anak-anak Indigo yang diklaim merupakan reinkarnasi Hitler atau Pol Pot atau Stalin atau Musolini? Wooow akan sangat menarik tuh!

Dengan demikian, apakah ada yang disebut dengan anak-anak Indigo? Sama sekali tidak ada bukti yang mengatakan hal demikian. Tentu, setiap anak memiliki keunikan masing-masing. Bagaimana dengan ramalan-ramalan yang dilakukan mereka seperti diceritakan di atas? Kita sama sekali tidak memiliki bukti selain berdasarkan kata orang tertentu, yang tentu, harus diragukan kebenarannya. Anak-anak Indigo bukanlah anak-anak yang istimewa karena bukan hanya mereka yang melakukan hal-hal seperti: langsung minta maaf setelah berbuat salah, menghindari konflik, menjadi penengah, dan lebih memilih berdiskusi dengan orang dewasa. Kecenderungannya memang demikian, di mana anak-anak langsung minta maaf, menghindari konflik, dan menjadi penengah, yang semuanya diperoleh dari didikan keluarga dan masyarakat. Kecenderungan sifat alamiah manusia pun mendukung bahwa manusia selalu berusaha menghindari konflik dan mau menjadi penengah. Anak Indigo lebih memilih berdiskusi dengan orang dewasa? Adik saya sewaktu kecil dan beberapa anak kecil yang pernah saya temui juga lebih memilih berdiskusi dengan orang dewasa. Namun saya belum pernah mendengar jika mereka disebut sebagai anak-anak Indigo tuh... Lalu, mengapa muncul fenomena anak Indigo? Itulah masyarakat yang berkembang yang menggemari hal-hal yang 'ajaib' dengan tanpa mencoba memahaminya secara kritis, sehingga jatuh ke dalam pragmatisme. Mengapa manusia cenderung menyukai hal-hal yang 'aneh'? Karena itu semua membuat otaknya terbuai. Dan hal itulah yang dimanfaatkan orang-orang tertentu untuk mengisi kocek mereka, bukan?

1 komentar:

  1. Hair.. Pertama sy tau mama mas Dr artikel pawang hujand line news. ..setwlah baca sy tertarik dgn cara berpikir mas . Setelah itu sy coba googling Dan masuk ke dlm blog ini. Ketertarikan sy diakari oleh rasa yg ada dlm diri sy yg entah apa itu tp aa d dlm dr sy yg bilang bahwa kamu punya dasarnya. Tapi sy gatau harus gimana. Mungkin mas bisa share pengalamannya. Thanks

    BalasHapus

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.