Banyak orang beranggapan bahwa penilaian kritis hanya cukup didasarkan pada dua hal, yakni: fakta dan opini. Namun sesungguhnya ada satu penilaian kritis lainnya yang seringkali dilupakan orang. Penilaian kritis ini bukan hanya penting dan bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga sangat penting dan bermanfaat bagi orang yang melakukannya. Penilaian kritis ini didasarkan pada alasan atau argumen yang kuat.
Kita dapat mengambil contoh dari dunia hukum/pengadilan, di mana seorang hakim dituntut mampu mengambil keputusan dengan tidak sekadar melakukan penilaian sederhana melainkan melakukan penilaian yang didasarkan pada berbagai alasan atau argumen yang relevan dengan bukti-bukti yang ada. Dengan demikian jelas, seorang hakim dituntut agar tidak mendasarkan berbagai penilaian dan keputusannya pada berbagai hal subjektif dan pendapat pribadinya. Singkat kata, penilaian yang didasarkan pada argumen atau alasan yang kuat melampaui fakta atau opini jika kedua hal (fakta dan opini) tersebut berdiri sendiri. Tentu, fakta-fakta yang ada biasa digunakan sebagai argumen atau alasan, tetapi argumen atau alasan yang baik/kuat lebih memiliki kekuatan dibandingkan sekadar pernyataan mengenai fakta-fakta. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa sebuah posisi yang memiliki argumen atau alasan yang baik/kuat tidak cukup hanya disebut sebagai "opini". Memang harus diakui kadang kita mengatakan bahwa keputusan hakim sebagai sebuah "opini", namun seharusnya kita bukan hanya mengharapkan, melainkan menuntut bahwa opini tersebut telah didasarkan pada argumen atau alasan yang relevan dan kuat.
Untuk semakin memperjelas dan mempertajam penjelasan di atas maka berikut ini akan disajikan tiga jenis pertanyaan:
1. Apa penyebab utama anak malas belajar? Jawaban yang akan diberikan terhadap pertanyaan ini pasti berkaitan dengan fakta yang terjadi. Artinya, pertanyaan ini berkaitan dengan apa yang benar dan apa yang tidak benar berkaitan dengan penyebab utama kemalasan anak.
2. Bagaimana cara terbaik dalam menangani anak yang malas belajar? Jawaban yang akan diberikan terhadap pertanyaan ini berdasarkan pada alasan-alasan yang baik atau alasan-alasan yang tidak baik berkaitan dengan penanganan terhadap anak yang malas belajar.
3. Mana yang akan anda pilih, mendorong anak untuk giat belajar atau memukulinya? Jawaban yang akan diberikan terhadap pertanyaan ini pasti akan beragam karena berkaitan dengan perbedaan cara pandang yang dimiliki setiap orang.
Setelah membandingkan ketiga jenis pertanyaan di atas, maka jenis pertanyaan kedua termasuk ke dalam penilaian kritis yang harus didasarkan pada argumen atau alasan yang kuat. Untuk menjawab jenis pertanyaan kedua, maka kita harus terus melakukan berbagai tolok ukur, seperti: kejelasan, kedalaman, dan konsistensi jawaban terhadap pertanyaan.
Ketika sebuah pertanyaan membutuhkan jawaban mana yang lebih baik atau mana yang lebih tidak baik, tetapi jawaban-jawaban tersebut dianggap/diperlakukan semata-mata sebagai opini, maka pada saat itulah orang keliru karena menganggap bahwa "opini" setiap orang memiliki nilai kebenaran yang sama. Kemampuan menghargai pentingnya berbagai tolok ukur intelektual telah sirna, dan kita akan biasa mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana jika saya tidak menyukai berbagai tolok ukur itu? Mengapa saya tidak bisa menggunakan tolok ukur saya sendiri? Bukankah saya memiliki hak untuk mengutarakan pendapat saya sendiri? Bagaimana jika pada saat itu saya sedang berada dalam keadaan yang emosional? Bagaimana jika saya suka mengikuti intuisi saya? Bagaimana jika saya tidak percaya akan hal yang rasional/masuk akal? Pada saat seperti itulah orang tidak mampu membedakan antara memberikan alasan-alasan yang kuat dan bukti untuk mendukung pendapatnya, dan sekadar mengatakan pendapatnya sebagai sesuatu yang benar. Jika ini yang terjadi maka sesungguhnya orang tersebut tidak sedang berpikir secara kritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.