Cukup banyak orang menyukai palm reading, yakni membiarkan orang lain membaca telapak tangannya, entah hanya untuk iseng-iseng maupun sungguh-sungguh mempercayainya. Palm reading atau palmistry atau chiromancy adalah aktivitas atau tindakan meramal 'nasib' seseorang' dengan melihat garis-garis, tanda-tanda, dan pola-pola yang terdapat di telapak tangan seseorang. Bahkan bukan hanya 'nasib', tetapi juga karakter dan kesukaan seseorang. Tindakan meramal 'nasib' seseorang dengan membaca telapak tangan banyak dilakukan di beberapa negara pada zaman klasik, seperti di India, China, dan Mesir. Buku pertama yang membahas mengenai hal ini terbit pada abad 15, sementara kata chiromancy sendiri berasal dari kata Yunani, cheir yang artinya tangan.
Menurut mereka yang mempercayai hal ini, jika anda bertangan kanan (tangan yang dominan), maka tangan kiri anda menunjukkan karakter-karakter anda, sedangkan tangan kanan menunjukkan pribadi dan berbagai potensi diri yang anda miliki. Orang-orang yang mahir membaca telapak tangan (palmist) mengklaim bahwa mereka mampu membaca berbagai garis telapak tangan orang. Beberapa garis yang ada di telapak tangan, dinamakan 'garis kehidupan', 'garis kepala', dan 'garis hati'. 'Garis kehidupan' menunjukkan fisik, sedangkan 'garis kepala' menunjukkan kemampuan intelektualitas, dan 'garis hati' menunjukkan emosi seseorang. Bahkan beberapa palmist mengklaim lebih jauh dengan mengatakan bahwa bentuk telapak tangan seseorang pun menggambarkan karakter orang tersebut, seperti: orang yang kreatif memiliki telapak tangan yang lebar seperti kipas, sedangkan orang yang sensitif memiliki ujung-ujung jari yang lancip namun memiliki telapak tangan yang gemuk.
Orang-orang yang mempercayai hal tersebut mengklaim bahwa palmistry sungguh benar adanya karena bentuk telapak tangan seseorang dapat berubah seturut kepribadian orang tersebut. Klaim seperti ini didasarkan pada keyakinan mereka bahwa apa yang menjadi karakter seseorang dapat dibaca atau dilihat melalui telapak tangannya. Artinya, telapak tangan seseorang merepresentasikan diri orang tersebut. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa tidak ada dua tangan yang sama persis. Telapak tangan setiap manusia berbeda, tidak ada mungkin sama. Hal inilah yang dijadikan dasar oleh para palmist sehingga mereka dapat mengatakan bahwa melalui telapak tangan seseorang dapat dibaca atau dilihat, seperti: siapakah jodoh, 'nasib', karakter, atau kesukaan orang itu.
Dengan demikian, palmistry atau chiromancy atau palm reading tidak jauh berbeda dari grafologi (membaca atau melihat tulisan tangan seseorang untuk menjelaskan karakter bahkan 'nasib' seseorang). Tindakan-tindakan seperti ini (palmistry dan grafologi) dapat menjerumuskan seseorang ke dalam sikap hidup yang malas karena orang yang percaya akan serta-merta menerima bahwa 'nasib' dirinya telah ditentukan sebelumnya. Bahkan yang lebih berbahaya, seseorang dapat terjebak ke dalam sikap hidup yang pasrah karena ia sungguh percaya bahwa 'nasib'-nya telah ditentukan dan dilihat melalui telapak tangannya. Palmistry dan grafologi, jelas, merupakan kegiatan yang sia-sia dan cenderung menyesatkan.
Namun, bagaimana jika ada orang mengatakan, "saya tidak mempercayai hal-hal tersebut, kok, hanya untuk iseng-iseng sekaligus mengisi waktu". Jawabannya: "apakah tidak ada aktivitas lain yang lebih penting dan bermanfaat untuk mengisi waktu daripada kedua hal itu?" Bagaimana jika ternyata ramalan atau tebakan seorang palmist 'tepat' seperti yang dialami atau dirasakan orang itu? Orang yang sebelumnya tidak percaya itu tentu akan menjadi percaya, bukan? Inilah 'jebakan' yang dimaksudkan tadi.
Menurut mereka yang mempercayai hal ini, jika anda bertangan kanan (tangan yang dominan), maka tangan kiri anda menunjukkan karakter-karakter anda, sedangkan tangan kanan menunjukkan pribadi dan berbagai potensi diri yang anda miliki. Orang-orang yang mahir membaca telapak tangan (palmist) mengklaim bahwa mereka mampu membaca berbagai garis telapak tangan orang. Beberapa garis yang ada di telapak tangan, dinamakan 'garis kehidupan', 'garis kepala', dan 'garis hati'. 'Garis kehidupan' menunjukkan fisik, sedangkan 'garis kepala' menunjukkan kemampuan intelektualitas, dan 'garis hati' menunjukkan emosi seseorang. Bahkan beberapa palmist mengklaim lebih jauh dengan mengatakan bahwa bentuk telapak tangan seseorang pun menggambarkan karakter orang tersebut, seperti: orang yang kreatif memiliki telapak tangan yang lebar seperti kipas, sedangkan orang yang sensitif memiliki ujung-ujung jari yang lancip namun memiliki telapak tangan yang gemuk.
Orang-orang yang mempercayai hal tersebut mengklaim bahwa palmistry sungguh benar adanya karena bentuk telapak tangan seseorang dapat berubah seturut kepribadian orang tersebut. Klaim seperti ini didasarkan pada keyakinan mereka bahwa apa yang menjadi karakter seseorang dapat dibaca atau dilihat melalui telapak tangannya. Artinya, telapak tangan seseorang merepresentasikan diri orang tersebut. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa tidak ada dua tangan yang sama persis. Telapak tangan setiap manusia berbeda, tidak ada mungkin sama. Hal inilah yang dijadikan dasar oleh para palmist sehingga mereka dapat mengatakan bahwa melalui telapak tangan seseorang dapat dibaca atau dilihat, seperti: siapakah jodoh, 'nasib', karakter, atau kesukaan orang itu.
Dengan demikian, palmistry atau chiromancy atau palm reading tidak jauh berbeda dari grafologi (membaca atau melihat tulisan tangan seseorang untuk menjelaskan karakter bahkan 'nasib' seseorang). Tindakan-tindakan seperti ini (palmistry dan grafologi) dapat menjerumuskan seseorang ke dalam sikap hidup yang malas karena orang yang percaya akan serta-merta menerima bahwa 'nasib' dirinya telah ditentukan sebelumnya. Bahkan yang lebih berbahaya, seseorang dapat terjebak ke dalam sikap hidup yang pasrah karena ia sungguh percaya bahwa 'nasib'-nya telah ditentukan dan dilihat melalui telapak tangannya. Palmistry dan grafologi, jelas, merupakan kegiatan yang sia-sia dan cenderung menyesatkan.
Namun, bagaimana jika ada orang mengatakan, "saya tidak mempercayai hal-hal tersebut, kok, hanya untuk iseng-iseng sekaligus mengisi waktu". Jawabannya: "apakah tidak ada aktivitas lain yang lebih penting dan bermanfaat untuk mengisi waktu daripada kedua hal itu?" Bagaimana jika ternyata ramalan atau tebakan seorang palmist 'tepat' seperti yang dialami atau dirasakan orang itu? Orang yang sebelumnya tidak percaya itu tentu akan menjadi percaya, bukan? Inilah 'jebakan' yang dimaksudkan tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.