Betul-betul merupakan kebetulan yang sama sekali tak terduga! Mengapa saya mengatakan hal ini? Kemarin saya menulis tentang grafologi dan hari ini (tepatnya tadi pagi sampai siang) saya menyaksikan langsung pertunjukkan yang bagi saya sangat menggelikan sekaligus memprihatikan karena berkaitan dengan grafologi! Begini cerita lengkapnya....
Seorang perempuan (sebagai pembicara seminar) mempraktikkan apa yang disebut dengan 'teknik' grafologi. Namun, berbeda dari seperti yang telah saya jelaskan dalam tulisan kemarin, perempuan tersebut 'hebat dan ajaib'-nya hanya membutuhkan tanda tangan serta tulisan tangan nama orang yang memiliki tanda tangan tersebut untuk 'membaca' karakter orang itu. Mengapa saya katakan perempuan itu 'hebat dan ajaib'? Seperti telah saya ungkapkan kemarin, grafologi adalah 'kemampuan' seseorang 'membaca' karakter orang lain melalui tulisan tangan orang yang bersangkutan. Tentu, perempuan itu 'hebat dan ajaib' karena ia tidak membutuhkan tulisan tangan seseorang melainkan hanya tanda tangan seseorang untuk kemudian karakter orang tersebut di-'baca'. Perempuan itu mengundang beberapa orang sebagai sukarelawan untuk maju dan menuliskan tanda tangan serta namanya di kertas yang besar menggunakan spidol sehingga semua peserta seminar dapat melihat dengan jelas. Kemudian ada tiga orang sukarelawan (1 perempuan dan 2 laki-laki). Dalam melakukan 'aksi'-nya perempuan itu bertanya tentang kewarganegaraan orang yang bersangkutan dan sudah berapa lama mengajar di sekolah. Seharusnya perempuan itu sama sekali tidak bertanya bahkan seorang grafolog sama sekali tidak berjumpa dengan si pemilik tulisan sehingga ia hanya membaca tulisan tangan seseorang. Singkat kata, perempuan itu mampu 'membaca' dengan tepat beberapa karakter positif atau baik yang dimiliki ketiga sukarelawan tadi. Dan aksinya tersebut mengundang (sejauh penglihatan saya) kekaguman di antara peserta seminar.
Setelah melihat aksinya tersebut ada beberapa hal yang bisa, bahkan harus dipertanyakan:
1. Mengapa perempuan itu hanya membutuhkan tanda tangan dan nama seseorang untuk 'membaca' karakter tiga sukarelawan tadi? Padahal seperti yang telah diketahui, seorang grafolog membutuhkan tulisan tangan seseorang, dan bukan tanda tangan seseorang. Jika perempuan itu hanya membutuhkan tanda tangan, maka seharusnya perempuan itu menyebut dirinya sebagai signaturolog (kata yang sangat aneh sekaligus saya belum pernah menemukan kata tersebut). (Perempuan itu menyebut dirinya sebagai seorang grafolog.) Apakah ia lebih 'hebat' dari orang-orang lain yang mengklaim memiliki kemampuan 'membaca' karakter-karakter orang melalui tulisan tangan mereka? Apakah ia tidak memahami arti kata 'grafologi'? Saya pikir apa yang dilakukan perempuan itu hanyalah untuk mempersingkat waktu, toh para peserta dianggapnya tidak mengerti bahkan tidak tahu sama sekali mengenai apa yang dilakukannya. Tentu, aksi perempuan itu sangatlah janggal karena belum pernah ada (sejauh yang saya ketahui) ada orang yang memiliki 'kemampuan' hanya dengan 'membaca' tanda tangan seseorang maka karakter orang tersebut dapat diketahui.
2. Seperti telah disinggung sepintas di atas, seharusnya seorang grafolog sama sekali tidak berjumpa dengan pemilik tulisan tangan, apalagi sampai bertanya, sedikit ataupun banyak, kepada pemilik tulisan tangan. Namun yang saya saksikan, sangat jelas, si grafolog berjumpa bahkan berdialog sedikit dengan para pemilik tanda tangan. Jika perempuan itu menganggap dirinya sebagai seorang grafolog dan memahami cara kerja seorang grafolog, mengapa ia 'melanggar norma-norma seorang grafolog'? Apakah jangan-jangan ia juga tidak mengetahui cara kerja sebagai seorang grafolog?
3. Dalam sebuah acara yang dihadiri oleh banyak orang dari sebuah institusi/perusahaan yang sama, tentu antar peserta terjadi dialog (becanda, memberi komentar lucu, nyeletuk, dsb). Tentu, perempuan tadi dapat menebak karakter para sukarelawan dengan mendasarkan tebakannya pada bahasa tubuh, raut wajah, dan tatapan mata mereka pada saat dikomentari atau di-candain oleh teman-temannya. Dengan demikan, semua hal itu (bahasa tubuh, raut wajah, dan tatapan mata) sangat membantu perempuan itu. Sekali lagi jangan lupa, grafologi adalah 'teknik' membaca tulisan tangan seseorang untuk mengetahui karakter orang yang bersangkutan.
4. Perempuan tadi hanya menuliskan karakter-karakter positif atau baik yang dimiliki oleh ketiga sukarelawan. Meski ada karakter yang negatif, namun ia dengan lihai mampu menetralisasi karakter negatif itu sehingga si empunya karakter tetap menganggap bahwa dirinya adalah seseorang yang hanya memiliki karakter-karakter yang baik atau positif. Apa yang dilakukan oleh perempuan itu? Ia mengatakan bahwa karakter negatif ini adalah akibat dari A namun sesungguhnya ia memiliki kelebihan di B yang harus dikedepankan sehingga yang keluar nantinya adalah C. [Wow, what a smooth move!] Karakter-karakter yang ditulis oleh perempuan itu sangatlah umum, seperti: 'mudah bergaul', 'ceria', 'kurang peduli', 'kreatif', 'cukup analitis', dan 'arogan'. Tentu, dalam kapasitas yang saling berbeda, setiap orang memiliki hal-hal yang telah disebut tadi. [Too general, ma'am!] Jika hanya itu yang ditampilkan, maka setiap orang juga bisa melakukan hal yang sama, tanpa perlu menyebut dirinya sebagai seorang grafolog ataupun memiliki 'kemampuan' supranatural lainnya. Jika memang ada orang yang mengklaim bahwa dirinya memiliki 'kemampuan' berbeda dari orang-orang lainnya, maka ia dituntut untuk memberikan penjelasan yang juga sangat berbeda dari sebagian besar orang lainnya, sehingga ia bukan hanya mengatakan bahwa orang ini 'mudah bergaul' atau 'kurang peduli' atau 'kreatif', dan kata-kata umum lainnya. Semua orang juga bisa melakukan hal itu.
Dengan demikian, 'teknik' grafologi atau apapun itu namanya, yang dilakukan oleh perempuan dalam seminar itu sangat miskin. Artinya, apa yang ditampilkannya sama sekali tidak tidak 'ajaib' atau 'luar biasa'. Apa yang dilakukan oleh perempuan itu sama sekali tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Bahkan ia melakukan sesuatu 'teknik' grafologi yang 'baru', dengan meniadakan 'teknik' umum yang selama ini dilakukan oleh para grafolog lainnya. Bukankah perempuan itu mampu menebak karakter-karakter yang dimiliki oleh Ya tentu, tebakannya mengenai karakter-karakter orang tadi tepat, karena semua yang disebutkannya sangatlah umum dan bisa dilakukan oleh siapapun. Apa yang dilakukan oleh perempuan itu memprihatinkan, terlebih reaksi para peserta seminar yang kagum pada hal-hal yang sepertinya terlihat luar biasa, padahal biasa saja...sangat biasa!
Hal 'ajaib' berikut yang dilakukan perempuan itu adalah ketika kepada setiap peserta seminar dibagikan sebuah pensil yang sangat rapuh. Singkat kata, para peserta seminar diminta untuk menuliskan di batang pensil yang rapuh itu sebuah karakter negatif (tertera dalam booklet seminar) yang hendak disingkirkan dari dirinya. Setelah berpasang-pasangan dan pensil yang telah ditulis dengan satu karakter negatif dipegang oleh pasangan, maka si empunya pensil mematahkan pensil yang telah dipegang oleh pasangannya hanya dengan menggunakan jari telunjuknya. Nyaris semua peserta langsung bisa mematahkan pensilnya kecuali dua orang ibu. Aha! apa yang terjadi? Apakah kedua ibu itu kurang yakin mampu mematahkan pensil yang rapuh itu?
Beberapa hal harus dikatakan menanggapi aksi mematahkan pensil itu:
1. Seperti sudah ditulis, kepada setiap peserta dibagikan sebuah pensil yang sangat rapuh. Mengapa saya dapat mengatakan demikian? Karena sangat terasa dari kontur/permukaan pensil tersebut. Bentuk dan warna pensil juga tidak seperti pensil-pensil lainnya yang dijual di toko-toko. Apakah pensil-pensil tersebut telah melalui 'proses' tertentu sehingga akan memudahkan orang untuk mematahkannya? Apakah para peserta seminar (kecuali saya tentunya) tidak menyadari bahwa pensil yang dibagikan kepada mereka bukanlah pensil 'biasa' seperti yang ada di toko-toko? Sangat jelas, pensil-pensil tersebut telah melalui 'proses' tertentu, entah dibakar ataupun dikuliti sedemikian rupa sehingga menjadi lebih tipis dari biasanya. Apakah hal itu tidak dipertanyakan atau dipikirkan oleh para peserta seminar? Sepertinya tidak.
2. Sebaliknya, para peserta seminar terlihat begitu antusias mematahkan pensilnya. Nah, antusiasme para peserta inilah yang menjadi 'senjata' andalan para penganut New Thought Movement dan New Age Movement. Para pembicara New Thought/Age Movement biasa mendorong para peserta dengan kata-kata, seperti: "Anda mampu!", "Patahkan dan singkirkan hal-hal buruk dalam diri anda!", "Anda mampu melakukan hal-hal yang baik!", "Dalam diri anda hanya ada hal-hal yang baik, tidak ada yang buruk!", "Berpikir positif dan yakin, maka anda pasti dapat melakukannya!". Mereka yang tidak kritis tentu akan sangat termotivasi oleh kata-kata penyemangat seperti itu. Apakah ada yang keliru dengan kata-kata positif seperti itu? Tentu tidak. Namun yang selalu menjadi pertanyaan, khususnya bagi saya, bagaimana seandainya orang yang diberi semangat itu tetap tidak mampu melakukannya? Contohnya, kedua perempuan yang pada beberapa kali percobaan tidak mampu mematahkan pensil itu, walaupun akhirnya berhasil juga. (Tidak tahu apakah kedua perempuan itu begitu lemah sehingga pensil yang rapuh saja tidak bisa dipatahkan.) Bagaimana seandainya kedua perempuan itu tetap tidak dapat mematahkan pensil mereka? Para penganut gerakan baru selalu mengatakan, 'tidak boleh mengatakan tidak bisa, harus bisa, pasti bisa, dan yakinlah jika anda bisa melakukannya!' Yang sama sekali tidak diperhatikan oleh para penganut gerakan baru adalah bahwa setiap orang adalah unik. Masing-masing berasal dari latar belakang budaya, sosial, ekonomi, dlsb yang berbeda. Latar belakang inilah yang membuat masing-masing manusia unik. Tidak bisa semua orang diperlakukan sama, seragam. Jika demikian yang terjadi, apa bedanya gerakan baru itu dengan komunis?
Terhadap aksi mematahkan pensil tersebut dapat dikatakan bahwa perempuan yang menjadi pembicara itu cukup berhasil memanfaatkan antusiasme para peserta seminar walaupun ada 'kecelakaan' kecil terhadap dua perempuan yang tidak bisa langsung mematahkan pensil mereka. Apa yang ditampilkan perempuan itu tidak lain adalah sebuah manipulasi jika tidak mau dikatakan penipuan. Mengapa dikatakan manipulasi? Karena pensil yang dibagikan telah terlebih dahulu melalui 'proses' tertentu sehingga bukan pensil yang sama seperti di toko-toko. Mengapa dalam setiap aksi manipulasi (sulap, ilusi, dll) para pelaku membawa peralatannya sendiri? Di sisi lain, apakah yang diterima para peserta melalui dua aksi tadi? Sejauh yang dapat saya katakan adalah pembodohan. Para peserta dengan sentosa membiarkan dirinya dibodohi oleh aksi-aksi picisan. Ada begitu banyak aksi manipulasi yang jauh lebih 'canggih' daripada yang saya saksikan hari ini! Dan saya sangat prihatin terhadap kenyataan ini.
Bagaimana dengan saya sendiri? Apakah yang saya alami atau terima dari acara seminar itu? Hal yang sangat menggelikan sekaligus memprihatinkan. Menggelikan karena aksi-aksi tersebut sangat murahan dan memprihatinkan karena para peserta seminar malah bertepuk tangan oleh karena aksi-aksi tersebut.
Seorang perempuan (sebagai pembicara seminar) mempraktikkan apa yang disebut dengan 'teknik' grafologi. Namun, berbeda dari seperti yang telah saya jelaskan dalam tulisan kemarin, perempuan tersebut 'hebat dan ajaib'-nya hanya membutuhkan tanda tangan serta tulisan tangan nama orang yang memiliki tanda tangan tersebut untuk 'membaca' karakter orang itu. Mengapa saya katakan perempuan itu 'hebat dan ajaib'? Seperti telah saya ungkapkan kemarin, grafologi adalah 'kemampuan' seseorang 'membaca' karakter orang lain melalui tulisan tangan orang yang bersangkutan. Tentu, perempuan itu 'hebat dan ajaib' karena ia tidak membutuhkan tulisan tangan seseorang melainkan hanya tanda tangan seseorang untuk kemudian karakter orang tersebut di-'baca'. Perempuan itu mengundang beberapa orang sebagai sukarelawan untuk maju dan menuliskan tanda tangan serta namanya di kertas yang besar menggunakan spidol sehingga semua peserta seminar dapat melihat dengan jelas. Kemudian ada tiga orang sukarelawan (1 perempuan dan 2 laki-laki). Dalam melakukan 'aksi'-nya perempuan itu bertanya tentang kewarganegaraan orang yang bersangkutan dan sudah berapa lama mengajar di sekolah. Seharusnya perempuan itu sama sekali tidak bertanya bahkan seorang grafolog sama sekali tidak berjumpa dengan si pemilik tulisan sehingga ia hanya membaca tulisan tangan seseorang. Singkat kata, perempuan itu mampu 'membaca' dengan tepat beberapa karakter positif atau baik yang dimiliki ketiga sukarelawan tadi. Dan aksinya tersebut mengundang (sejauh penglihatan saya) kekaguman di antara peserta seminar.
Setelah melihat aksinya tersebut ada beberapa hal yang bisa, bahkan harus dipertanyakan:
1. Mengapa perempuan itu hanya membutuhkan tanda tangan dan nama seseorang untuk 'membaca' karakter tiga sukarelawan tadi? Padahal seperti yang telah diketahui, seorang grafolog membutuhkan tulisan tangan seseorang, dan bukan tanda tangan seseorang. Jika perempuan itu hanya membutuhkan tanda tangan, maka seharusnya perempuan itu menyebut dirinya sebagai signaturolog (kata yang sangat aneh sekaligus saya belum pernah menemukan kata tersebut). (Perempuan itu menyebut dirinya sebagai seorang grafolog.) Apakah ia lebih 'hebat' dari orang-orang lain yang mengklaim memiliki kemampuan 'membaca' karakter-karakter orang melalui tulisan tangan mereka? Apakah ia tidak memahami arti kata 'grafologi'? Saya pikir apa yang dilakukan perempuan itu hanyalah untuk mempersingkat waktu, toh para peserta dianggapnya tidak mengerti bahkan tidak tahu sama sekali mengenai apa yang dilakukannya. Tentu, aksi perempuan itu sangatlah janggal karena belum pernah ada (sejauh yang saya ketahui) ada orang yang memiliki 'kemampuan' hanya dengan 'membaca' tanda tangan seseorang maka karakter orang tersebut dapat diketahui.
2. Seperti telah disinggung sepintas di atas, seharusnya seorang grafolog sama sekali tidak berjumpa dengan pemilik tulisan tangan, apalagi sampai bertanya, sedikit ataupun banyak, kepada pemilik tulisan tangan. Namun yang saya saksikan, sangat jelas, si grafolog berjumpa bahkan berdialog sedikit dengan para pemilik tanda tangan. Jika perempuan itu menganggap dirinya sebagai seorang grafolog dan memahami cara kerja seorang grafolog, mengapa ia 'melanggar norma-norma seorang grafolog'? Apakah jangan-jangan ia juga tidak mengetahui cara kerja sebagai seorang grafolog?
3. Dalam sebuah acara yang dihadiri oleh banyak orang dari sebuah institusi/perusahaan yang sama, tentu antar peserta terjadi dialog (becanda, memberi komentar lucu, nyeletuk, dsb). Tentu, perempuan tadi dapat menebak karakter para sukarelawan dengan mendasarkan tebakannya pada bahasa tubuh, raut wajah, dan tatapan mata mereka pada saat dikomentari atau di-candain oleh teman-temannya. Dengan demikan, semua hal itu (bahasa tubuh, raut wajah, dan tatapan mata) sangat membantu perempuan itu. Sekali lagi jangan lupa, grafologi adalah 'teknik' membaca tulisan tangan seseorang untuk mengetahui karakter orang yang bersangkutan.
4. Perempuan tadi hanya menuliskan karakter-karakter positif atau baik yang dimiliki oleh ketiga sukarelawan. Meski ada karakter yang negatif, namun ia dengan lihai mampu menetralisasi karakter negatif itu sehingga si empunya karakter tetap menganggap bahwa dirinya adalah seseorang yang hanya memiliki karakter-karakter yang baik atau positif. Apa yang dilakukan oleh perempuan itu? Ia mengatakan bahwa karakter negatif ini adalah akibat dari A namun sesungguhnya ia memiliki kelebihan di B yang harus dikedepankan sehingga yang keluar nantinya adalah C. [Wow, what a smooth move!] Karakter-karakter yang ditulis oleh perempuan itu sangatlah umum, seperti: 'mudah bergaul', 'ceria', 'kurang peduli', 'kreatif', 'cukup analitis', dan 'arogan'. Tentu, dalam kapasitas yang saling berbeda, setiap orang memiliki hal-hal yang telah disebut tadi. [Too general, ma'am!] Jika hanya itu yang ditampilkan, maka setiap orang juga bisa melakukan hal yang sama, tanpa perlu menyebut dirinya sebagai seorang grafolog ataupun memiliki 'kemampuan' supranatural lainnya. Jika memang ada orang yang mengklaim bahwa dirinya memiliki 'kemampuan' berbeda dari orang-orang lainnya, maka ia dituntut untuk memberikan penjelasan yang juga sangat berbeda dari sebagian besar orang lainnya, sehingga ia bukan hanya mengatakan bahwa orang ini 'mudah bergaul' atau 'kurang peduli' atau 'kreatif', dan kata-kata umum lainnya. Semua orang juga bisa melakukan hal itu.
Dengan demikian, 'teknik' grafologi atau apapun itu namanya, yang dilakukan oleh perempuan dalam seminar itu sangat miskin. Artinya, apa yang ditampilkannya sama sekali tidak tidak 'ajaib' atau 'luar biasa'. Apa yang dilakukan oleh perempuan itu sama sekali tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Bahkan ia melakukan sesuatu 'teknik' grafologi yang 'baru', dengan meniadakan 'teknik' umum yang selama ini dilakukan oleh para grafolog lainnya. Bukankah perempuan itu mampu menebak karakter-karakter yang dimiliki oleh Ya tentu, tebakannya mengenai karakter-karakter orang tadi tepat, karena semua yang disebutkannya sangatlah umum dan bisa dilakukan oleh siapapun. Apa yang dilakukan oleh perempuan itu memprihatinkan, terlebih reaksi para peserta seminar yang kagum pada hal-hal yang sepertinya terlihat luar biasa, padahal biasa saja...sangat biasa!
Hal 'ajaib' berikut yang dilakukan perempuan itu adalah ketika kepada setiap peserta seminar dibagikan sebuah pensil yang sangat rapuh. Singkat kata, para peserta seminar diminta untuk menuliskan di batang pensil yang rapuh itu sebuah karakter negatif (tertera dalam booklet seminar) yang hendak disingkirkan dari dirinya. Setelah berpasang-pasangan dan pensil yang telah ditulis dengan satu karakter negatif dipegang oleh pasangan, maka si empunya pensil mematahkan pensil yang telah dipegang oleh pasangannya hanya dengan menggunakan jari telunjuknya. Nyaris semua peserta langsung bisa mematahkan pensilnya kecuali dua orang ibu. Aha! apa yang terjadi? Apakah kedua ibu itu kurang yakin mampu mematahkan pensil yang rapuh itu?
Beberapa hal harus dikatakan menanggapi aksi mematahkan pensil itu:
1. Seperti sudah ditulis, kepada setiap peserta dibagikan sebuah pensil yang sangat rapuh. Mengapa saya dapat mengatakan demikian? Karena sangat terasa dari kontur/permukaan pensil tersebut. Bentuk dan warna pensil juga tidak seperti pensil-pensil lainnya yang dijual di toko-toko. Apakah pensil-pensil tersebut telah melalui 'proses' tertentu sehingga akan memudahkan orang untuk mematahkannya? Apakah para peserta seminar (kecuali saya tentunya) tidak menyadari bahwa pensil yang dibagikan kepada mereka bukanlah pensil 'biasa' seperti yang ada di toko-toko? Sangat jelas, pensil-pensil tersebut telah melalui 'proses' tertentu, entah dibakar ataupun dikuliti sedemikian rupa sehingga menjadi lebih tipis dari biasanya. Apakah hal itu tidak dipertanyakan atau dipikirkan oleh para peserta seminar? Sepertinya tidak.
2. Sebaliknya, para peserta seminar terlihat begitu antusias mematahkan pensilnya. Nah, antusiasme para peserta inilah yang menjadi 'senjata' andalan para penganut New Thought Movement dan New Age Movement. Para pembicara New Thought/Age Movement biasa mendorong para peserta dengan kata-kata, seperti: "Anda mampu!", "Patahkan dan singkirkan hal-hal buruk dalam diri anda!", "Anda mampu melakukan hal-hal yang baik!", "Dalam diri anda hanya ada hal-hal yang baik, tidak ada yang buruk!", "Berpikir positif dan yakin, maka anda pasti dapat melakukannya!". Mereka yang tidak kritis tentu akan sangat termotivasi oleh kata-kata penyemangat seperti itu. Apakah ada yang keliru dengan kata-kata positif seperti itu? Tentu tidak. Namun yang selalu menjadi pertanyaan, khususnya bagi saya, bagaimana seandainya orang yang diberi semangat itu tetap tidak mampu melakukannya? Contohnya, kedua perempuan yang pada beberapa kali percobaan tidak mampu mematahkan pensil itu, walaupun akhirnya berhasil juga. (Tidak tahu apakah kedua perempuan itu begitu lemah sehingga pensil yang rapuh saja tidak bisa dipatahkan.) Bagaimana seandainya kedua perempuan itu tetap tidak dapat mematahkan pensil mereka? Para penganut gerakan baru selalu mengatakan, 'tidak boleh mengatakan tidak bisa, harus bisa, pasti bisa, dan yakinlah jika anda bisa melakukannya!' Yang sama sekali tidak diperhatikan oleh para penganut gerakan baru adalah bahwa setiap orang adalah unik. Masing-masing berasal dari latar belakang budaya, sosial, ekonomi, dlsb yang berbeda. Latar belakang inilah yang membuat masing-masing manusia unik. Tidak bisa semua orang diperlakukan sama, seragam. Jika demikian yang terjadi, apa bedanya gerakan baru itu dengan komunis?
Terhadap aksi mematahkan pensil tersebut dapat dikatakan bahwa perempuan yang menjadi pembicara itu cukup berhasil memanfaatkan antusiasme para peserta seminar walaupun ada 'kecelakaan' kecil terhadap dua perempuan yang tidak bisa langsung mematahkan pensil mereka. Apa yang ditampilkan perempuan itu tidak lain adalah sebuah manipulasi jika tidak mau dikatakan penipuan. Mengapa dikatakan manipulasi? Karena pensil yang dibagikan telah terlebih dahulu melalui 'proses' tertentu sehingga bukan pensil yang sama seperti di toko-toko. Mengapa dalam setiap aksi manipulasi (sulap, ilusi, dll) para pelaku membawa peralatannya sendiri? Di sisi lain, apakah yang diterima para peserta melalui dua aksi tadi? Sejauh yang dapat saya katakan adalah pembodohan. Para peserta dengan sentosa membiarkan dirinya dibodohi oleh aksi-aksi picisan. Ada begitu banyak aksi manipulasi yang jauh lebih 'canggih' daripada yang saya saksikan hari ini! Dan saya sangat prihatin terhadap kenyataan ini.
Bagaimana dengan saya sendiri? Apakah yang saya alami atau terima dari acara seminar itu? Hal yang sangat menggelikan sekaligus memprihatinkan. Menggelikan karena aksi-aksi tersebut sangat murahan dan memprihatinkan karena para peserta seminar malah bertepuk tangan oleh karena aksi-aksi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.